Bisnis

BukuWarung Dorong UMKM Melakukan Pencatatan Digital yang Praktis, Mudah, dan Rapi

Temuan dari Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) bahkan menunjukkan bahwa sekitar 30 juta UMKM bangkrut karena pandemi.

Penulis: LilisSetyaningsih | Editor: LilisSetyaningsih
Warta Kota/Ramadhan L Q
ilustrasi - salah satu UMKM yang bertahan di masa pandemi Covid-19 

Pencatatan keuangan yang disiplin dan evaluasi berkelanjutan menjadi salah satu kunci agar pelaku UMKM di Indonesia mampu bertahan dan melanjutkan bisnisnya pada periode menuju era pascapandemi seperti sekarang.

Sebuah bisnis memerlukan landasan pencatatan keuangan yang disiplin
Sebuah bisnis memerlukan landasan pencatatan keuangan yang disiplin (istimewa)

Hal tersebut terungkap dalam diskusi virtual: “Bongkar Kunci UMKM Siapkan Bisnis Pascapandemi!” yang digagas oleh BukuWarung, perusahaan teknologi penyedia infrastruktur digital bagi UMKM, beberapa waktu lalu.

Data Bank Indonesia menyebut 87,5 persen UMKM terdampak pandemi, dan sekitar 93,2 persen mengalami penurunan penjualan dan cash flow operasional.

“UMKM merupakan ujung tombak pemulihan ekonomi nasional pasca-pandemi. UMKM pula yang nanti akan membawa Indonesia menjadi pemain ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara seperti yang ditargetkan pemerintah Indonesia," papar Adi Harlim, Director of Merchant Experience BukuWarung.

"Untuk mewujudkan itu, BukuWarung percaya perlunya peningkatan kapabilitas UMKM melalui pemanfaatan teknologi,” imbuhnya.

Baca juga: Ini 7 Tips agar Bisnis Tetap Bertahan dan Semakin Melebarkan Sayap Bisnis di Tengah Pandemi

Adi menjelaskan, BukuWarung menghadirkan ekosistem finansial digital untuk mendukung pelaku UMKM di Indonesia dalam menjalankan dan menumbuhkan bisnisnya.

Memahami karakter UMKM di Indonesia, BukuWarung menawarkan solusi yang praktis, mudah dan gratis dengan mengedepankan pengalaman penggunaan yang simpel.

"Solusi berupa aplikasi BukuWarung ini memiliki fitur utama pencatatan keuangan digital untuk membantu pelaku UMKM memantau dan mengevaluasi bisnisnya,” lanjut Adi Harlim.

Pencatatan memang jadi 'kelemahan' masyarakat di Indonesia. 

Baca juga: Minat Masyarakat Terhadap Asuransi Saat Pandemi Terus Meningkat, Unitlink Tumbuh

Pencatatan belum banyak menjadi kebiasaan.

Kebiasaan ini merambat ke bisnis.

Sementara segala pencatatan sangat penting untuk memantau jalannya bisnis, dan juga sebagai 'tapak' agar bisnis berjalan lebih maju. 

Studi internal BukuWarung mendapati bahwa pelaku UMKM bidang ritel (pedagang) rata-rata menghabiskan hingga 8 jam per minggu untuk pengelolaan transaksi penjualan, pengeluaran dan kredit secara manual.

Baca juga: Chandra Asri Raih Penghargaan dari Kementerian LHK

Proses tersebut cenderung membosankan sehingga acapkali diabaikan.

Selain itu, pencatatan manual juga memiliki risiko kesalahan yang tinggi dan rawan hilang atau rusak.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved