Lifestyle

Tantangan Penderita Lupus di masa Pandemi Covid-19, Dampak pada Kualitas Hidup

Penyakit autoimun ditandai dengan peradangan sistemik, di mana sistem kekebalan yang tidak teratur menyebabkan kerusakan atau disfungsi organ target

Editor: LilisSetyaningsih
Wartakotalive.com/Arie Puji Waluyo
Ashanty salah satu penderita autoimun 

Dibandingkan dengan populasi sehat, penyakit ini menjadi sebuah penghalang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Biaya Deteksi Penyakit Autoimun Tak Kecil, Tahap Awal Bisa Mencapai Rp 20 Juta

Hal  ini karena gejalanya yang muncul secara signifikan atau kambuh secara tiba-tiba dengan didominasi gejala seperti kelelahan, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik, dan rasa nyeri.

Tidak hanya itu, LES juga memiliki dampak negatif pada karier pasien, bahkan hingga 39 persen pasien LES melaporkan bahwa mereka harus berganti pekerjaan karena penyakit tersebut.

“Agar dapat mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik, penting bagi pasien LES untuk disiplin dengan perawatan yang dijalani," ujar dr. Singgih, Senin (20/12/2021).

Tentunya, dengan pemantauan pengobatan yang ketat, 80-90 persen pasien lupus dapat menjalani hidup normal.

Baca juga: Pasien Autoimun di Jakarta Barat Kini Dapat Vaksin Moderna, Cek Syaratnya

Perawatan penyakit lupus yang bersifat jangka panjang, bertujuan untuk menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, menginduksi remisi dan mencegah kerusakan organ permanen.

Pengobatan standar dari perawatan lupus adalah menggunakan non-farmakologi (edukasi, menghindari panas matahari, manajemen stress) dan pengobatan (antimalaria, steroid, dan imunosupresan/penekan sistem imun).

Pada pasien lupus sedang hingga berat yang sudah melibatkan organ lain seperti ginjal, penggunaan imunosupresan digunakan bersamaan dengan obat steroid.

Hal ini untuk meminimalisir efek samping jangka panjang steroid yang mungkin ditimbulkan, seperti penumpukan lemak di pipi (moon face), aterosklerosis, dan lain sebagainya.

Baca juga: Ashanty Berobat ke Turki Sembuhkan Autoimun hingga Alergi Gatal Akibat Banyak Minum Obat, Hasilnya?

"Dukungan keluarga, sahabat, dan komunitas juga memegang peranan penting,” tambah dr. Singgih.

Tantangan yang dihadapi oleh pasien LES begitu tinggi, terutama di tengah pandemi Covid-19 yang saat ini sedang berlangsung.

Di mana, meningkatnya risiko penularan virus Covid-19 pada pasien autoimun membuat pasien lupus harus mengambil tindakan pencegahan ekstra.

"Pasien LES yang dirawat di rumah sakit karena sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) disebabkan oleh Covid-19 memiliki risiko mortalitas lebih tinggi dan kondisi yang buruk secara signifikan, dibandingkan dengan individu yang sehat tanpa penyakit bawaan lainnya,"  papar dr. Singgih.

Baca juga: Terapi Pijat dan Obat Untuk Penanganan Diabetes 

Prof. Dr. dr. Harry Isbagio, SpPD-KR, KGer, Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Reumatologi mengatakan, pandemi Covid-19 ini kemungkinan akan dapat menyebabkan munculnya penyakit autoimun, termasuk penyakit autoimmune inflammatory rheumatic (AIIRD), seperti lupus, artritis reumatoid. 

Gejala penyakit AIIRD dapat muncul sewaktu-waktu; tetapi pasien mengalami kesulitan mengakses layanan kesehatan karena kurangnya tenaga spesialis yang menangani pasien-pasien dengan AIIRD; bagi pasien yang sedang dalam perawatan, membutuhkan lebih banyak biaya pengobatan hingga pasien menghadapi kendala keuangan.”

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved