Virus Corona
Genome Sequencing Lama, Pemerintah Disarankan Pakai Proxy Method untuk Deteksi Omicron
Metode ini akan melakukan tracking terhadap varian yang kali pertama diidentifikasi di Afrika Selatan itu.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Dicky Budiman, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, menyarankan pemerintah mengikuti cara banyak negara maju, dalam upaya mendeteksi varian baru Covid-19 Omicron.
Menurutnya, tidak semua varian harus dilakukan pengujian (testing) genome sequencing.
"Saran saya, untuk mendeteksi keberadaan omicron ini, ya enggak semuanya harus diuji genome sequencing sebetulnya," ujar Dicky lewat pesan singkat kepada Tribunnews, Rabu (8/12/2021).
Baca juga: Permintaan Pelapor Dikabulkan, MKD Bakal Panggil Fadli Zon Soal Cuitan Invisible Hand UU Cipta Kerja
Ia menjelaskan, banyak negara maju melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan metode yang disebut 'proxy method'.
"Negara-negara maju atau banyak negara pun juga melakukan yang disebut dengan PCR testing, tes PCR tapi dilakukan namanya dengan proxy method," jelas Dicky.
Metode ini akan melakukan tracking terhadap varian yang kali pertama diidentifikasi di Afrika Selatan itu.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia 8 Desember 2021: 351 Orang Sembuh, 264 Positif, 16 Meninggal
"Mana yang gagal dideteksi gen S-nya dengan PCR, itu yang terduga besar adalah omicron, itu yang diperlakukan sebagai terduga omicron," terang Dicky.
Dicky pun menyebut proxy method tersebut dapat diterapkan pula di Indonesia, sehingga tidak perlu menunggu tes genome sequencing yang membutuhkan waktu cukup lama.
"Nah, ini bisa kita lakukan di Indonesia, jadi enggak mesti menunggu, karena kan awal genome sequencing bisa lama, bisa berminggu-minggu, apalagi di Indonesia," beber Dicky. (Fitri Wulandari)