Pengayuh Sampan

Abu Bakar Ingin Bertahan Sebagai Pengayuh Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa Sampai Ajal Memanggil

Abu Bakar yang tekun dan cinta profesi bisa ditiru. Biar penghasilsn tak besar, dia tetap cinta sebagai pengayuh sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Valentino Verry
Warta Kota/Rafsanjani Simanjorang
Abu Bakar, pengayuh sampan tertua di Pelabuhan Sunda Kelapa. Dia begitu cinta pada profesinya. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Abu Bakar dengan ramah menyapa para pengunjung pelabuhan Sunda Kelapa.

Dengan senyuman, dirinya langsung menawarkan jasanya.

"Mau naik sampan pak? Murah kok, hanya Rp 50.000, bisa melihat kapal-kapal sepuasnya baik yang bersandar atau berlabuh," ucap pria berusia 75 tahun ini dengan lembut.

Baca juga: GANJIL Genap DKI Jakarta Diperpanjang hingga 13 Desember 2021, Berikut Ini Daftar Lokasinya

Sejak tahun 1971, pria kelahiran pulau Sulawesi ini telah berprofesi di wisata sampan Pelabuhan Sunda Kelapa.

Sampan adalah sebuah perahu kayu Tiongkok yang memiliki dasar yang relatif datar, dengan ukuran sekitar 3,5 hingga 4,5 meter yang digunakan sebagai alat transportasi sungai dan danau atau menangkap ikan. Sampan dapat mengangkut penumpang 2 - 8 orang, tergantung ukuran sampan. 

Ia masih ingat betul kala itu ada sekitar 40-an sampan yang beroperasi, namun secara perlahan berkurang dan hanya menyisakan enam sampan.

"Banyak yang sudah berpulang. Saya sekarang yang paling tua di sini. Sisanya baru-baru semua," ucapnya saat ditemui Warta Kota.

Baca juga: Kevin/Marcus dkk Mundur, PB Djarum Tetap Kirim Dejan/Serena di Kejuaraan Dunia 2021

Tarif yang pasang pun hanya Rp 50.000 untuk pulang-pergi.

Ia juga mau menemani jika penumpang hendak memancing, atau melakukan sesi foto.

Namun, biasanya tarif untuk waktu satu atau dua jam berbeda pula, tergantung kemurahan hati penumpang.

Lewat profesi sebagai tukang sampan, Abu Bakar mampu menghidupi tujuh orang anaknya, hingga semuanya kini telah menikah.

Baca juga: Akumulasi Kartu Kuning Marco Motta Absen Lawan Bhayangkara FC di Laga Terakhri Seri III Liga 1

"Semuanya hasil dari sampan," tambahnya.

Lewat ketekunannya, Abu Bakar juga kini punya rumah pribadi di wilayah Tangerang Raya.

Hanya saja, kecintaannya pada profesi membuat dirinya lebih sering menghabiskan waktu di area Sunda Kelapa dibandingkan di rumah.

"Kadang istri yang datang ke sini. Anak juga sering datang berkunjung," ujarnya.

Baca juga: Anies Disebut Gubernur Bencong, Saat Digeruduk Massa Buruh

Di usianya yang sudah kepala tujuh, Abu Bakar juga kerap mendapat anjuran dari buah hatinya untuk berhenti dari pekerjaannya.

Alasannya demi kesehatan dan waktu istirahat di masa tua.

Namun, Abu Bakar masih ingin bekerja tanpa membebani anak-anaknya.

Meskipun buah hatinya tetap memerhatikannya, Abu merasa masih kuat untuk bekerja.

Baca juga: Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong Berharap Tak Hanya Striker yang Cetak Gol

Tak ada penumpang pun tetap ia syukuri.

"Pernah seminggu tidak ada pemasukan, atau pas banjir juga kan tidak bisa kerja, yang penting sabar saja," tuturnya.

Meski tak lagi muda, Abu Bakar bertekad untuk tetap bekerja sebagai tukang sampan sampai titik darah penghabisan.

Namun, dirinya tetap membuka opsi lain.

Jika ada yang membeli sampannya, ia akan langsung pensiun.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved