Virus Corona

Sempat Tak Setuju PT GSI Didirikan untuk Bantu Pengadaan PCR, Luhut Kini Ogah Tarik Saham

Sejak awal, dia membuat perusahaan tersebut hanya untuk misi kemanusiaan.

Instagram
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku sempat khawatir pendirian PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) bisa menjadi konflik kepentingan. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku sempat khawatir pendirian PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) bisa menjadi konflik kepentingan.

Apalagi, dia juga merupakan koordinator pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali.

Namun, dia memastikan PT GSI didirikan bukan untuk mencari keuntungan.

Baca juga: Golkar Wacanakan Duet Airlangga-Ganjar, PDIP: Yang Bicara Bukan Ketua Umum, Cuma Cek Ombak

Sejak awal, dia membuat perusahaan tersebut hanya untuk misi kemanusiaan.

"Setelah ada GSI ini saya bilang sebenarnya enggak bagus juga tuh bikin gitu."

"Walaupun tidak ada satu pun keputusan saya, saya ulangi, keputusan saya untuk kepentingan itu ndak ada."

Baca juga: MUI Minta Pedoman Pengeras Suara di Masjid dan Musala Diatur Ulang, Ini Kata Ketua Komisi VIII DPR

"Karena semua harus diaudit oleh apa, BPKP. Jadi enggak ada sama sekali itu. Sama sekali enggak ada, nol," tegasnya.

Meski begitu, Luhut menolak menarik sahamnya dari PT GSI.

"Kemarin saya bergumul ya, artinya gumul gini."

Baca juga: Sandiaga Uno Didukung Jadi Capres, Gerindra: Tak Ada Tawar-menawar, Kami Satu Komando Dukung Prabowo

"Karena jumlahnya juga kecil, cuma berapa persen ya."

"Saya bilang kalau saya mundur, lantas nanti ini kasihan dong orang sepertinya saya ninggalkan ya, itu enggak kesetiakawanan."

"Ndak, ndak bagus," ucap Luhut dalam wawancara dengan CNN TV, Jumat (12/11/2021).

Baca juga: Obati Kanker Prostat, SBY Dua Jam Lebih Jalani Operasi di Mayo Clinic, Amerika Serikat

Luhut mengaku telah mengikhlaskan uang yang disumbangkan dirinya ke perusahaan tersebut, untuk membantu penanganan Covid-19. Khususnya, untuk memastikan ketersediaan tes PCR di Indonesia.

"Saya enggak akan pernah menerima apa pun dari sana."

"Biarkanlah ada uang saya itu di situ. Itu biar saja proyek kemanusiaan," tuturnya.

Siap Mundur

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan siap mundur, jika terbukti menerima uang dari bisnis tes PCR melalui PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).

"Kalau saya (terbukti) terima duitnya, saya resign, gampang saja itu."

"Gitu aja repot," kata Luhut dalam wawancara dengan CNN TV, Jumat (12/11/2021).

Luhut menceritakan, pendirian PT GSI diinisiasi sejumlah perusahaan-perusahaan milik konglomerat pada tahun lalu.

Tujuannya, mereka ingin membantu pengadaan tes PCR di tanah air yang saat itu terus mengimpor.

Menurut Luhut, permintaan tes PCR saat itu terbilang tinggi, berada di kisaran 5-7 juta per minggu.

Baca juga: 53 Ahli Waris Dapat Rumah di Perumahan Pahlawan Nanggala-402, Rampung Dibangun Bulan Depan

Karena itu, PT GSI didirikan sebagai usaha sosial tanpa menarik keuntungan.

Dia mengaku menaruh sejumlah uang untuk turut membantu pendirian PT GSI tersebut.

Maksudnya, ia mengharapkan perusahaan itu dapat membantu memenuhi permintaan tes PCR yang sangat tinggi.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia 12 November 2021: 560 Pasien Sembuh, 399 Orang Positif, 20 Meninggal

"Karena kekurangan PCR ada 7-8 perusahaan, itu mau bikin usaha sosial tidak ada deviden untuk membantu PCR ini, yang bisa 15 ribu sekali putar satu hari."

'Pak, Bapak nyumbang katanya, ya saya nyumbang," ungkapnya.

Luhut membantah menerima uang atau keuntungan dari PT GSI.

Baca juga: Belajar dari Pandemi Covid-19, Indonesia Siapkan 6 Transformasi Kesehatan Hadapi Wabah di Masa Depan

Dia juga membantah menerima keuntungan dari PT GSI melalui perusahaan miliknya, PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi.

Luhut juga mengaku siap diaudit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ataupun diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait tudingan tersebut.

"Oh, siap dari awal."

Baca juga: Prediksi Perang Bintang Airlangga-Ganjar Vs Prabowo-Puan di Pilpres 2024, Bakal Ada yang Membelot?

"Tidak ada ke kantong saya satu peser pun."

"Nah, buat saya itu untuk apa sih?"

"Wong duit saya dari bisnis saya cukup hidup, kok."

Baca juga: Kejadian Luar Biasa Berisiko Terjadi Jika Vaksinasi Covid-19 Tak Capai Target

"Saya nyumbangin tuh karena betul-betul ya kemanusiaan. Itu saja," tuturnya.

Luhut mengaku heran dengan tudingan bisnis tes PCR yang dialamatkan kepadanya.

Luhut mengklaim tidak mungkin mengambil keuntungan pribadi dalam hal kemanusiaan.

Baca juga: Golkar-Nasdem Diprediksi Lawan PDIP-Gerindra di Pilpres 2024, PKS-Demokrat Bentuk Poros Ketiga

"Saya bukan orang baik, banyak juga dosa saya."

"Tapi saya pikir saya enggak sampai sejahat itulah, untuk memanfaatkan jabatan saya untuk keuntungan pribadi."

"Saya pikir sih belumlah. Enggaklah," ucapnya.

Sebelumnya, media sosial diramaikan dengan informasi dugaan keterlibatan sejumlah pejabat di kabinet, dalam pengadaan alat kesehatan untuk penanganan pandemi.

Mantan Direktur Publikasi dan Pendidikan Publik Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Agustinus Edy Kristianto, mengungkapkan sejumlah nama menteri yang disebut terafiliasi dengan bisnis tes Covid-19, baik PCR maupun antigen.

Dalam Facebook pribadinya, Edy menyebut sejumlah nama, yakni Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Kedua menteri ini diduga terlibat dalam pendirian perusahaan penyedia jasa tes Covid-19, PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).

Edy menerangkan, PT GSI lahir dari PT Toba Bumi Energi dan PT Toba Sejahtra, anak PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang sebagian kecil sahamnya dimiliki oleh Luhut.

PT GSI juga dilahirkan oleh PT Yayasan Adaro Bangun Negeri yang berkaitan dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO), 6,18 persen sahamnya dimiliki Boy Thohir, yang tak lain adalah saudara dari Erick Thohir. (Igman Ibrahim)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved