Sejarah Singkat Pasar Poncol Senen, Tahun 1965 Pedagang Masih Menggunakan Pikulan
Saat mulai menjadi tempat berjualan pada 1960-an, para pedagang masih memakai pikulan berjualan di Pasar Poncol, Senen.
Penulis: Miftahul Munir |
WARTAKOTALIVE.COM, SENEN - Pasar Poncol, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat sudah menjadi legenda bagi masyarakat di DKI Jakarta karena menjual barang bekas dan anti dengan harga murah.
Pasar Poncol berdiri sejak tahun 1960-an, pada saat itu pedagang loakan bertemu disepanjang jalan Bungur, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Ketua Koordinator JP 37/38 Pasar Poncol, Lili menceritakan, pada tahun 1965 para pedagang yang berjualan di sana masih dengan cara dipikul.
Baca juga: Loksem Pasar Poncol Ditutup Sementara, di Koja Toko Mebel Ditutup
Pada tahun tersebut, keadaan masih sangat genting karena isu pemberontakan PKI yang menewaskan enam jenderal dan satu perwira di Lubang Buaya.
Tapi hal itu tidak membuat para pedagang Pasar Poncol ini libur berjualan barang bekas.
Karema pedagang di sana semakin banyak dan lelah untuk memikul dagangan, akhirnya mereka secara swadaya membuat bangunan untuk menyimpan barang dagangannya.
"Itu sekira tahun 1970-an sudah mulai bangun lapak-lapak, sebelumnya dipikul, pedagang ke rumah-rumah warga mencari barang bekas yang sudah tidak terpakai terus dijual di Pasar Poncol," jelas dia Jumat (22/10/2021) lalu.
Baca juga: Pemkot Jakarta Pusat Tutup Sementara 614 Kios Pasar Poncol Senen yang Bandel Saat PSBB
Menurut Lili, sejak tahun 1965, pedagang Pasar Poncol itu sudah mulai dikenal karena menjajakan barang bekas yang asli.
Semisalnya barang antik peninggalan jaman penjajahan di jual di sana dan kemudian oleh pedagang dijual kembali.
Bahkan, pada tahun itu banyak penjual lemari yang terbuat dari kayu jati asli.
"Hampir semua disitu barang bekas karena ada pedagang yang ambil dari rumah ke rumah warga," katanya.
Baca juga: Puluhan Kios di Pasar Poncol Tetap Buka di Tengah Penerapan PSBB di Jakarta
Memasuki tahun 1990an, masuklah barang bekas dari toko yang tidak laku di jual dengan harga sangat murah.
Jika pada tahun itu harga sepatu di toko Rp, 50 ribu, di Pasar Poncol bisa sekira Rp, 10 ribu sampai Rp, 15 ribu.
Tapi kata dia merk barang tersebut dicopot agar memudahkan para pedagang menjual barang bekas.
"Ada baru, ada barang bekas, ada sis stok, ada sisa pabrik grate A dan B, ada barang langkah juga," tuturnya.
Menurut Lili, sejak tahu 1965 sampai sekira 2016an, Pasad Poncol tidak pernah sepi dari pengunjung yang ingin memiliki barang mewah, harga kelas bawah.
Tapi sejak empat tahun ini, Pasar Poncol mulai ditinggalkan para peminatnya lantaran adanya penutupan rel kereta api Stasiun Pasar Senen.
Masyarakat yang masuk ke Underpass Senen, mulai malas memutar balik ke arah Pasad Poncol.
Baca juga: Puluhan Kios di Pasar Poncol Tetap Buka Ditengah Penerapan PSBB DKI Jakarta, Begini Alasannya
Padahal Pasar Poncol kata Lili sudah masuk dalam Cagar Budaya sesuai dengan keputudan dari Pemerintah.
"Karena sejak tahun 1965 itu sudah jual barang antik, kalau kita beruntung dan pinter nyari pasti dapat barang antik," ucapnya.
Ia berharap kepada Pemenrintah untuk mendengar keluh kesah para pedagang Pasar Poncol agar membuka penutupan rel kereta api Stasiun Pasar Senen.
Sehingga pengunjung di Pasar Poncol kembali ramai dan pendapatan pedagang di sama kembali meningkat.
"Ya kami ingin UKM di Pasar Poncol kembali meningkat omsetnya seperti dulu lagi," ujar Lili.(m26)