Manusia Silver
Satpol PP Kota Bekasi Sebut Pembinaan yang tak Jelas Membuat Manusia Silver Kembali ke Jalan
Kepala Satpol PP Kota Bekasi Abi Hurairoh menyatakan pembinaan menjadi kendala mengatasi manusia silver. Sebab tak ada dinas atau instansi berwenang.
Penulis: Joko Supriyanto | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, BEKASI - Fenomena manusia silver mulai marak disuruh Kota, keberadaannya di beberapa titik jalan menjadi perbincangan banyak pihak karena pengamen jalanan itu mulai tren untuk meminta sejumlah uang dari pengendara atau warga yang melintas.
Menyikapi adanya manusia silver di Kota Bekasi, Kepala Satpol PP Kota Bekasi, Abi Hurairah, mengatakan pihaknya terkendala pembinaan kepada manusia silver atau para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang mereka amankan.
Baca juga: Kompolnas Minta Remaja yang Handphonenya Diperiksa Aipda Ambarita Lapor Propam Polda Metro
"Kalo kita bicara masalah manusia silver, kita kan masih terkendala terkait dengan masalah pembinaan,” ujarnya, Rabu (20/10/2021).
“Tugas satpol PP adalah penertiban, seyogyanya pembinaan ini kan ada dinas khusus yang berkompeten," imbuhnya.
Menurut Abi, setelah mereka diamankan petugas ketika saat razia dan diberikan ke Dinas Sosial, tidak ada pembinaan secara khusus.
Sehingga mereka pun kembali ke jalan, karena memang kebutuhan ekonomi yang mendesaknya mereka turun ke jalan.
"Beberapa kali kita lakukan penertiban tugas kita adalah dari pada penertiban tersebut menyampaikan ke rumah singgah.
Tapi mereka kembali lagi ke jalan, dan orang yang ditertibkan itu-itu saja," katanya.
Baca juga: Pandemi Virus Corona Usai, Volume Kendaraan di Jakarta Naik 40 Persen saat Penerapan PPKM Level 2
Fenomena manusia silver di Kota Bekasi, diungkapkan oleh Abi juga tidak ada peningkatan, begitu pula dengan para PMKS lainnya. Justru kenaikan biasa terjadi ketika saat memasuki ramadan ataupun saat lebaran.
"Kalo sekarang ini belum ada (peningkatan) nanti biasanya yang timbul ada itu mau di idul fitri ada itu, mau di idulfitri itu trendnya pasti naik," ujarnya.
Agar memberikan efek jera, atau agar manusia silver maupun PMKS agar tidak lagi kembali ke jalan. Abi berharap ada pembinaan yang lebih baik, tidak hanya sekedar membuat surat pernyataan agar tidak kembali lagi ke jalan.
"Harapan kita sih dapat dilakukan pembinaan tidak hanya membuat surat pernyataan kemudian dilepas. Kalo pemerintah kan tidak begitu, kalo hanya sekedar data terus dilepas. Mereka tidak ada efek jera sebetulnya kalo kita berbicara masalah itu," ucapnya.
Baca juga: UPK Badan Air Jakarta Pusat Kerahkan Alat Berat Angkat Sampah yang Menumpuk di Pintu Air Manggarai
Sementara itu, menurut Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait, kasus manusia silver yang mengeksploitasi anak untuk mengamen di lampu merah selama pandemi Covid-19 meningkat.
Menurut Arist, kenaikan itu sesuai data yang ada di lapangan.
Misalnya di DKI Jakarta ada sebanyak 189 keluarga manusia silver.
Kemudian di Depok dan Tangerang Selatan kurang lebih ada sebanyak 200 keluarga manusia silver yang ditemukan.
"Itu temuan di lapangan dan data yang dihimpun dari berbagai pihak, jumlah keluarga manusia silver melonjak karena faktor ekonomi," katanya, Selasa (28/9/2021).
Arist melanjutkan, sebelum pandemi Covid-19 angka keluarga manusia silver di tiga wilayah tersebut mendekati 100 keluarga.
Namun kini jumlahnya melonjak dua kali lipat lebih.
Baca juga: Sudah Dikirimi Surat Somasi dan Diperiksa Polisi, Benarkah Anak Nia Daniaty Masih Mencari Korban?
Faktor terjadi lonjakan katanya karena banyak warga di DKI, Depok, dan Tangerang Selatan kehilangan pekerjaan.
Sehingga mereka memilih untuk menjadi manusia silver daripada harus menganggur atau berdiam diri di rumah.
Diantaranya kata dia, sopir angkot dan pedagang kaki lima yang beralih profesi sebagai manusia silver di DKI, Depok dan Tangsel.
"Mereka terpaksa berpindah profesi sebagai keluarga manusia silver karena kebutuhan sehari-hari," tuturnya.
Arist meminta kepada Pemerintah Pusat untuk mencari solusi agar masalah ini terus berkepanjangan.
Mengingat ada beberapa anak yang dikorbankan untuk dieksploitasi menjadi manusia silver demi meraup pundi-pundi rupiah.
Karena yang dikhawatirkan kalau masalah ini dibiarkan maka keluarga manusia silver akan terus bertambah banyak.
"Apa itu karena pandemi Covid-19 atau karena masalah kemiskinan yang tak teratasi," ujarnya.
Baca juga: Kelurahan Kota Bambu Selatan Sulap Limbah Sampah Daun Kering, Nasi dan Sayuran Jadi Pupuk
Sebelumnya, sejumlah orang tua menjadi manusia silver banyak yang mengajak anaknya untuk mengamen di lampu merah.
Kasus ini menjadi sorotan bagi Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Pa) karena adanya dugaan eksploitasi anak.
Arist menjelaskan, di DKI Jakarta ada sebanyak 189 keluarga manusia silver yang tercatat sampai September 2021.
"Mereka hidup di jalanan, rumah kardus tinggal di kolong jembatan," ujar dia melalui keterangan tertulis pada Selasa (28/9/2021).