Muktamar Nahdlatul Ulama
PROFIL Hidayat Nurwahid yang Disebut Faisal Assegaf Cocok jadi Ketum PBNU, Dia Muhammadiyah atau NU?
Ayah Hidayat Nurwahid, Muhammad Syukri merupakan pengurus Muhammadiyah, meskipun sebelumnya memiliki latar belakang Nahdhatul Ulama.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Usulan aktivis Faisal Assegaf agar Hidayat Nurwahid menjadi calon Ketua Umum PBNU mendapatkan sorotan luas.
Tidak sedikit yang memprotes usulan itu dan menganggapnya sebagai usulan 'yang aneh'.
Faisal sendiri dalam cuitannya menyebut Hidayat Nurwahid sebagai 'orang' Nahdlatul Ulama.
Meski demikian, sejumlah pihak menyebut HNW adalah seorang Muhammadiyah.
Awalnya, Faisal mengkritik pimpinan tertinggi NU selalu dijabat oleh tokoh dari Jawa.
Baca juga: Faldo Sebut dalam Agama Aksi Marah-marah Risma Adalah Hal Terpuji, Bingung saat Ditanya Dalilnya
Adapun peluang tokoh dari luar Jawa, menurut dia seolah tertutup.
Di sisi lain, dia juga menyoroti figur-figur yang dimajukan sebagai kandidat ketua umum adalah mereka yang dikatakan Faisal sudah terkontaminasi kepentingan politik.
Baca juga: Dorong Ganjar-Luhut Berpasangan di Pilpres, Ferdinand Jamin Tak Ada Lawan: Pemenang Sudah Diputuskan
"Sudah saatnya Ketum PBNU dari luar Jawa. Misal figur dari Aceh, Papua, Maluku, Makasar atau NTB. Biar menyegarkan dan bukti bahwa kepemimpinan NU tidak berputar-putar atas klaim anak cucu kiyai dan pendiri NU yang berbasis di Jatim & Jateng," cuitnya di Twitter dikutip pada Jumat (8/10/2021).
Faisal menyebutkan, sebagai ormas Islam terbesar, tidak seharusnya PBNU bersifat jawasentris dalam hal memilih pemimpin.
Baca juga: Gus Baha Masuk Bursa Ketum PBNU, Berpotensi menjadi Persaing Kuat Said Aqil di Muktamar ke-34
"Kalau Ketum PBNU masih dari basis NU Jatim & Jateng, semakin menegaskan NU sebaga ormas nepotisme berbasis kuantitas & history alias 'tempurung lokal' dengan kemasan nasional. Klaim kebhinekaan & kesetaraan yg diperjuangkan NU cuma omong kosong, hanya andalkan hegemoni bani Gus Dur dll.
Faisal tidak segan-segan menyebut bahwa pimpinan PBNU sebelumnya cenderung bewatak politisi, bukanlah ulama.
Baca juga: Tagar #PercumaLaporPolisi Bergema, Brigjen Rusdi Pastikan Semua Laporan Masyarakat Ditindaklanjuti
Ia juga menyinggung soal beberapa nama beken di NU yang disebutnya sebagai politisi
Lantas, Faisal mengusulkan nama seperti Hidayat Nurwahid layak dipertimbangkan sebagai Ketua Umum PBNU.
Sebab, kata dia, HWN yang kini menjadi petinggi di Partai Keadilan Sejahtera juga seorang ulama NU.
Baca juga: Faldo Diskakmat Ujang Komarudin usai Sebut Sikap Risma adalah Marah-marah yang Terpuji dalam Agama
Lalu bagaimana sepak terjang Hidayat Nurwahid?
Muhammad Hidayat Nur Wahid adalah seorang politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, M.A. lahir di Kebon Dalem Kidul, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah pada 8 April 1960.
Sang ayah, H. Muhammad Syukri merupakan pengurus Muhammadiyah, meskipun sebelumnya memiliki latar belakang Nahdhatul Ulama.
H. Muhammad Syukri yang meripakan alumni IKIP Yogyakarta bekerja sebagai guru di SD, SMP dan bahkan menjadi Kepala Sekolah di STM Prambanan.
Sang ibu, Ny. Siti Rahayu merupakan aktivis Aisyiyah, merupakan keturunan dari tokoh Muhammadiyah di Prambanan.
Seperti ayahnya, sang ibu juga berkarier di dunia pendidikan sebagai guru TK.
Hidayat Nur Wahid merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara dan diberi nama Hidayat agar menjadi petunjuk dan cahaya bagi saudara-saudaranya.
Lulus dari Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Hidayat Nur Wahid juga pernah bersekolah di Pondok Pesantren Ngabar, Ponorogo.
Hidayat Nur Wahid merupakan murid yang cerdas dan berprestasi karena memang memiliki kegemaran membaca.
Begitu lulus pada tahun 1978, Hidayat Nur Wahid awalnya ingin melanjutkan studi ke Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
Namun akhirnya Hidayat Nur Wahid memilih mengenyam pendidikan ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, hingga bahkan mendapat beasiswa di Universitas Islam Madinah.
Hidayat Nur Wahid lulus pada tahun 1983, dan lulus S2 pada tahun 1987.
Pendidikan S3-nya selesai pada tahun 1992.
Pada tahun 1998, istri Hidayat Nur Wahid bernama Kastrian Indriawati meninggal dunia.
Kemudian Hidayat Nur Wahid menikah dengan Diana Abbas Thalib.
Pendidikan:
SDN Kebondalem Kidul I, Prambanan, Klaten (1972)
Pondok Pesantren Ngabar, Ponorogo, Jawa Timur (1973)
Pondok Modern Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur (1978)
IAIN Sunan Kalijaga, Fakultas Syariah, Yogyakarta (1979)
Universitas Islam Madinah, Arab Saudi, Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Saudi Arabia; (1983)
Program Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah Arab Saudi, jurusan Aqidah (1987)
Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah, Arab Saudi, Fakultas Dakwah dan Ushuludiin, Jurusan Aqidah (1992)
Organisasi:
Anggota Pelajar Islam Indonesia (PII) (1973)
Andalan Koordinator Pramuka Gontor bidang kesekretariatan (1977-1978)
Training HMI IAIN Yogyakarta (1979)
Sekretaris MIP PPI Madinah Arab Saudi (1981-1983)
Ketua I Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Saudi Arabia (1983-1985)
Peneliti LKFKH (Lembaga Kajian Fiqh dan Hukum) Al Khairot
Ketua Umum LP2SI (Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam) Al-Haramain Jakarta (sejak 1993)
Anggota Pengurus badan Wakaf Pondok Modern Gontor (1999)
Pengurus Islamic Center IQRO Bekasi
Ketua Dewan Pendiri Partai Keadilan (PK)
Ketua Majelis Pertimbangan Partai Keadilan (1998-1999)
Anggota Steering Commitee IIFTIHAR untuk International Seminar and Workshop on Islamic Economics (1999)
Presiden Partai Keadilan (PK) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) (2000-2004)
Ketua Majelis Syuro Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)
Ketua Forum Dakwah Indonesia
Wakil Ketua Dewan Penasehat ICMI (2005-2010)
Anggota Dewan Pembina Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI)
Wakil Ketua Wali Amanat Al Quds Foundation yang diketuai Syaikh Prof. Dr. Yusuf Al Qaradhawy
Anggota Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Ketua Dewan Pembina Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI)
Riwayat Karier
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Hidayat Nur Wahid aktif terlibat dalam gerakan tarbiyah (pendidikan) dan berperan dalam pendirian Yayasan Alumni Timur Tengah serta lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam (LP2SI) di bawah Yayasan Al-Haramain.
Hidayat Nur Wahid juga pernah menjadi redaktur jurnal Ma'rifat yang merupakan majalah dari lembaga Haramain.
Mengikuti sang ayah dan ibu, Hidayat Nur Wahid pun terjun ke dunia pendidikan dengan mengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta, dosen pascasarjana di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidaytullah dan Universitas asy-Syafi'iyah, Jakarta.
Karier politik Hidayat Nur Wahid dimulai saat dirinya menjadi deklarator Partai Keadilan pada 20 Juli 1998.
Hidayat Nur Wahid terpilih menjadi ketua Dewan Pendiri dan menerima pelantikan menjadi Ketua Majelis Pertimbangan Partai Keadilan.
Pada pasca pemilu 1999, PK berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Pada 21 Mei 2000, Hidayat Nur Wahid dilantik menjadi Presiden kedua Partai Keadilan Sejahtera.
Pada pemilu 2014, Hidayat Nur Wahid terpilih menjadi anggota DPR.
Hidayat Nur Wahid didaulat menjadi wakil Ketua MPR RI 2014-2019.
Baca juga: PROFIL Gus Baha, Santri Kesayangan Mbah Moen yang Diusulkan Jadi Caketum PBNU Melawan Said Aqil
Baca juga: Dicaci Oknum Banser usai Usulkan HNW jadi Ketum PBNU, Faisal: Baru Punya Jaket Banser Sudah Arogan!
Karier :
Anggota Pelajar Islam Indonesia (PII), 1973
Koordinator Pramuka Gontor bidang kesekretariatan, 1977-1978
Training HMI IAIN Yogyakarta, 1979
Sekretaris MIP PPI Madinah, Arab Saudi, 1981-1983
Ketua PPI Arab Saudi, 1983-1985
Peneliti LKFKH (Lembaga Kajian Fiqh dan Hukum) Al Khairot
Ketua Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam, Yayasan Al-Haramain, Jakarta, 1993
Anggota Pengurus badan Wakaf Pondok Modern Gontor, 1999
Dewan Redaksi Jurnal Ma’rifah
Ketua Forum Dakwah Indonesia
Dosen Pasca Sarjana Magister Studi Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Dosen Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Dosen Pasca Sarjana IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosen Fakultas Ushuluddin (Program Khusus) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosen Pasca Sarjana Universitas Asy-Syafiiyah, Jakarta
Presiden Partai Keadilan 2000- 2002
Presiden Partai Keadilan Sejahtera 2003 – 2004.
Anggota DPR/Ketua MPR RI, 2004 – 2009.
Anggota DPR/Ketua Badan Kerjasama Antar-Parlemen DPR RI, 2009 – 2014
Anggota DPR/Wakil Ketua MPR, 2009 – 2014
Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, 2009 - 2012
Wakil Ketua MPR, 2014
Anggota Komisi VIII, 2014
Anggota Komisi I, 2016
Penghargaan
Hidayat Nur Wahid mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta pada 15 Agustus 2009 dalam rangka peringatan proklamasi kemerdekaan tahun 2009.
(TribunnewsWiki/Indah)