Konser Musik
Kolaborasi Gamelan Robot dan Youngster Gamelan16 Tutup Rangkaian Yogyakarta Gamelan Festival ke-26
26th Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) atau Festival Gamelan Yogyakarta ke-26 ditutup, Minggu (26/9/2021) malam.
Penulis: Irwan Wahyu Kintoko | Editor: Irwan Wahyu Kintoko
Rembug Budaya
Rembug budaya mengangkat tema Gamelan Hari Ini: Tantangan dan Perkembangan yang digelar hybrid atau perpaduan daring dan luring melalui live streaming, Sabtu lalu.
Rembub Budaya yang digelar di www.YGFlive.com ini menghadirkan banyak pembicara.
Menurut pegiat seni karawitan I Made Christian Wiranata Rediana, sampai hari ini gamelan masih tetap hidup.
Baca juga: Godbless Terima Penghargaan dari Presiden Joko Widodo Jelang Konser 48 Tahun Godbless Berkarya
Baca juga: BTS Resmi Batalkan Konser Musik Dunia Map of the Soul Tour setelah Ditunda Setahun
Namun, ia meminta untuk melihat gamelan tidak hanya dari satu sisi.
"Mengutip Sapto Raharjo, gamelan menjadi media pembelajaran banyak hal," ujar I Made Christian Wiranata Rediana.
Redian melihat gamelan sebagai rahmat Tuhan yang harus dirawat dan gamelan bukan hanya milik pengrawit.

Gamelan adalah pengharapan luar biasa untuk masa depan supaya bisa memaknai hidup dengan baik.
Arsya Rintoko, abdi dalem wiyogo, melihat gamelan sebagai nyawanya orang Jawa, mengutip Prof Timbul Haryono.
Ia mengibaratkan gamelan seperti media sosial masa kini karena gamelan menembus batas sosial dan mempertemukan berbagai kalangan berlatar-belakang berbeda.
Baca juga: Live Streaming 14 Jam, Prambanan Jazz Festival 2020 Jadi Konser Musik Live dengan Durasi Terpanjang
Baca juga: Pertama di Indonesia, Drive-In Konser Nonton Konser Musik Aman dan Nyaman dari Dalam Mobil
Pegiat seni tari Gandung Djatmiko menyatakan, gamelan sampai saat ini masih tumbuh dan berkembang.
Gandung Djatmiko menekankan gamelan sampai kapanpun bukan hanya rumus tetapi juga rasa.
"Rumus ada patokan dan baku, tetapi tidak hanya rumus, melainkan juga rasa. Rumus bisa didefinisikan, rasa tidak bisa," katanya.

Oleh karena itu, ia membagi perlakuan terhadap gamelan ke dalam tiga bagian. Pertama, memberlakukan gamelan dengan standar kewajaran.
Kedua, memberlakukan gamelan dengan mengambil sumber bunyi atau mdiumnya seperti yang dilakukan Sapto Raharjo.