Pesawat Jatuh
Dikenal Sosok yang Baik dan Dermawan, Tetangga hingga Teman Pengajian Akui Kehilangan Kapten Mirza
Dikenal Sosok yang Baik, Tetangga hingga Teman Pengajian Akui Kehilangan Kapten Mirza yang Tewas Dalam Tragedi Jatuhnya Pesawat Rimbun Air di Papua
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Dwi Rizki
Karena itu, hanya pesawat berbadan kecil yang bisa mendarat di lokasi tersebut.
Baca juga: Yudhistira Ungkap Sepak Terjang Kapten Mirza, Jelajahi Aceh-Papua Selama 35 Tahun Jadi Penerbang
Baca juga: Sebelum Kecelakaan Pesawat, Kapten Mirza Sempat Video Call dengan Istrinya
Bawa bahan bangunan
Kapolres Intan Jaya AKBP Sandi Sultan menyatakan, ada tiga orang kru di dalam pesawat tersebut.
Mereka yakni Mirza sebagi pilot, Fajar sebagai kopilot, dan Iswahyudi selaku teknisi.
"Mereka hanya membawa kargo bahan bangunan," kata Sandi dikutip dari Kompas.com pada Rabu (15/9/2021).
Ia mengatakan, ponsel Kapten Mirza yang membawa pesawat masih aktif.
Namun ketika ditelepon sang kapten tidak menjawab.
"HP pilot masih aktif, hanya ditelepon tidak diangkat. Semoga saja pilot dan krunya semua masih hidup, itu harapan kami," kata Sandi, Rabu.
Ditemukan dalam kondisi hancur
Pesawat Rimbun Air PK OTW yang sempat hilang kontak di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, telah ditemukan dalam kondisi hancur.
Berdasarkan pengamatan dari helikopter, bagian kepala pesawat yang terlihat paling hancur dan kemungkinan kru selamat sangat kecil.
"Sudah ditemukan di ketinggian 2.400 meter, jaraknya 5-6 km dari Bandara Bilogai ke arah Distrik Homeyo," ujar Kapolres Intan Jaya.
Proses evakuasi korban, sambung Sandi, akan dilakukan melalui jalan darat.
Untuk mengantisipasi adanya gangguan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah tersebut, aparat keamanan akan didampingi oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.
Sempat Video Call
Kabar jatuhnya pesawat Rimbun Air yang jatuh di pedalaman Papua pada Rabu (16/9/2021) mengejutkan keluarga besar Kapten Agithia Mirza (58) pilot pesawat naas tersebut.
Terlebih bagi istri dan anak kapten penerbang yang akrab disapa Haji Mirza itu.
Besarnya kehilangan disampaikan oleh putra kedua Haji Mirza, Yudhistira.
Yudistira, menceritakan bahwa Ia awalnya mendengar kabar kecelakaan Pesawat Rimbun Air dari pemberitaan media.
Sebelum berangkat menerbangkan pesawat Rimbun Air kata Yudistira, H Mirza sempat melakukan video call dengan ibundanya.
Kebiasaan ayahnya sebelum terbang itu rupanya menjadi kenangan terakhir Yudistira dengan sang ayah.
"Saya terakhir banget ya ibu saya ini sebelum prepare itu, dia lagi pakai baju (pilot) itu video call," kata Yudistira dikutip dari TribunnewsBogor.com.
Aktivitas menelepon ibu itu kata Yudistira, merupakan rutinitas Haji Mirza sebelum menerbangkan pesawat.
Baca juga: Yudhistira Ungkap Sepak Terjang Kapten Mirza, Jelajahi Aceh-Papua Selama 35 Tahun Jadi Penerbang
Baca juga: Sandiaga Uno Sebut 5G Setitik Harapan untuk Buka Peluang Usaha dan Lapangan Kerja di Tengah Pandemi
Satu jam sebelum penerbangan berlangsung, mendiang Haji Mirza akan melakukan video call kepada istrinya.
"Iya jadi beliau masih video call, setiap hari, dan hari H itu satu jam sebelum berangkat dengan ibu saya," kenang Yudistira.
Kantongi Jam Terbang 35 Tahun
Kapten Agithia Mirza (58), pilot pesawat Rimbun Air yang jatuh di Papua pada Rabu (16/9/2021), ternyata sudah memiliki jam terbang yang tinggi.
Pria kelahiran Padang, Sumatra Barat, ini merupakan jebolan Sekolah Penerbangan (Sekbang) TNI Angkatan Udara Angkatan XXXV (IDP 3) tahun 1986.
Anak kedua Kapten Mirza, Yudhistira, mengatakan ayahnya bertugas sebagai sebagai pilot helikopter TNI Angkatan Udara selama 10 tahun.
"Bapak menjalani Ikatan Dinas Pendek selama 10 tahun, dari 1986 hingga 1996," ungkapnya.
Selama periode ini, Kapten Mirza sudah menjelajah berbagai wilayah udara di Indonesia, mulai dari Aceh hingga ke Papua.
Kapten Mirza menjadi anggota TNI AU yang berdinas di Lanud Atang Senjaya (ATS), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Baca juga: Pemicu Perceraian Ririn Dwi Ariyanti dan Aldi Bragi Karena Cekcok
Setelah ikatan dinas selesai, Kapten Mirza pensiun dini dan menjadi pilot pesawat komersial dengan wilayah operasi di Kalimantan, Sumatera hingga Papua.
"Ayah sudah 18 tahun jadi pilot di Papua dengan maskapai yang berbeda-beda. Sebelum di Rimbun Air, dia menjadi pilot Aviastar," ujarnya.
Kapten Mirza belum begitu lama bekerja di Rimbun Air.
"Di Rimbun Air baru mulai Februari 2021, jadi baru sekira 7 bulan," tambah Yudhistira.
Sementara untuk pengalaman, Kapten Mirza memiliki jam terbang yang tinggi.
Baca juga: Sandiaga Uno Sebut 5G Setitik Harapan untuk Buka Peluang Usaha dan Lapangan Kerja di Tengah Pandemi
"Beliau sudah 35 tahun menjalani profesi ini. Jadi sudah sangat mengenal medan, apalagi medan di Papua," tuturnya.
Selama bertugas sebagai pilot pesawat komersial, lanjutnya, Mirza menghabiskan waktu dua minggu di luar kota dan seminggu di rumah.
"Itu sudah biasa bagi kami. Namanya juga resiko pekerjaan," ungkap Yudhistira.
Pantauan di rumah duka, suasana pilu masih menyelimuti rumah kediaman Haji Mirza yang berlokasi di RT 02/08, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada Kamis (16/9/2021).
Pasca kabar kecelakaan pesawat Rimbun Air terdengar, kerabat serta tetangga berbondong-bondong datang ke rumah H Mirza.
Hilang Kontak di Pedalaman Papua
Seperti diketahui, pesawat Rimbun Air PK OTW hilang kontak dalam penerbangan dari Bandara Nabire menuju Sugapa, Kabupaten Intan Jaya sekitar pukul 07.37 WITA pada Rabu 15 September 2021.
Baca juga: Sebelum Kecelakaan Pesawat, Kapten Mirza Sempat Video Call dengan Istrinya
Pesawat ini ditemukan pada Rabu (15/9/2021) dalam kondisi hancur di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.
Tiga orang awak pesawat yaitu Mirza sebagai pilot, Fajar sebagai kopilot, dan Iswahyudi selaku teknisi ditemukan meninggal dunia dan sudah dievakuasi pada Rabu (15/9/2021) malam.