Pesawat Jatuh
Dikenal Sosok yang Baik dan Dermawan, Tetangga hingga Teman Pengajian Akui Kehilangan Kapten Mirza
Dikenal Sosok yang Baik, Tetangga hingga Teman Pengajian Akui Kehilangan Kapten Mirza yang Tewas Dalam Tragedi Jatuhnya Pesawat Rimbun Air di Papua
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Dwi Rizki
WARTAKOTALIVE.COM, BOGOR - Tak hanya keluarga besar, musibah jatuhnya pesawat Rimbun Air di Papua juga membawa kesedihan bagi tetangga pilot Kapten Agithia Mirza yang menjadi korban.
Satu di antaranya Adi Zaini, tetangga Kapten Mirza sekaligus sesama anggota kelompok pengajian Al Gazali di Kelurahan Curug, Bogor.
Dirinya mengungkapkan rasa kehilangan sosok Kapten Mirza yang dikenal baik dan dermawan.
"Orangnya baik, ramah dan dermawan," kata
Meskipun jarang terlibat dalam kegiatan pengajian karena sering terbang ke luar kota, Kapten Mirza selalu murah hati membantu dana saat ada kegiatan.
"Dia sering jadi donatur kalau ada kegiatan di kelompok pengajian," ungkapnya.
Kapten Mirza juga menjadi teman perjalanan saat mwnunaikan ibadah haji pada 2018 lalu.
Baca juga: Pemberhentian 56 Pegawai KPK Dinilai Peneliti Lembaga Studi Anti Korupsi Adalah Keputusan Tegas
Baca juga: Tragedi Rimbun Air, Kopilot Fajar Sempat Video Call Istri, Ingin Tengok Putranya Sebelum Terbang
"Kami satu kloter haji, meakipun beda group," jelasnya.
Adi masih mengingat dengan jelas penbalaman menarik betsama Kapten Mirza saat pergi haji tahun 2018.
Ada banyak sih pengalaman menarik. Tetapi yang paling dia ingat itu waktu berangkat dari Mina ke Mekah.
"Saat itu kita tidak dapat tempat duduk. Jadi kita berdiri di dekat sopir sambil ngobrol sepanjang perjalanan. Pokoknya asyik," tutur Adi.
Dia pun kaget waktu mendengar kabar musibah yang menimpa Kapten Mirza dalam kecelakaan pesawat Rimbun Air di Papua, Rabu (15/9/2021).
"Tentunya kaget dan tidak menyangka saat ada kabar itu di group Whatsapp pengajian," ungkapnya.
Adi merasa sangat berduka karena kehilangan orang yang sangat baik dan sahabat satu pengajian.
"Kaki sangat sedih. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah dan khusnul khotimah serta keluarga yang ditinggalkan tabah," pungkas Adi.
Senada, Ketua RT 2/8 Kelurahan Curug Wahyu Setiadi mengungkapkan Kapten Mirza sebagai sosok yang ramah dan suka menolong.
"Orangnya supel dan ramah. Tetapi karena sering tugas di luar kota maka jarang ketemu," paparnya.
Kapten Mirza juga dermawan karena suka memberikan santunan bagi anak yatim janda-janda.
"Dia selalu mendukung kegiatan di lingkungan. Kalau Agustusan, misalnya, sering memberikan sumbangan. Jadi jiwa sosialnya tinggi" jelasnya.
Pantauan Wartakotalive.com, rumah duka Kapten Mirza di Blok C No.40, RT 02/08, Gang Got, Jalan Bondol, Kelurahan Curug, Bogor, tampak didatangi para tetangga dan sanak keluarga pada Kamis (16/9/2021) sore.
Jejeran karangan bunga juga tampak dilegakkan di depan rumah sang pilot.
Kehilangan Anak Bontot
Baca juga: Pemberhentian 56 Pegawai KPK Dinilai Peneliti Lembaga Studi Anti Korupsi Adalah Keputusan Tegas
Baca juga: Tragedi Rimbun Air, Kopilot Fajar Sempat Video Call Istri, Ingin Tengok Putranya Sebelum Terbang
Baca juga: Tak Ada Firasat atau Gelagat, Kapten Mirza Terlihat Baik-baik Saja Dalam Video Call Sebelum Terbang
Baca juga: Tingkatkan Pelayanan, Polres Bogor Bangun Gedung Satlantas Baru Senilai Rp 13 Miliar
Tragedi jatuhnya pesawat Rimbun Air PK-OTW di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua pada Rabu (15/9/2021) pukul 07.37 WIT membawa duka bagi keluarga korban.
Satu di antaranya adalah keluarga Kopilot Rimbun Air, Muhammad Fajar Dwi Saputra.
Paman Kopilot Fajar, Sunari mengungkapkan, keluarga sangat terkejut atas insiden jatuhnya pesawat Rimbun Air.
Pasalnya, keluarga besar sama sekali tidak merasakan firasat apapun, sebelum Fajar terbang ke Papua.
"Reaksinya sangat kaget, karena kita keluarga tidak ada firasat atas kepergian Fajar. Dari istri juga, setahu saya begitu," ucap Sunari saat ditemui Tribunnews.com di Kampung Rawa Lele, RT 03/13, Jatimakmur, Bekasi pada Kamis (16/9/2021).
"Sangat terpukul sekali keluarganya. Benar-benar mengejutkan," imbuh Sunari.
Baca juga: Ponsel Kapten Mirza yang Dipakai Video Call Istri Masih Aktif Saat Pesawat Rimbun Air Hilang Kontak
Cerita haru dibagikan ibunda almarhum Kopilot Fajar, Sri Purwanti (54).
Sri mengungkapkan, sebelum terbang ke Papua, Fajar sempat melakukan video call dengan istrinya.
"Terakhir komunikasi dengan istrinya jam 3 pagi waktu Jakarta. Dia mau terbang itu dia komunikasi vidcall dengan istrinya," ucap Sri Purwanti.
Baca juga: Viral Krisdayanti Ungkap Gaji-Tunjangan Anggota Dewan Fantastis, Gus Nadir Sindir Halus Warganet
Belakangan Fajar memang kerap melakukan video call dengan istrinya, untuk menanyakan kabar sang buah hati yang baru berusia 10 bulan.
"Selalu setiap saat komunikasi, karena dia baru punya anak kecil lagi lucu-lucunya. Setiap mau terbang dan landing dia sempatkan video call," tutur Sri Purwanti.
Baca juga: Angkat Satu Kakinya Ketika Duduk di Atas Kursi, Cara Duduk Ustaz Abdul Somad Bikin Salah Fokus
"Anaknya seorang putra, berusia 10 bulan," imbuh Sri Purwanti.
Sri, sebagai ibu kandung Kopilot Fajar, mengaku telah mengikhlaskan putra keduanya tersebut.
"Keluarga besar harus menerima, karena ini sudah ketentuan Allah. Jadi kita sudah menerima," ujar Sri.
Ponsel Kapten Mirza Sempat Aktif
Tak berselang lama setelah pesawat Rimbun Air hilang kontak di pedalaman Papua pada Rabu (16/9/2021), aparat segera menghubungi ponsel Kapten Mirza.
Ponsel sang pilot diketahui masih dalam keadaan aktif.
Namun Kapten Mirza yang tewas bersama dua orang kru, yakni Fajar sebagai kopilot, dan Iswahyudi selaku teknisi itu tak menjawab.
Momen tersebut terjadi sesaat Pesawat Rimbun Air PK OTW dikabarkan hilang kontak di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua pada Rabu (15/9/2021) pagi.
Pesawat tersebut terbang dari Bandara Nabire pada pukul 06.40 WIT dengan tujuan Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Umumnya waktu tempuh penerbangan dari Nabire ke Sugapa sekitar 40 menit. Pilot pesawat Rimbun kontak terakhir kali dengan peugas Airnav Sugapa sekitar pukul 07.30 WIT.
Baca juga: Tak Ada Firasat atau Gelagat, Kapten Mirza Terlihat Baik-baik Saja Dalam Video Call Sebelum Terbang
Baca juga: Tingkatkan Pelayanan, Polres Bogor Bangun Gedung Satlantas Baru Senilai Rp 13 Miliar
Pesawat Rimbun hilang kontak ketika masuk ke Bilorai, dekat dengan bandara.
Bandara Sugapa adalah salah satu bandara di Papua yang berada di tepian jurang dengan landasan hanya sepanjang 600 meter.
Karena itu, hanya pesawat berbadan kecil yang bisa mendarat di lokasi tersebut.
Baca juga: Yudhistira Ungkap Sepak Terjang Kapten Mirza, Jelajahi Aceh-Papua Selama 35 Tahun Jadi Penerbang
Baca juga: Sebelum Kecelakaan Pesawat, Kapten Mirza Sempat Video Call dengan Istrinya
Bawa bahan bangunan
Kapolres Intan Jaya AKBP Sandi Sultan menyatakan, ada tiga orang kru di dalam pesawat tersebut.
Mereka yakni Mirza sebagi pilot, Fajar sebagai kopilot, dan Iswahyudi selaku teknisi.
"Mereka hanya membawa kargo bahan bangunan," kata Sandi dikutip dari Kompas.com pada Rabu (15/9/2021).
Ia mengatakan, ponsel Kapten Mirza yang membawa pesawat masih aktif.
Namun ketika ditelepon sang kapten tidak menjawab.
"HP pilot masih aktif, hanya ditelepon tidak diangkat. Semoga saja pilot dan krunya semua masih hidup, itu harapan kami," kata Sandi, Rabu.
Ditemukan dalam kondisi hancur
Pesawat Rimbun Air PK OTW yang sempat hilang kontak di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, telah ditemukan dalam kondisi hancur.
Berdasarkan pengamatan dari helikopter, bagian kepala pesawat yang terlihat paling hancur dan kemungkinan kru selamat sangat kecil.
"Sudah ditemukan di ketinggian 2.400 meter, jaraknya 5-6 km dari Bandara Bilogai ke arah Distrik Homeyo," ujar Kapolres Intan Jaya.
Proses evakuasi korban, sambung Sandi, akan dilakukan melalui jalan darat.
Untuk mengantisipasi adanya gangguan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah tersebut, aparat keamanan akan didampingi oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.
Sempat Video Call
Kabar jatuhnya pesawat Rimbun Air yang jatuh di pedalaman Papua pada Rabu (16/9/2021) mengejutkan keluarga besar Kapten Agithia Mirza (58) pilot pesawat naas tersebut.
Terlebih bagi istri dan anak kapten penerbang yang akrab disapa Haji Mirza itu.
Besarnya kehilangan disampaikan oleh putra kedua Haji Mirza, Yudhistira.
Yudistira, menceritakan bahwa Ia awalnya mendengar kabar kecelakaan Pesawat Rimbun Air dari pemberitaan media.
Sebelum berangkat menerbangkan pesawat Rimbun Air kata Yudistira, H Mirza sempat melakukan video call dengan ibundanya.
Kebiasaan ayahnya sebelum terbang itu rupanya menjadi kenangan terakhir Yudistira dengan sang ayah.
"Saya terakhir banget ya ibu saya ini sebelum prepare itu, dia lagi pakai baju (pilot) itu video call," kata Yudistira dikutip dari TribunnewsBogor.com.
Aktivitas menelepon ibu itu kata Yudistira, merupakan rutinitas Haji Mirza sebelum menerbangkan pesawat.
Baca juga: Yudhistira Ungkap Sepak Terjang Kapten Mirza, Jelajahi Aceh-Papua Selama 35 Tahun Jadi Penerbang
Baca juga: Sandiaga Uno Sebut 5G Setitik Harapan untuk Buka Peluang Usaha dan Lapangan Kerja di Tengah Pandemi
Satu jam sebelum penerbangan berlangsung, mendiang Haji Mirza akan melakukan video call kepada istrinya.
"Iya jadi beliau masih video call, setiap hari, dan hari H itu satu jam sebelum berangkat dengan ibu saya," kenang Yudistira.
Kantongi Jam Terbang 35 Tahun
Kapten Agithia Mirza (58), pilot pesawat Rimbun Air yang jatuh di Papua pada Rabu (16/9/2021), ternyata sudah memiliki jam terbang yang tinggi.
Pria kelahiran Padang, Sumatra Barat, ini merupakan jebolan Sekolah Penerbangan (Sekbang) TNI Angkatan Udara Angkatan XXXV (IDP 3) tahun 1986.
Anak kedua Kapten Mirza, Yudhistira, mengatakan ayahnya bertugas sebagai sebagai pilot helikopter TNI Angkatan Udara selama 10 tahun.
"Bapak menjalani Ikatan Dinas Pendek selama 10 tahun, dari 1986 hingga 1996," ungkapnya.
Selama periode ini, Kapten Mirza sudah menjelajah berbagai wilayah udara di Indonesia, mulai dari Aceh hingga ke Papua.
Kapten Mirza menjadi anggota TNI AU yang berdinas di Lanud Atang Senjaya (ATS), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Baca juga: Pemicu Perceraian Ririn Dwi Ariyanti dan Aldi Bragi Karena Cekcok
Setelah ikatan dinas selesai, Kapten Mirza pensiun dini dan menjadi pilot pesawat komersial dengan wilayah operasi di Kalimantan, Sumatera hingga Papua.
"Ayah sudah 18 tahun jadi pilot di Papua dengan maskapai yang berbeda-beda. Sebelum di Rimbun Air, dia menjadi pilot Aviastar," ujarnya.
Kapten Mirza belum begitu lama bekerja di Rimbun Air.
"Di Rimbun Air baru mulai Februari 2021, jadi baru sekira 7 bulan," tambah Yudhistira.
Sementara untuk pengalaman, Kapten Mirza memiliki jam terbang yang tinggi.
Baca juga: Sandiaga Uno Sebut 5G Setitik Harapan untuk Buka Peluang Usaha dan Lapangan Kerja di Tengah Pandemi
"Beliau sudah 35 tahun menjalani profesi ini. Jadi sudah sangat mengenal medan, apalagi medan di Papua," tuturnya.
Selama bertugas sebagai pilot pesawat komersial, lanjutnya, Mirza menghabiskan waktu dua minggu di luar kota dan seminggu di rumah.
"Itu sudah biasa bagi kami. Namanya juga resiko pekerjaan," ungkap Yudhistira.
Pantauan di rumah duka, suasana pilu masih menyelimuti rumah kediaman Haji Mirza yang berlokasi di RT 02/08, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada Kamis (16/9/2021).
Pasca kabar kecelakaan pesawat Rimbun Air terdengar, kerabat serta tetangga berbondong-bondong datang ke rumah H Mirza.
Hilang Kontak di Pedalaman Papua
Seperti diketahui, pesawat Rimbun Air PK OTW hilang kontak dalam penerbangan dari Bandara Nabire menuju Sugapa, Kabupaten Intan Jaya sekitar pukul 07.37 WITA pada Rabu 15 September 2021.
Baca juga: Sebelum Kecelakaan Pesawat, Kapten Mirza Sempat Video Call dengan Istrinya
Pesawat ini ditemukan pada Rabu (15/9/2021) dalam kondisi hancur di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.
Tiga orang awak pesawat yaitu Mirza sebagai pilot, Fajar sebagai kopilot, dan Iswahyudi selaku teknisi ditemukan meninggal dunia dan sudah dievakuasi pada Rabu (15/9/2021) malam.