Berita Nasional

TNI AD Hapus Tes Keperawanan bagi Calon Prajurit, Pengamat Militer Ini Tak Sepakat, Begini Alasannya

Selama ini TNI menerapkan prosedur pemeriksaan genital sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan di tiap jenjang

Editor: Feryanto Hadi
Tribunnews/Irwan Rismawan
KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA--TNI AD menghapus aturan tes keperawanan bagi perempuan yang ingin menjadi prajurit.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menegaskan pihaknya meniadakan tes keperawanan bagi perempuan calon prajurit TNI AD sejak Mei lalu. 

Tes keperawanan dalam rekrutmen prajurit TNI AD adalah aturan pemeriksaan genital atau kelamin, khususnya bagian dalam dari vagina dan cervix (rahim) untuk calon prajurit wanita.

Tes tersebut untuk melihat kondisi hymen (selaput dara) apakah masih sempurna atau ruptured (sobek) seluruhnya ataupun sobek sebagian, adalah bagian dari perubahan untuk kemajuan yang diterapkan Angkatan Darat.

Keputusan tersebut menimbulkan pro dan kontra.

Baca juga: VIDEO KSAD Andika dan Istri Kunjungi Isolasi Pasien Covid-19 di Solo Bersama Gibran

Selain menuai pujian dan beberapa pihak, adapula yang memiliki pandangan berbeda yakni tidak sependapat dengan keputusan dihapusnya prosedur pemeriksaan genital  (baik bagi laki-laki maupun perempuan) pada seleksi penerimaan prajurit.

Salah satunya dilontarkan oleh Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi.

Khairul Fahmi menyebut, selama ini TNI menerapkan prosedur pemeriksaan genital sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada seleksi penerimaan personel di tiap jenjang.

Namun, Fahmi menyadari bahwa adanya prosedur tersebut menuai polemik, terutama terkait dengan isu keperawanan.

Sejumlah kalangan termasuk pegiat HAM menilai hal itu tidak relevan dan diskriminatif.

Baca juga: Laksamana Yudo Margono Disebut Calon Terkuat Panglima TNI, Ubedilah Badrun Beberkan Analisanya

Menurutnya, polemik pemeriksaan genital pada dasarnya lebih diakibatkan minimnya penjelasan menyangkut persoalan prosedur pemeriksaan kesehatan dalam seleksi personel.

Fahmi menyebut, prosedur tersebut sejatinya dilakukan karena TNI ingin menerapkan standar kesehatan dan moral yang tinggi bagi personelnya.

"Pemeriksaan genital diberlakukan tidak hanya bagi perempuan, namun juga laki-laki. Pemeriksaan genital dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih memadai terkait kondisi kesehatan dan perilaku yang bersangkutan," ujarnya dihubungi wartawan di Jakarta, Sabtu (14/8/2021).

Misalnya, menurut dia, tes dilakukan untuk mengetahui apakah calon prajurit mengidap penyakit menular seksual, penyakit genital atau tidak. Kemudian juga untuk mengetahui perilaku seksualnya.

Jika pemeriksaan itu dihapus, maka akan sulit bagi TNI untuk melakukan 'profiling' kesehatan dan moral calon anggotanya secara lebih komprehensif.

Baca juga: Berprestasi, Tiga Prajurit TNI Terima Penghargaan dan Beasiswa dari Rabdan Academy Uni Emirat Arab

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved