Tangerang

Berawal dari Tongkrongan, Bejo Jadi Pengusaha Cacing Sutra di Kolong Jembatan Merah Kota Tangerang

Bejo, lelaki paruh baya yang kesehariannya berjualan cacing sutra di kolong jembatan merah, Kota Tangerang.

Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Sigit Nugroho
Warta Kota
Bejo, pengusaha cacing sutra di bawah kolong Jembatan Merah, Kota Tangerang. 

WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Bejo, lelaki paruh baya yang kesehariannya berjualan cacing sutra di kolong jembatan merah, Kota Tangerang.

Sekilas, dia tidak tampak sebagai pengusaha cacing sutra.

Cara berpakaiannya serba sederhana. 

Mengandalkan sebuah kasur, ia duduk sembari menikmati batang rokoknya, dan menanti dengan sabar para pembeli.

Tak jauh dari tempatnya, sebuah kolam yang dibentuk dari semen berisikan cacing sutra siap untuk dijual.

Sementara itu, beberapa kolam kecil adalah lokasi pembersihan cacing sutra yang baru diperoleh dari sungai.

Sudah dua tahun, pria paruh baya ini menjadi pengusaha cacing sutra.

Baca juga: Duh! 21,5 Kg Daging Kurban di Kepulauan Seribu Dimusnahkan karena Mengandung Cacing

Baca juga: Ditemukan Cacing Pita, Jeroan Hewan Kurban di Masjid Al Akhyar Gedong Akhirnya Dibuang Petugas

Baca juga: BPOM Akhirnya Izinkan Obat Cacing Invermectin dan 7 Jenis Obat Lainnya untuk Terapi Covid-19

Berawal dari tongkorongan, dia perlahan menata sedikit-demi sedikit usaha berjualan cacing sutra.

"Dulu saya bergabung bersama teman-teman, ikut mencari cacing sutra lalu menjualnya. Dulu ada bosnya. Saya pelajari, perlahan demi perlahan saya buat usaha ini," kata Bejo kepada Warta Kota.

Lanjutnya, mencari cacing sutra butuh sebuah pengkait yang ujungnya telah dipasang jaring berukuran kecil sehingga mampu mengangkat lumpur yang berisi cacing.

Berkat pengalaman yang sudah lama, ia bahkan hanya menggunakan perasaan untuk mencari tahu lokasi lumpur yang ada cacing pitanya.

Bejo pun mempejari teknik agar cacing pitanya tetap hidup di dalam kolam.

Setelah semuanya sukses, ia pun menjual cacing sutra kepada pelanggan yang punya ternak ikan.

"Kalau sekarang kan sudah usaha sendiri ya, dan ada empat orang yang mencari cacing sutra ini, jadi saya biasanya beli Rp 20.000 ribu per gayung dari mereka lalu menjualnya dengan harga Rp 25.000 hingga Rp. 30.000 per gayung tergantung pada permintaan," papar Bejo.

Berawal dari pemancing sebagai pelanggan pertama, lambat laun usahanya dikenal oleh banyak orang termasuk peternak ikan.

Cacing sutra adalah makanan favorit untuk ikan. Alhasil, cacing sutra miliknya pun diburu. Bahkan ia telah punya banyak langganan tetap.

"Kalau sekarang lagi sepi karena pandemi ya, jadi hasilnya cukup-cukup makanlah. Tetapi kalau lagi rame biasanya satu hari bisa untung Rp 300.000," tutur Bejo.

Sebagai pengusaha cacing sutra, Bejo mengisahkan, jika stok menipis, tak jarang mereka mencari dan membeli cacing sutra hingga ke Cengkareng, Pluit bahkan hingga ke Bekasi.

Sebagai pengusaha cacing sutra, Bejo pun membagikan prinsipnya.

"Asal kita tidak gengsi saja, semua bisa dijadikan usaha. Kalau kita mau, banyak kok yang bernilai, yang bisa diuangkan. Tapi jangan gengsi," tutupnya.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved