Virus Corona
Luhut: Makin Banyak Kita Bikin Berita Tidak Benar, Makin Banyak Orang Stres dan Meninggal
Luhut memohon agar tidak usah berpolemik dengan membuat berita-berita yang kontradiksi atau pernyataannya dipotong-potong.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta publik memahami, Covid-19 varian Delta tidak mudah dikendalikan.
Ia meminta jangan sampai ada pernyataan kondisi terkendali, akibat pernyataan yang sepenggal.
"Jadi, kalau Anda membuat berita-berita tidak benar untuk supaya, maaf, media Anda populer."
Baca juga: Dua Jenazah Teroris MIT Poso Dimakamkan di Palu, Jasad Membusuk Sulitkan Identifikasi
"Anda sebenarnya cenderung membuat orang lain bisa cedera, saya titip betul itu," ujarnya dalam video conference, Kamis (15/7/2021).
Karena itu, Luhut memohon agar tidak usah berpolemik dengan membuat berita-berita yang kontradiksi atau pernyataannya dipotong-potong.
"Kalau boleh saya titip teman-teman media, kita ini menyelamatkan nyawa orang."
Baca juga: Bakal Laporkan Perkembangan PPKM Darurat kepada Jokowi, Luhut: Kami Amati Betul Masalah Ekonomi
"Jadi, makin banyak kita bikin berita-berita tidak benar, makin stres orang, makin banyak orang meninggal," ucap Luhut.
Dia menambahkan, varian delta tidak hanya menyasar Indonesia saja, tapi juga banyak negara yang bahkan sudah memutuskan untuk lepas masker.
"Jangan kita melihat bahwa Indonesia saja yang kena, itu Inggris kena, Belanda kena."
Baca juga: Jokowi Mulai Bagikan Paket Obat Gratis untuk Pasien Covid-19 Isolasi Mandiri, Cukup untuk 7 Hari
"Perdana Menteri Belanda kemarin minta maaf karena dia menyetujui lepas masker beberapa waktu yang lalu."
"Kemudian, Malaysia itu sampai hari ini juga, ini juga Rusia, Indonesia, Thailand, dan seterusnya."
"Amerika sendiri sekarang juga terjadi kenaikan luar biasa," beber Luhut.
Baca juga: LIVE STREAMING Sidang Vonis Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, Ini Harapan KPK
Sebelumnya, Luhut menegaskan penanganan pandemi Covid-19 saat ini terkendali.
Luhut meminta yang menyebut penanganan pandemi tidak terkendali, menemui dirinya.
"Jadi kalau ada yang berbicara bahwa tidak terkendali keadaannya, sangat-sangat terkendali."
Baca juga: Bentrok di Poso, Satgas Madago Raya Tembak Mati Dua Anggota MIT Pimpinan Ali Kalora Cs
"Jadi yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya, nanti saya tunjukkan ke mukanya bahwa kita terkendali," kata penanggung jawab pelaksanaan PPKM darurat itu, dalam konferensi pers virtual yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (12/7/2021).
Purnawirawan Jenderal TNI itu tidak menampik masih ada sejumlah permasalahan dalam penanganan pandemi. Namun permasalahan tersebut, kata dia, terus diperbaiki.
"Bahwa kita punya masalah, saya berkali-kali sampaikan, yes, kita punya banyak masalah, dan ini masalah kita perbaiki dengan tertib," tuturnya.
Baca juga: Kabareskrim Minta Produsen Jangan Tarik Obat dari Pasaran Kalau Cuma untuk Sesuaikan HET di Kemasan
Dalam penanganan pandemi Covid-19, Presiden, kata Luhut, memberikan arahan yang sangat jelas.
Presiden juga mengawal seluruh penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
"Dan kami sebagai pelaksananya tidak ada masalah."
Baca juga: Darurat Pandemi Covid-19, Arief Poyuono: Kalau Wiranto Masih Jadi Menkopolhukam Enggak Kayak Gini
"Semua kami putuskan secara terintegrasi," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Luhut kemudian memaparkan perkembangan pelaksanaan PPKM darurat yang telah berhasil menurunkan mobilitas penduduk di Jawa-Bali hingga 10-15 persen.
Pemerintah, kata dia, terus berupaya agar mobilitas dapat turun hingga 20 persen seperti yang sudah ditargetkan.
Baca juga: LaporCovid-19 Ungkap 451 Pasien Meninggal Saat Isolasi Mandiri, Terbanyak di Kota Bekasi
Luhut juga menjelaskan upaya pemerintah dalam menanggulangi kelangkaan oksigen dan obat di masa darurat Covid-19.
Untuk obat, pemerintah sedang membahas lisensi agar obat Actemra bisa diproduksi di dalam negeri.
Untuk oksigen, pemerintah akan mengimpor 40 ribu ton oksigen liquid, dan 50 ribu unit oksigen konsentrator.
Baca juga: BREAKING NEWS: Polda Metro Jaya Ciduk Dokter Lois Owen yang Tak Percaya Covid-19
Pemerintah juga akan membagikan secara gratis 300 ribu paket obat bagi pasien Covid-19 bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG).
Pemerintah juga akan menyalurkan bantuan beras kepada warga yang terdampak penerapan PPKM Darurat.
Penyaluran bantuan tersebut akan dilakukan oleh TNI dan unsur lainnya.
Kasus aktif Covid-19 di Indonesia kini sebanyak 480.199 orang per 15 Juli 2021, dan sebanyak 70.192 orang meninggal.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 14 Juli 2021, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 689.236 (26.4%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 467.144 (17.9%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 297.742 (11.4%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 203.372 (7.8%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 88.457 (3.4%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 80.726 (3.1%)
RIAU
Jumlah Kasus: 77.459 (3.0%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 69.592 (2.7%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 69.152 (2.6%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 57.722 (2.2%)
BALI
Jumlah Kasus: 56.697 (2.2%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 39.761 (1.5%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 37.854 (1.4%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 33.207 (1.3%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 32.888 (1.3%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 28.857 (1.1%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 25.795 (1.0%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 25.587 (1.0%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 24.506 (0.9%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 22.084 (0.8%)
ACEH
Jumlah Kasus: 20.538 (0.8%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 18.343 (0.7%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 18.173 (0.7%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 15.399 (0.6%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 15.078 (0.6%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 14.772 (0.6%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 14.606 (0.6%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 13.896 (0.5%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 12.984 (0.5%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 12.345 (0.5%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 11.468 (0.4%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 7.248 (0.3%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 6.469 (0.2%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 6.364 (0.2%). (Yanuar Riezqi Yovanda)