Kabar Duka
Pak Harmoko Trending Topic, Ucapan Bela Sungkawa Mengalir, Netizen Mengenang Gaya dan Ciri Khasnya
Mantan Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko meninggal dunia dalam usia 82 tahun. Pak Harmoko pun trending topic, netizen mengenang gayanya
Kemudian pada tahun 1964 mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ini juga pernah menjadi wartawan di Harian Angkatan Bersenjata.
Satu tahun berselang, kariernya semakin menanjak. Selain menjadi wartawan di Harian API, Harmoko juga dipercayakan sebagai Pemimpin Redaksi surat kabar berbahasa Jawa, Merdiko.
Lalu, pada tahun 1966 hingga 1968, Beliau pun menjadi penanggung jawab Harian Mimbar Kita.
Dan tepat pada16 April 1970 bersama rekan-rekannya, Harmoko mendirikan Harian Pos Kota.
Dalam rezim kepemimpinannya, oplah Post Kota meningkat hingga mencapai 200.000 eksemplar pada tahun 1983.
Kredibelitas Harmoko membuatnya dilirik Presiden Soeharto hingga akhirnya ia berhasil menjabat sebagai Menteri Penerangan RI selama 14 tahun sejak 1983.
Baca juga: PPKM Darurat Tak Berpengaruh Banyak pada Persiapan PON Tim Softball Banten
Selama menjabat sebagai Menteri, dapat dikatakan Harmoko menjadi salah satu orang kepercayaan ke-2 Presiden Soeharto.
Harmoko dianggap mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Soeharto kala itu.
Bahkan, Ia juga pencetus ide Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pemerintah ke publik.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini juga sosok dibalik pembredelan Tempo, DeTik, dan Editor dengan tujuan demi kestabilan pemerintahan.
Sebagai sosok yang bergelut dengan pers, sebetulnya ia paham pembredelan sangat menyakitkan. Namun, apa boleh buat itu adalah perintah.
Menjelan Pemilihan tahun 1998, Presiden Soeharto sebetulnya sudah berniat mundur.
Tapi, Harmoko tetap mendukungnya untuk melanjutkan pemerintahan.
Baca juga: BPK RI Rekomendasikan BPJS Ketenagakerjaan Cut Loss 6 Saham, Pakar Sebut Bikin Gaduh Pasar Bursa
Setelah kembali terpilih, ternyata gejolak akibat krisis moneter semakin menjadi hingga terjadi kerusuhan Mei 1998.
Hal tak terduga terjadi tanggal 18 Mei 1998. Harmoko mengeluarkan keterangan pers dan meminta supaya Presiden Soeharto mundur.