Utang Luar Negeri

Utang Luar Negeri RI Makin Meroket, Bank Indonesia: Untuk Mendukung Pembiayaan Program dan Proyek

Per akhir April 2021, Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi ULN sebesar US$ 418,0 miliar, lebih tinggi dari posisi utang per akhir Maret 2021

Editor: Feryanto Hadi
KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN
Pintu gerbang Perkantoran Bank Indonesia. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA. Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia kembali meningkat.

Per akhir April 2021, Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi ULN sebesar US$ 418,0 miliar, lebih tinggi dari posisi utang per akhir Maret 2021 yang sebesar US$ 415,6 miliar. 

Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengungkapkan, pertumbuhan ULN periode tersebut sebesar 4,8% yoy, lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,2% yoy. 

“Perkembangan tersebut didorong oleh perlambatan pertumbuhan posisi ULN Pemerintah dan ULN Swasta,” ujar Erwin dalam laporannya, dikutip dari Kontan.id

Baca juga: Pemerintah Berencana Pajaki Sembako, Mardani: Langkah Panik Akibat Utang Menggunung

Baca juga: TRAGIS! Guru Honorer Terlilit Utang Pinjol Rp206 Juta,Berawal Pinjam Rp3,7 Juta untuk Beli Susu Anak

Secara rinci, ULN Pemerintah di bulan April 2021 tercatat sebesar US$ 206,0 miliar atau lebih tinggi dari US$ 203,4 miliar pada bulan sebelumnya.
Namun, bila menilik pertumbuhannya yang sebesar 8,6% yoy, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2021 sebesar 12,6% yoy.

ULN Pemerintah tumbuh pada bulan April 2021 seiring dengan penarikan neto pinjaman luar negeri yang digunakan untuk mendukung pembiayaan program dan proyek, diantaranya program inklusi keuangan. 

Di samping itu, sentimen positif kepercayaan pelaku pasar global yang tetap terjaga, mendorong investor asing kembali menempatkan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik. 

Baca juga: Andi Arief Dalam Masalah Serius, Baru Dilaporkan Sehari, Polisi Langsung Dalami Laporan Kader PSI

Erwin mengatakan, ULN Pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas, termasuk upaya penanganan pandemi Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Dalam hal ini, antara lain mencakup sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dengan pangsa 17,7% dari total ULN Pemerintah, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial 17,1%, sektor jasa pendidikan 16,3%, sektor konstruksi 15,3%, dan sektor jasa keuangan dan asuransi 12,8%. 

ULN swasta pada April 2021 tercatat sebesar US$ 209,0 miliar, atau turun tipis dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar US$ 209,4 miliar.

Ini didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 78,4% terhadap total ULN swasta. 

Baca juga: Sang Ibu Kisahkan Markis Kido Tetap Semangat Jalani Hidup meski Sudah Idap Hipertensi Sejak Remaja

Baca juga: Sri Mulyani Bicara Kesetaraan Perpajakan, Kebutuhan Pria dan Wanita Beda

Secara pertumbuhan, ULN swasta tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya.

Pertumbuhan ULN swasta April 2021 tercatat 1,2% yoy melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 2,6% yoy.

Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ULN lembaga keuangan yang terkontraksi semakin dalam sebesar 8,8% yoy dari kontraksi 6,6% yoy pada bulan sebelumnya. 

Selain itu, pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan juga mengalami perlambatan menjadi sebesar 4,3% yoy dari 5,3% yoy pada bulan sebelumnya. 

Baca juga: KABAR BAIK, Ekspor Industri Mainan Anak Tembus 343 Juta Dolar AS di Tengah Pandemi

Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa mencapai 77,2% dari total ULN swasta.

Sumber: Kontan
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved