Positif Covid19

Lima Pegawai Disnaker Kabupaten Tangerang Positif Covid-19, padahal Sudah Divaksin

Penyebaran virus Covid-19 di Kabupaten Tangerang mengkhawatirkan, sejumlah pegawai di ruang lingkup Pemkab Tangerang dinyatakan positif Covid-19.

Editor: Valentino Verry
Warta Kota/Andika Panduwinata
Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmizi, menjelaskan pasca-lebaran lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Tangerang mengalami kenaikan. 

WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG - Angka kasus penyebaran Covid-19 di Kabupaten Tangerang melonjak drastis. Sejumlah pegawai di ruang lingkup Pemkab Tangerang dinyatakan positif Covid-19.

Selain Dinas Perdagangan, ada lima orang pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang yang positif Covid-19. Setelah diketahui dari hasil test PCR.

Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Tangerang dr Hendra Tarmizi.

Ia menjelaskan pasca-lebaran lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Tangerang mengalami kenaikan, setelah dilakukan Swab PCR ada lima pegawai Disnaker yang terpapar berstatus orang tanpa gejala (OTG).

Baca juga: Covid-19 Jakarta Tinggi Lagi, Anies Baswedan Minta Prokes di Tempat Usaha Diperketat Termasuk Kafe

"Awalnya satu orang, namun setelah dilakukan tracing, bertambah menjadi empat orang. Jadi jumlahnya keseluruhan ada  lima orang," ujar Hendra, Senin (14/6/2021).

Hendra mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menjaga kesehatan tubuh. Agar tetap fit dan wajib menerapkan protokol kesehatan di mana pun, apalagi saat ini sudah mulai banyak warga yang mengabaikan Prokes.

"Sudah divaksin tidak menjamin badan kita sehat, jika Prokes tidak diterapkan, tidak tertutup kemungkinan akan terserang virus Covid-19. Mari kita benar-benar menerapkan prokes dengan melaksanakan 5 M," kata Hendra.

Orang yang sudah divaksin Covid-19 harus tetap melaksanakan protokol kesehatan (prokes).

Pasalnya, orang yang sudah divaksin Covid-19 belum aman dari penularan virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

Apalagi meski sudah divaksin Covid-19, antibodi bagi seseorang baru akan terbentuk 28 hari setelah divaksin.

Hal itu diungkapkan juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Riau, dr Indra Yovi di Pekanbaru, Senin (31/5/2021).

"Setelah divaksin, maka orang tersebut tetap menerapkan prokes Covid-19, seperti memakai masker dan menjaga jarak, itu saja dijalankan," kata dr Indra Yovi.

dr Indra Yovi menjelaskan, antibodi yang terbentuk selama 28 hari setelah vaksin kedua, akan memberikan kekebalan tubuh hingga mencapai 67 persen, dan tidak ada vaksin yang memberikan perlindungan hingga 100 persen.

Baca juga: Kapolres Metro Jakarta Barat Kerahkan Polsek untuk Mengejar Target Vaksin Covid-19

Paling tidak, katanya, setelah seseorang divaksin dapat memberikan kekebalan jika terpapar Covid-19 sehingga tidak dalam kondisi yang berat.

Antibodi kekebalan tubuh 28 hari setelah vaksin kedua, vaksin Sinopharm yang kita pakai memiliki 67 persen melindungi.

"Artinya, dari 100 orang yang divaksin masih ada 33 orang yang terkena Covid-19 dan berita baiknya kalau yang 33 itu kena Covid-19 maka jumlahnya hanya 3 persen yang parah," katanya.

Untuk itu, kata dia, satgas mengimbau masyarakat untuk bisa ikut program vaksinasi yang dicanangkan oleh pemerintah.

Sejauh ini yang telah divaksin jika terpapar Covid-19 hanya bergejala ringan di mana kekebalan tubuh yang sudah divaksin empat kali lipat bila dibandingkan orang yang tidak divaksin, demikian Indra Yovi.

Antibodi Tergantung Keparahan Infeksi Covid-19

Ketika seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19, dia sudah memiliki antibodi alami.

Namun banyak faktor memengaruhi tinggi rendahnya antibodi orang tersebut.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Alergi Immunologi Dr dr Gatot Soegiarto SpPDKAI FINASIM mengatakan, orang yang terinfeksi tergantung tingkat infeksinya.

Infeksi terpapar virus corona bisa  tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, gejala berat, atau gejala kritis.

"Semakin berat tingkat infeksinya, tubuh berjuang semakin keras untuk mengalahkan virus," kata Gatot saat acara virtual talkshow dari Soho bertema 'Pentingnya Menjaga Imunitas Tubuh Meski Sudah Divaksinasi'.

"Fakta yang diperoleh, antibodi itu berbanding lurus dengan tingkat keparahannya," ucapnya lagi.

Kasus positif virus corona di Indonesia sebagian besar tanpa gejala hingga ringan.

Baca juga: Perempuan Berusia 90 Tahun Tiga Kali Disuntik Vaksin Covid-19

Untuk orang tanpa gejala (OTG),  antibodinya rendah, gejala ringan, antibodinya agak lebih tinggi.

Lebih tinggi lagi antibodinya jika bergejala sedang, parah, bahkan kritis.

Jika kritis ada dua konsekuensi. Berhasil mengalahkan hingga sembuh dan punya antibodi tinggi, atau kalah hingga akhirnya meninggal dua.  

Titer antibodi penyintas Covid ini tergantung pada masing-masing orang dan kondisi yang dihadapi.

Titer antibodi ada yang bertahan 3-8  bulan, setelah itu menurun.

Jika herd immunity karena vaksinasi tidak tercapai, maka penularan akan terus terjadi.

Sedangkan jika penularan terus terjadi,  maka potensi mutasi virus akan terus terjadi.

Penyebabnya, mutasi virus itu sesuatu yang normal, karena virus memang cenderung bermutasi jika penularan terus terjadi.

Jadi, selain cakupan vaksinasi masih kecil, ada juga risiko mutasi virus. 

Untuk mencegah mutasi virus corona, maka harus dilakukan upaya mencegah penularan terus menerus.

Immunomodulator

Baca juga: VIDEO : 4.000 Pekerja Transportasi di Jakarta Jalani Vaksin Covid-19

Orang yang telah menjalani vaksinasi responnya bisa macam-macam tergantung usia, gender, kualitas gizi, memiliki penyakit penyerta, dan stres.

Pada orang usia muda dibandingkan orang tua, respon atau titer antibodi yang dibentuk lebih rendah. Karena orang tua mengalami penurunan fungsi. Salah satunya  fungsi imun yang menurun.

Alasannya orang lebih tua fungsi imunitas tubuhnya sudah mulai menurun.

Perempuan lebih tinggi imunitasnya dibanding laki-laki.  Orang dengan gizi bagus respon antibodi lebih tinggi dibandingkan dengan orang bergizi buruk.

Orang yang memiliki penyakit penyerta, kemampuannya untuk membentuk antibodi juga lebih rendah dibandingkan orang tidak memiliki penyakit penyerta. 

Faktor stres juga berpengaruh. Orang stres, kemampuan membentuk antibodinya juga menurun.

Termasuk mereka yang mengonsumsi antibiotika, respon imun atau kemampuan untuk membentuk antibodi juga turun.

Sebaliknya ada  bahan tertentu yang memiliki kemampuan untuk membentuk titer antibodi seperti echinacea purpurea, bahan herbal yang bermanfaat sebagai immunomodulator.

"Penggunaan immunomodulator seperti echiancea purpurea ternyata bisa meningkatkan titer antibodi terhadap vaksinasi. Respon tubuh menjadi lebih baik," kata Gatot.

Baca juga: 400 Ribu Dosis Vaksin Covid-19 AstraZeneca di DKI Kedaluwarsa Akhir Juni, Sebagian Batch CTMAV547

Gatot menepis anggapan, saat pemberian dosis 1 ke dosis 2 tidak boleh mengonsumsi immunomodulator.

"Antara jeda vaksinasi dosis 1 dan dosis 2 kita boleh mengonsumsi immunomodulator. Ini memang tergantung obat yang dikonsumsi," kata Gatot.

Menurut dia, jika obat steroid, obat penurun panas, saat dikonsumsi hanya sehari sesuai kebutuhan tidak masalah.

Tetapi jika dikonsumsi berkepanjangan, ada jurnal yang meneliti bahwa konsumsi berlebihan terhadap jenis obat steroid, obat penurun panas, maka titer antibodinya menurun.

"Namun, kalau yang digunakan adalah immunomodulator echinacea purpurea, justru yang meningkatkan titer antibodi. Justru itu yang boleh," kata Gatot.

Menurut Gatot, orang lanjut usia (lansia) disarankan mengonsumsi immunomodulator seperti echinace purpurea.

Alasannya, sifatnya untuk membantu meningkatkan imunitas tubuh yang rendah dan jika berlebihan akan direm.

"Lansia itu mengalami penurunan fungsi imun. Lansia kalau mengonsumsi immunomodulator seperti echinace purpurea, maka pemberian itu bagus."

"Artinya, dalam kondisi yang kurang, maka lansia harus dibantu atau dirangsang dengan immunomodulator seperti echinacea purpurea," katanya.

Sementara itu, dokter Spesialis Paru, Dr dr Erlina Burhan MSc SpP(K) mengatakan, masyarakat yang sudah mendapat vaksin Covid pun  tetap butuh suplemen seperti immunomodulator.

Baca juga: Cegah Klaster Baru, Kapolda Metro Jaya Siapkan 400 Dosis Vaksin Covid-19 di Lokasi Mikro Lockdown

"Sebenarnya, suplemen atau vitamin itu ada di makanan, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Tapi, tidak semua orang suka sayur dan buah."

"Jadi, menurut saya, harus ada beberapa ikhtiar untuk menghindari terjadinya infeksi covid-19 ini."

"Selain vaksinasi, juga bisa menjalankan 5M, termasuk juga dengan meningkatkan imunitas tubuh, salah satunya dengan mengonsumsi immunomodulator," kata Erlina.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved