Virus Corona
Kategori Obat Keras, Penggunaan Ivermectin untuk Pasien Covid-19 Harus dengan Resep Dokter
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengingatkan efek samping Ivermectin yang disebut-sebut ampuh tangkal Covid-19.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengingatkan efek samping Ivermectin yang disebut-sebut ampuh tangkal Covid-19.
Penggunaan Ivermectin yang merupakan obat keras, harus dengan resep dan di bawah pengawasan dokter.
"Ivermectin yang digunakan tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter dalam jangka waktu panjang, dapat mengakibatkan efek samping."
Baca juga: Kasus Covid-19 Naik 8 Ribu Lebih Dua Hari Terakhir, Satgas Bilang Belum Ada Bukti karena Varian Baru
"Antara lain nyeri otot/sendi, ruam kulit, demam, pusing, sembelit, diare, mengantuk, dan Sindrom Stevens-Johnson," jelas keterangan BPOM baru-baru ini.
Ivermectin kaplet 12 mg terdaftar di Indonesia untuk indikasi infeksi kecacingan (Strongyloidiasis dan Onchocerciasis).
Ivermectin diberikan dalam dosis tunggal 150-200 mcg/kg Berat Badan dengan pemakaian 1 (satu) tahun sekali.
Uji Klinik
BPOM berpandangan, meski penelitian menyatakan Ivermectin memiliki potensi antiviral pada uji secara in-vitro di laboratorium, masih diperlukan bukti ilmiah yang lebih meyakinkan terkait keamanan, khasiat, dan efektivitasnya sebagai obat Covid-19 melalui uji klinik lebih lanjut.
Sebagai tindak lanjut untuk memastikan khasiat dan keamanan penggunaan Ivermectin dalam pengobatan Covid-19 di Indonesia, akan dilakukan uji klinik.
Uji klinik di bawah koordinasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, dengan melibatkan beberapa rumah sakit.
Baca juga: Pasien di Wisma Atlet Naik 359 Persen, Satgas Penanganan Covid-19: Gawat dan Alarm Keras
BPOM terus memantau pelaksanaan dan menindaklanjuti hasil penelitian serta melakukan update informasi terkait penggunaan obat Ivermectin untuk pengobatan Covid-19, melalui komunikasi dengan World Health Organization (WHO) dan Badan Otoritas Obat negara lain.
Untuk kehati-hatian, BPOM meminta masyarakat tidak membeli obat Ivermectin secara bebas tanpa resep dokter, termasuk membeli melalui platform online.
Pembelian obat Ivermectin termasuk melalui online tanpa ada resep dokter, dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Baca juga: Megawati: Saya Sudah Kenyang, Jadi Presiden Udah, Anak Presiden Udah, Alhamdulillah
Sementara, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta daerah yang telah menerima bantuan Ivermectin, mengawasi penggunaanya pada pasien Covid-19.
Ia menuturkan, sebagaimana yang disampaikan BPOM, kehati-hatian sangat diutamakan dalam menggunakan obat ini, dan harus di bawah rekomendasi berdasarkan observasi indikasi tertentu oleh dokter.
"Mohon bagi daerah yang telah menerima bantuan pengobatan Ivermectin memastikan penggunaannya sesuai dengan rekomendasi Badan POM," kata Wiku dalam menjawab pertanyaan media dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/6/2021).
Baca juga: Ini Isi Lengkap Usulan Revisi Pasal-pasal Karet di UU ITE, Sebarkan Berita Bohong Bisa Dibui 6 Tahun
Wiku menegaskan, pada prinsipnya sampai saat ini penelitian terkait penemuan obat-obatan dan upaya cara terapitik untuk penyakit Covid-19 masih terus dilakukan dan terus berkembang.
Dalam memastikan khasiat dan keamanan penggunaan Ivermectin dalam pengobatan Covid-19, maka Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, segera melakukan studi lanjutan dengan melibatkan beberapa rumah sakit.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 10 Juni 2021, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 440.554 (23.4%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 325.520 (17.3%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 211.164 (11.2%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 157.842 (8.4%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 72.436 (3.8%)
RIAU
Jumlah Kasus: 64.643 (3.4%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 62.587 (3.3%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 50.575 (2.7%)
BALI
Jumlah Kasus: 47.642 (2.5%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 47.432 (2.5%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 46.997 (2.5%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 35.199 (1.9%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 33.026 (1.8%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 25.762 (1.4%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 23.480 (1.2%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 20.543 (1.1%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 19.550 (1.0%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 19.504 (1.0%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 19.166 (1.0%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 17.044 (0.9%)
ACEH
Jumlah Kasus: 16.825 (0.9%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 15.844 (0.8%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 13.053 (0.7%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 12.571 (0.7%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 12.418 (0.7%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 11.906 (0.6%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 10.646 (0.6%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 10.574 (0.6%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 9.422 (0.5%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 8.458 (0.4%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 7.828 (0.4%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 5.598 (0.3%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 5.544 (0.3%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 4.584 (0.2%). (Rina Ayu)