Gaduh Informasi Kemungkinan Tsunami di Jawa Timur, BMKG: Bedakan Mana Prediksi dan Potensi
Informasi itu merupakan pemaparan dalam webinar Kajian Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Jawa Timur pada Jumat (28/5/2021) lalu.
Maka, terkait informasi tersebut, BMKG berharap adanya respons mitigasi dari masyarakat, dan bukan menimbulkan kepanikan.
"Masyarakat jangan panik, informasi potensi disiapkan untuk respons mitigasi bukan untuk menakuti masyarakat," jelasnya.
Daryono kembali menjelaskan, apa yang disampaikan BMKG terkait potensi adanya gempa dan tsunami tersebut harus dicermati.
Baca juga: DPR Belum Bahas RUU, Pemindahan Ibu Kota Negara Dinilai Perlu Persetujuan Rakyat Lewat Referendum
Artinya, penjelasan ilmiah itu menurutnya berbeda dengan prediksi, BMKG hanya menyebutkan adanya potensi terburuk di wilayah pesisir selatan Jawa Timur.
BMKG menegaskan, potensi dan prediksi adalah dua hal yang berbeda.
Potensi menerangkan adanya lokasi dan besaran ancaman bahaya, sedangkan prediksi berarti ada lokasi, besaran ancaman bahaya, dan kapan akan terjadi sudah bisa ditentukan.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Dinilai akan Berakhir Jika 70 Persen Penduduk Sudah Divaksinasi
“Di sini BMKG tidak memberi info kapan."
"Bahkan kita tidak tahu kapan terjadinya. Harus dibedakan mana prediksi dan potensi,” terangnya.
BMKG kembali mengingatkan, potensi bencana alam berarti itu bisa saja terjadi puluhan tahun, bahkan ratusan tahun ke depan.
Baca juga: ICW Polisikan Ketua KPK Firli Bahuri, Kabareskrim: Jangan Tarik-tarik Polri, Jangan Buat Gaduh
Oleh karena itu, BMKG mengimbau untuk menyiapkan mitigasi bencana kepada masyarakat, agar tahu apa yang harus dilakukan saat potensi itu terjadi.
“Potensi itu sama untuk semua wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Lombok hingga Sumba, bukan Jatim saja."
"Di sini pentingnya edukasi masyarakat mengenai mitigasi bencana,” ucapnya.
Baca juga: Begini Prosedur Pengembalian Biaya Haji, Butuh Waktu Sembilan Hari
BMKG telah menyiapkan berbagai kebutuhan agar terbentuk masyarakat siaga tsunami.
Hal itu dapat dilakukan dengan membuat sekolah lapang gempa, memasang sirine, memasang alat penerima informasi dan warning tsunami, dan memetakan bahaya tsunami.
Selain itu juga perlunya peta landaan tsunami, memasang rambu, membantu membuat jalur evakuasi, dan rekomendasi mitigasi lain yang tepat.
Baca juga: Status Calon Jemaah Haji Tidak Hilang Meski Setoran Pelunasan Bipih Ditarik