Kabar Artis
Disindir UAS hingga KH Muhammad Najih soal Ceramahnya di Gereja, Gus Miftah: Beda Paham Itu Biasa
Jangankan orang lain yang tidak mengenal baik dirinya, menurut Gus Miftah, pasangan suami istri saja bisa terjadi salah paham.
Termasuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Adapun ia menegaskan dalam pidatonya ia hanya berorasi tentang kebangsaan, bukan mengenai peribadatan.
Baca juga: Kagumi Amien Rais hingga Deklarasikan Partai Ummat di Bogor, Fenny: Pak Amien Rais Pemimpin Sejati
"Saat itu saya hadir besama Gbernur DKI Jakarta Mas Anies Baswedan, Sekjen PBNU Gus Helmi dan beberapa tokoh agama, ada FKUB lah di sana. Dan itu atas undangan mereka.
Acara yang diberikan kepada saya pun judulnya orasi kebangsaan dalam rangka peresmian GBI, bukan dalam rangka peribadatan," imbuhnya.
Gus Miftah pun tak masalah jika ada yang menuding kegiatannya itu salah.
Bahkan, Gus Miftah menyebut, ia telah dianggap sesat oleh sebagian warganet.
Baca juga: Raffi Ahmad Buka Pendaftaran Rans Angel Rans Cilegon, Nagita Slavina dan Maria Vania Akan Gabung
"Gara-gara itu juga, banyak netizen mengatakan Miftah sesat, Miftah kafir, syahadatnya batal dan lain sebagainya. Saya malah bersyukur, alhamdulillah," imbuhnya.
Closing statemen viral
Diberitakan sebelumnya, closing statement atau pernyataan akhir yang disampaikan Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) dalam peresmian Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung di Penjaringan, Jakarta Utara pada Kamis (29/4/2021) membuat bergetar.
Pesan tersebut seperti yang diunggahnya lewat akun instagramnya, @gusmiftah; pada Jumat (30/4/2021).
Mengenakan blangkon hitam yang dipadankan dengan kemeja putih serta sarung berwana hitam, Gus Miftah menyampaikan narasi yang kuat serta pesan yang sangat mendalam tentang persatuan.
Menurutnya, walau umat Islam dan Nasrani berbeda keyakinan, semua umat beragama katanya diungkapkannya sejatinya bersaudara.
Mereka tetap mencinta walaupun berbeda tujuan.
Hal tersebut dibuktikannya lewat harmonisnya umat beragama yang beribadah di Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Gambir, Jakarta Pusat.
Kedua tempat ibadah itu katanya mampu berdiri saling berhadapan, menghilangkan perbedaan.