Partai Politik
Selain Dua Trah Soekarno, Jokowi dan Budi Gunawan Dinilai Bisa Jadi Calon Kuat Ketua Umum PDIP
Nama Prananda pun dibandingkan dengan putri Megawati, yaitu Puan Maharani, yang saat ini menjabat Ketua DPR.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Ketua DPC PDIP Solo FX Rudy Hadyatmo mengusulkan nama putra Megawati Sukarnoputri, Prananda Prabowo, sebagai penerus sang ketua umum.
Nama Prananda pun dibandingkan dengan putri Megawati, yaitu Puan Maharani, yang saat ini menjabat Ketua DPR.
Pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, sebenarnya PDIP juga memiliki opsi untuk memilih nama lain sebagai ketua umum.
Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Bertambah Jadi 11, Bali Mendominasi
Terutama, di luar trah Soekarno.
Selain Prananda Prabowo serta Puan Maharani yang mewakili trah Soekarno, Hendri mengatakan ada dua nama kuat, yakni Presiden Joko Widodo dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.
"Saya jauh-jauh hari mengatakan ada dua kelompok besar sebetulnya."
Baca juga: Ikut-ikutan Teman Lompat ke Sungai Kalimalang Padahal Tak Bisa Berenang, Remaja Bekasi Tenggelam
"Non trah Soekarno dan trah Soekarno," ujar Hendri ketika dihubungi Tribunnews, Selasa (13/4/2021).
"Kalau non trah Soekarno kan saya rasa nama yang saat ini kuat itu ada dua nama, Presiden Joko Widodo dan Kepala BIN Budi Gunawan. Itu kuat menurut saya," ulasnya.
Akan tetapi, Hendri menegaskan perekat partai berlambang banteng moncong putih itu adalah trah Soekarno.
Baca juga: Lagi, Dua Warga Jakarta Selatan Jadi Buronan Densus 88
Sehingga, baik Prananda maupun Puan yang mewakili trah itu, memiliki kans kuat menjadi penerus.
"Tapi kalau kemudian mengerucut ke trah Soekarno, which is menurut saya perekatnya PDI Perjuangan adalah trah Soekarno."
"Dan kita kerucutkan lagi jadi trah Megawati Sukarnoputri itu yang beredar ada dua nama, Puan Maharani dan Prananda Prabowo," jelasnya.
Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Tambah Jadi 9, Tetap di Papua, Nias, dan Maluku
Jika Puan dinilai memiliki pengalaman dalam eksekutif, legislatif hingga partai politik, Prananda lebih tidak dikenal di luar partai politik.
"Puan punya pengalaman di eksekutif, di legislatif, dan partai politik."
"Prananda memang tidak terlalu dikenal di luar parpol, tapi dia mengepalai situation room tempat strategi PDI Perjuangan itu dibuat."
Baca juga: Arief Poyuono Ungkap Dugaan Jual Beli Jabatan di Kemendes PDTT, Minimal Rp 1 Miliar untuk Eselon I
"Jadi artinya nadi dan darah jantungnya PDI Perjuangan itu ada di Prananda."
"Dua nama itu menurut saya sama kuat," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua DPC PDIP Solo FX Rudy Hadyatmo yang juga mantan Wali Kota Solo, mendukung Prananda menjadi ketua umum pada Munas 2024.
Baca juga: Gatot Nurmantyo Tokoh Oposisi yang Layak Jadi Presiden Versi Survei KedaiKOPI, Juga Rocky Gerung
"Kalau Ibu Mega memang sudah betul-betul menyerahkan kepemimpinan ini kepada kader yang lainnya, menurut saya yang layak ya Mas Prananda itu," ucap Rudy, Sabtu (10/4/2021).
Menurut Rudy, Prananda dianggap layak untuk memimpin partai dibanding keluarga Sukarno lainnya. Baginya, Prananda seorang pemikir yang tidak memiliki banyak kepentingan.
Prananda juga disebut Rudy telah banyak berkontribusi kepada PDIP dan melakukan inovasi demi pengembangan partai.
Baca juga: KNKT Sukses Unduh Data CVR Sriwijaya Air SJ 182, Empat Channel Alami Gangguan
Sebelumnya, Megawati Sukarnoputri mengaku siap melepas jabatan ketua umum PDIP.
Ia awalnya mengaku tak pernah memberikan uang atau bermain politik uang, kepada para kader di daerah, agar dipilih sebagai ketua umum partai berlambang kepala banteng tersebut.
"Banyak orang tanya kalau saya itu jadi ketum apa ngekei (memberikan) duit sama kalian?"
"Tanya aja sendiri sama mereka."
"Emangnya saya punya duit segitu banyak?" kata dia, saat berpidato di acara peluncuran buku berjudul Merawat Pertiwi secara virtual, Rabu (24/3/2021).
Megawati mengaku tak punya uang banyak untuk diberikan kepada para pengurus yang memiliki hak suara.
Baca juga: Jadi Tersangka Sejak 2015, KPK Kembali Periksa RJ Lino dalam Kasus Dugaan Korupsi di Pelindo II
Setidaknya, kata dia, kini terdapat 514 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan 34 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP.
"Per struktur saja kira-kira ada 21. Coba bayangkan?"
"Terus kalian aku duiti ngono biar aku jadi ketum? Enggak. Enggak. Bukan sombong, tidak," tegasnya.
Baca juga: JADWAL Lengkap dan Link Live Streaming Misa Minggu Palma 28 Maret 2021 di Jakarta dan Sekitarnya
Megawati menegaskan selama ini rakyat percaya dan memilih dirinya untuk tetap menjadi ketua umum PDIP.
Dia pun tak keberatan jika ada yang menggantikan dirinya sebagai ketua umum PDIP.
"Ada pertanyaan kalau suatu saat ibu harus digantikan? Ya Monggo wae."
Baca juga: BREAKING NEWS: Pemerintah Tiadakan Mudik Lebaran 2021, Jatah Cuti Cuma Sehari
"Tapi PDIP-nya awas lho."
"Sepanjang ada republik ini, PDIP harus tetap ada sebagai salah satu partai andalan di republik ini," ucapnya.
Megawati berharap PDIP tetap menjadi partai harapan rakyat Indonesia, serta para kader tetap solid dan tak mudah terombang-ambing.
Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Tiadakan Mudik Lebaran 2021, Aturan Penunjang Bakal Diatur Kemudian
"Semuanya akan saya pantau untuk jadikan apa?"
"Itu sebuah partai jadi harapan rakyat banyak, enggak mudah digoyangkan, enggak mudah diimingi-imingi," ujarnya.
Megawati Sukarnoputri menjadi Ketua Umum PDIP sejak 1999.
Baca juga: Larangan Mudik Lebaran Berlaku pada 6-17 Mei 2021, Tak Boleh ke Luar Daerah Kecuali Mendesak
Artinya, Megawati Sukarnoputri telah memimpin partai berlambang banteng itu lebih dari 20 tahun.
Megawati Sukarnoputri sempat menjadi Presiden kelima RI periode 2001 hingga 2004, menggantikan Presiden Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur.
Megawati Sukarnoputri terpilih dalam Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya pada Desember 1993.
• Tak Bakal Ada Tiang Listrik dan Kabel Berseliweran di Ibu Kota Baru
Ketika itu, istri Taufik Kiemas tersebut mendapat dukungan dari 27 DPD PDI untuk alih pimpinan partai berlogo banteng, hingga terpilih sebagai ketua umum periode 1993-1998.
Popularitas Megawati Sukarnoputri mengancam kekuasaan Orde Baru.
Apalagi, dikutip dari buku Megawati dalam Catatan Wartawan (2017), ia langsung berkeliling Indonesia untuk konsolidasi dan menemui rakyat.
• Jakarta Belum Ideal, Ibu Kota Baru di Kalimantan Bakal Jadi Standar Pembangunan Kota di Indonesia
Hal ini mengakibatkan dualisme di partai banteng itu terjadi, hingga akhirnya PDI terbelah.
Sebuah, kongres PDI di Medan yang didukung Soeharto mengukuhkan kepemimpinan Soerjadi sebagai ketua umum.
Dualisme ini berujung Tragedi 27 Juli 1996.
• BMKG Bilang Penurunan Kualitas Udara Jakarta Biasa Terjadi Saat Musim Kemarau
Ketika itu, DPP PDI yang dikuasai oleh pendukung Megawati Sukarnoputri, berusaha diambil alih oleh pendukung Soerjadi.
Setelah Tragedi Kudatuli atau 27 Juli 1996 itu, Megawati Sukarnoputri yang mendapat dukungan dari pihak-pihak yang menentang Soeharto, menjadi simbol perlawanan terhadap Orde Baru.
Hingga kemudian setelah Orde Baru runtuh, Megawati Sukarnoputri membentuk PDIP sebagai wahana politiknya. (Vincentius Jyestha)