Berita Nasional
Sekum Muhammadiyah Sayangkan Densus 88 Geledah Ponpes, Denny Siregar: Pesantren Bukan Tempat Sakral
Denny menilai, citra Islam sudah terlanjur buruk semenjak maraknya aksi radikalisme dan terorisme.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Pegiat media sosial Denny Siregar turut berkomentar tentang tanggapan dari Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti yang menyayangkan adanya penggeledahan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri di Ponpes Ibnul Qoyyim Dusun Gandu, Sendangtirto, Berbah, Sleman.
Dalam pemberitaan yang dikomentari Abdul Mu'ti, penggeledehan tersebut dinilai sebagai upaya memberantas terorisme itu bisa memunculkan opini buruk di masyarakat.
"Secara institusional Densus 88 bisa melakukan penggeledahan di manapun. Akan tetapi, kalau tujuan penggeledahan itu dimaksudkan sebagai usaha pemberantasan terorisme bisa kontra produktif. Cara-cara militeristik terbukti tidak cukup efektif," ujar Mu'ti.
Baca juga: Akun Setneg Posting Prosesi Nikahan Atta-Aurel, Ernest Prakasa Geram: Apa Urusannya Sama Negara?
Baca juga: Petamburan Trending Topik, Perbedaan Perlakuan Pernikahan Putri HRS dan Atta-Aurel Disorot
"Selain itu, penggeledahan pesantren bisa menimbulkan opini bahwa pemberantasan terorisme berarti perang melawan umat Islam. Pendekatan militeristik tidak menimbulkan efek jera," dia menambahkan.
Denny Siregar pun tidak sependapat dengan apa yang diutarakan Mu'ti.
Denny menilai, citra Islam sudah terlanjur buruk semenjak maraknya aksi radikalisme dan terorisme.
"Apa sih, pak.. Dikit-dikit opini buruk tentang Islam?? Nama Islam sdh buruk sejak banyak radikalis dan teroris pake nama Islam, dan tidak ada yang mengutuk dan mencegahnya," tulis Denny di akun Twitternya, Senin (5/4/2021).
Baca juga: Denny Siregar Sebut FPI Tempat Pembibitan Teroris, Eks Anggotanya Gabung dengan Organisasi Teroris
Baca juga: Eko Kuntadhi: Tadinya FPI Hanya Sibuk dengan Sweeping, Kini Sudah Beranjak Jadi Organisasi Teror
Menurut Denny, pesantren bukanlah tempat yang sakral.
"Pesantren bukan tempat sakral. Kalau memang d isana sarangnya, biarkan Densus bekerja," ungkapnya
Penggeledahan ponpes
Seperti diketahui, sebuah pondok pesantren putri di Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta digeledah tim Detasemen Khusus 88 Antiteor Mabes Polri .
Penggeledahan yang dimulai setelah shalat Isya itu selesai sekitar pukul 21.30 WIB, demikian dikutip dari Kompas.com
Usai menggeledah pondok pesantren itu, tim Densus 88 menyita sejumlah barang seperti laptop, satu set komputer, buku, busur, dan anak panah.
Ketua RT setempat, Agus Purwanto membenarkan sejumlah barang yang disita petugas dalam penggeledahan itu.
"Penggeledahan baru selesai pukul 21.30, yang dibawa laptop, CPU satu set, buku-buku yang banyak, dengan buku tabungan, terus anak panah dua dengan busurnya," kata Agus saat ditemui di lokasi, Jumat (2/4/2021).
Menurut Agus, barang-barang itu diambil dari ruang direktur pondok pesantren tersebut. Sebagian barang yang disita juga dibawa dari rumah pribadi direktur pondok pesantren.
Baca juga: Dewi Tanjung Minta Wanita Bercadar dan Pria Bercelana Cingkrang Sebaiknya Keluar dari Indonesia
"Ruang direktur ponpes dengan rumah pribadi. Barangnya ada di rumah pribadi. Kalau panah, ngga tau kayaknya dari rumah tadi buat latihan pondok," ujar dia.
Tak hanya rumah pribadi dan ruang direktur, Densus 88 juga menggeledah seluruh ruangan kantor di pondok pesantren itu, kecuali asrama putri.
"Semua kantor diperiksa. Semua ruangan diperiksa kecuali ruang inap tidak. Asrama tidak. Ruang kantor tata usaha, ruang direktur," katanya.
Agus tak bisa memastikan jumlah petugas yang turun menggeledah pondok pesantren tersebut.
Namun, ia memastikan, petugas mengaku berasal dari Mabes Polri di Jakarta. Saat ditanya apakah ada warga pondok pesantren yang ditahan, Agus mengaku tak tahu.
Baca juga: Soroti Aksi Terduga Teroris, Ustaz Haikal Hassan: Tidak Ada Konsep Bunuh Diri dalam Islam
"Saya nggak tanya, pokoknya saya disuruh menjadi saksi penggeledahan," ujar dia.
Sementara itu, kakak Direktur Ponpes Ibnul Qayyim, M Najib Hisyam mengaku tidak tahu apa-apa.
Saat dirinya datang, sudah ada sejumlah petugas di pondok pesantren.
"Saya sendiri enggak tahu, jadi cuma ada kumpul-kumpul Polisi. Ya ada yang masuk, ruang direktur pondok," katanya.
Saat dikonfirmasi tentang barang yang disita, ia mengaku tak tahu apa-apa karena tak diizinkan masuk.
Baca juga: Terlibat Bentrok Berdarah dengan Pendekar PSHT, 3 Anggota Kelompok Kupang Dilarikan ke Rumah Sakit
"Tidak boleh mendekat, selain ke ruang direktur ke rumah adik saya. Rumah dinas itu," ujar dia.
Ia juga tidak mengetahui apakah ada yang ditangkap petugas.
"Adik saya tidak ditangkap, tapi kalau suaminya saya enggak tahu. Sore tadi masih ada, ashar masih ada. Karena beberapa hari kan sakit, isolasi mandiri," katanya (*)