OBITUARI
OBITUARI Leo Joosten OFMCap, Sosok Langka Imam Katolik Ahli Budaya Batak dan Penulis 23 Buku
Sosok Pastor Leo Joosten OFMCap tergolong langka. Ahli budaya Batak dan penulis 23 buku itu berpulang pada Minggu (28/2/2021) di Medan.
Usai menulis buku mengenai budaya Batak, Pastor Leo lalu menerjemahkan beberapa buku berbahasa Belanda yang ditulis oleh Gentilis Aster (nama pena seorang Imam Kapusin asal Belanda).
“Pastor Aster adalah penulis berbakat. Dia menuliskan dengan baik karya misionaris Kapusin di Sumatera dan Kalimantan,” terangnya.
Baca juga: Radja Nainggolan Ingin Belajar Budaya Batak
Kamus Batak Toba – Bahasa Indonesia dan Kamus Karo – Bahasa Indonesia adalah dua buku paling berkesan dalam benak Pastor Leo.
“Saat mengerjakan Kamus Bahasa Indonesia – Batak, saya sekedar menerjemahkan Kamus Jerman – Batak yang telah dibuat seorang pendeta misionaris HKBP asal Jerman, Johanes Warneck,” katanya.
“Kamus Batak Toba Indonesia ini diselesaikan oleh Warneck pada tahun 1905, ketika bertugas di Sipoholon (Sumatera Utara).”
Baca juga: Almisbat Dukung Penuh Kepolisian Usut Penghina Budaya Batak dan Penghina Jokowi
Pastor Leo mengaku, Kamus Karo – Bahasa Indonesia adalah buku yang paling lama dia kerjakan di antara semua karya bukunya yang lain.
“Hampir 7 tahun, saya mengerjakan Kamus Karo – Bahasa Indonesia sebab sering terganjal oleh kesibukan sebagai Pastor Paroki di Kabanjahe. Saking lamanya saya sempat merasa bosan, dan tergelitik untuk membatalkan saja pekerjaan kamus ini.”
Namun, keputusan itu urung dia lakukan karena nasehat dari sesama saudara Imam Kapusin.
“Waktu itu seorang saudara Kapusin, Pastor Eduard Verrijt, OFM.Cap berkata 'Asal ditulis dengan baik dan teliti, semuanya akan berharga itu',” ucapnya.
Verba Volant, Scripta Manent
Pastor Leo sering membuat catatan yang kelak bisa menjadi bahan untuk buku.
Oleh sebab itu dirinya sering membawa kertas buram dan pena dalam saku.
Baca juga: Kumpulan Orang Batak di Perantauan, Janji Menangkan Jokowi
Kebiasaan sederhana ini telah dilakukan Pastor Leonardus Egidius Joosten OFMCap sejak Maret 1971, kala menjalankan misi di Paroki St Paulus Onanrunggu, Samosir.
“Saya meyakini kata mutiara ‘verba volant, scripta manent‘ yang artinya hasil karya tulis akan selalu abadi. Kita juga mendapatinya dari sabda Allah yang ditulis oleh para Nabi dan Rasul. Jika mereka tidak membuat tulisan-tulisan dalam Alkitab, bagaimana kita bisa mengenal Tuhan?” terangnya.
Pendiri Museum Batak dan Museum Pusaka Karo tersebut juga menekankan, pentingnya kebiasaan membaca agar bisa mahir menulis.
Baca juga: Citra Kirana Sempat Kesulitan Berlogat Batak di Film Naga Bonar Reborn