Banjir Jabodetabek

BMKG Minta Warga Jabodetabek Waspadai Potensi Hujan Lebat pada 23 dan 24 Februari 2021

Dwikorita menjelaskan, dalam periode sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek umumnya berpotensi hujan dengan intensitas rignan-sedang.

WARTA KOTA/JUNIANTO HAMONANGAN
Unit Pengelola Angkutan Sekolah (UPAS) Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta menghentikan sementara pelayanan evakuasi pasien Covid-19 karena terdampak banjir. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Curah hujan yang tinggi dalam tiga hari terakhir membuat sejumlah daerah di wilayah Jakarta dan sekitarnya terendam banjir.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorina Karnawati mengingatkan warga, khususnya yang bertempat tinggal di Jabodetabek, untuk waspada.

BMKG memprediksi potensi hujan lebat masih akan mengguyur dalam tiga hari ke depan.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia 20 Februari 2021: 8.054 Pasien Baru, 9.835 Orang Sembuh, 164 Meninggal

"Untuk warga yang tinggal di wilayah Jabodetabek agar tetap waspada terutama hari ini (Sabtu 20/2/2021)."

"Kemudian mewaspadai potensi hujan lebat pada tanggal 23 dan 24 Februari mendatang," kata Dwikorita dalam konferensi pers BMKG, Sabtu (20/2/2021).

Potensi hujan dengan intensitas tinggi diperkirakan akan mengguyur wilayah Jabodetabek secara merata hari ini.

Baca juga: Banyak Pemotor Kepayahan Usai Terjang Banjir di Cipulir, Zainal Jemput Bola Jadi Bengkel Berjalan

Dwikorita menjelaskan, dalam periode sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek umumnya berpotensi hujan dengan intensitas rignan-sedang.

"Namun tangal 21 Februari, intensitas hujan cenderung rendah."

"Karena energinya tampak sudah terlepas untuk hari ini," ujarnya.

Baca juga: Menkes Bilang Mutasi Covid-19 Belum Ditemukan di Indonesia, Sebelumnya Menristek Duga Sudah Terjadi

Sedangkan intensitas hujan ringan juga berpotensi terjadi pada 22 Februari.

"Untuk tanggal 22 Februari di bagian Selatan (Jabodetabek) mulai terbentuk peningkatan intensitas hujan, meski dalam kondisi ringan," jelas Dwikorita.

Sementara, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengungkapkan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan turun pada 23 Februari 2021.

Baca juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 Indonesia 20 Februari 2021: 1.224.091 Sudah Disuntik Dosis Pertama

"Tanggal 23 itu intensitas hujan 24 jam, intensitas sedang hingga lebat."

"Perlu menjadi kewaspadaan kita, terutama di Selatan jabodetabek, ada potensi banjir," ungkap Fachri dalam kesempatan yang sama.

Fachri juga menyampaikan, hujan pada 23 Februari mendatang diprediksi tidak selebat hujan yang terjadi sejak Jumat (19/2/2021) hingga Sabtu ini.

"Kalau dari jumlah curah hujan lebat bahkan sangat lebat, tapi tidak selebat yang terjadi selama 24 jam terakhir," terang Fachri.

Sampai Maret

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek, sedang berada di periode puncak musim penghujan.

BMKG memprediksi, periode puncak musim penghujan ini akan terus berlangsung hingga awal Maret 2021.

"Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi selama periode puncak musim penghujan ini."

Baca juga: Kisah Sukses Papa Teknik, Jual Alat Pertukangan Online Tanpa Khawatir Simpan Stok dan Kirim Barang

"Yang diperkirakan masih akan berlangsung sampai dengan akhir Februari hingga awal Maret," ucap Dwikorita dalam konferensi pers online, Sabtu (20/2/2021).

Selain itu, dalam sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek diprediksi akan diguyur hujan intensitas ringan hingga sedang.

"Sepekan ke depan, wilayah Jabodetabek umumnya berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang," tutur Dwikorita.

Baca juga: Digugat MAKI, KPK Pastikan Penyidikan Kasus Bansos Covid-19 Jabodetabek Tak Berhenti

Dwikorita mengingatkan, potensi peningkatan intensitas curah hujan masih akan terjadi hingga 25 Februari 2021.

Peta curah hujan, lanjut Dwikorita, menunjukkan adanya dominasi warna kuning, penanda curah hujan akan berpotensi mengalami peningkatan.

"Jabodetabek sampai tanggal 25 Februari, gambarnya hijau dan kuning," ungkap Dwikorita.

4 Faktor

BMKG menyebut, ada beberapa hal faktor penyebab curah hujan ekstrem terjadi di Indonesia.

Faktor pertama, adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan dari arah Asia pada 18- 19 Februari.

"Seruakan udara dari Asia, aktivitas tersebut cukup signifikan."

Baca juga: Kasus Pasien Sembuh Kembali Terinfeksi Covid-19 Ditemukan di Indonesia, Ini Dugaan Penyebabnya

"Mengakibatkan peningkatan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat," ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat konferensi pers virtual, Sabtu (20/2/2021).

Faktor kedua, lanjutnya, aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, yang mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah Asia, dengan angin dari arah Samudra Hindia.

"Ada pembelokan, perlambatan dan pertemuan angin, dari arah utara."

Baca juga: Marzuki Alie Siap Mubahalah Soal SBY Bilang Mega Kecolongan 2 Kali, Andi Arief Minta Menahan Diri

"Ini kebetulan terjadinya tepat melewati Jabodetabek."

"Saat membelok, melambat, di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan."

"Yang akhirnya membentuk sebagai hujan dengan intensitas tinggi," ulas Dwikorita.

Baca juga: Ditunjukkan Rekam Medik Lengkap, Komnas HAM Juga Tak Mau Ungkap Penyakit Maaher At-Thuwailibi

"Jadi angin yang dari utara itu terhalang, tidak bisa langsung menerobos ke selatan."

"Karena terhalang angin yang dari arah barat itu, sehingga angin dari utara itu membelok ke timur," tutur Dwikorita.

Saat laju angin dari utara ke selatan terhambat, di situlah terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan, yang akhirnya menyebabkan terjadinya hujan di Jabodetabek.

Baca juga: PETA Surati Prabowo, Minta TNI Jangan Santap Hewan Hidup-hidup Saat Latihan Militer Cobra Gold

Faktor ketiga, adanya tingkat kebasahan dan labilitas udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat.

Kebasahan dan labilitas udara ini cukup tinggi, dan mengakibatkan peningkatan potensi pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jabodetabek.

"Jadi ini tingkat labilitas dan kebasahan udara yang berpengaruh dalam peningkatan curah hujan," terang Dwikorita.

Baca juga: DAFTAR 25 Pati dan Pamen Polri yang Dimutasi, Perombakan Pertama Jenderal Listyo Sigit Prabowo

Terakhir, terpantau adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara.

Daerah pusat tekanan rendah di Australia ini membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa.

"Jadi fenomena yang ada di Pulau Jawa ini juga dipengaruhi terbentuknya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara, yang membentuk pola konvergensi di Pulau Jawa."

"Ini juga berkontraksi pada peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Jawa bagian barat, termasuk Jabodetabek," paparnya. (Fandi Permana)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved