Imlek 2572

Perajin Barongsai Sesali Pandemi Virus Corona, Imlek 2572 Sepi Pesanan

Perajin barongsai di Kota Tangerang bersedih. Akibat pandemi virus corona, tidak ada pesanan yang masuk.

Editor: Valentino Verry
Dokumentasi Mall of Indonesia
Ilustrasi atraksi barongsai. Perajin barongsai bersedih pada perayaan Imlek 2572 karena sepi pesanan, akibat pandemi virus corona. 

Bagi masyarakat Tionghoa, pertunjukan Barongsai ketika Imlek merupakan tradisi untuk mengusir bala dan aura bersifat negatif pada saat Tahun Baru.

Dengan begitu, diharapkan semakin banyak rejeki datang dan keberhasilan yang bisa diraih pada waktu mendatang.

"Sama kayak makan ikan bandengnya orang Betawi atau Tionghoa. Bandeng itu kan banyak durinya, itu kan perlu kehati-hatian. Itu seperti rintangan, tetapi kekita bisa pilih-pilih, maka nikmat yang masuk," ungkapnya.

Sayangnya, pandemi Covid-19 membuat pertunjukan Barongsai sulit untuk digelar. Perayaan Imlek hanya bisa digelar secara terbatas dengan protokol kesehatan.

Namun, kata Azmi, peniadaan pertunjukan barongsai tidak mengurangi makna Tahun Baru Imlek yang dirayakan oleh para etnis Tionghoa.

Pembatasan dan larangan itu justru diharapkan membuat masyarakat dan para pegiat barongsai bisa beradaptasi dengan situasi saat ini untuk menjaga tradisi di tengah Pandemi Covid-19.

"Saya tidak yakin bahkan menyangkal kalau ini mengurangi makna daripada Imlek. Ini kan cobaan alam, ada penyesuaian. Kami mencari cara untuk beradaptasi dengan keadaan," kata Azmi.

Sejarah mencatat, aktivitas barongsai di Jakarta mulai terlihat pada 1850 silam. Kala itu, gelaran tarian berkostum singa dan naga itu menjadi salah satu pertunjukan rakyat.

Bahkan, pertunjukan barongsai acapkali menjadi momentum untuk menampilkan seni budaya lokal Tanjidor dan gambang kromong kala itu.

Sampai akhirnya pertunjukan Barongsai dianggap sebagai simbol persatuan dan akulturasi budaya.

"Jadi semua masyarakat mulai dari Bekasi, Kerawang, Depok, Tangerang itu tumpah ruah ke Glodok, Jakarta. Pada saat menjelang imlek, hari H Imlek, sampai Cap Go Meh. Bahkan kemeriahannya bisa berlanjut," ungkap Azmi.

"Nah ini yang kemudian menghidupkan perekonomian, budaya, dan hubungan solidaritas. Jadi kan ada interaksi antar masyarakat," sambungnya.

Jika ditelisik sejarahnya, larangan pertunjukan barongsai sempat terjadi pada zaman pemerintahan orde baru selama kurang lebih 32 tahun.

Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan etnis Tionghoa dilarang seiring dengan keluarnya titah Presiden Soeharto pada 1967 silam.

Kala itu, Pemerintahan Orde Baru meragukan nasionalisme masyarakat keturunan Tionghoa, sehingga melarang seluruh aktivitasnya.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved