Ekonomi Indonesia

BPS Laporkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus 2,07 Persen, Airlangga Klaim Kini Sudah Positif

Untuk pertama kalinya sejak tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 alami minus 2,07 persen. Airlangga Hartarto klaim tahun ini sudah naik

Tribunnews.com/Irwan Rismawan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto saat wawancara khusus dengan Tribun Network di Kantor Tribun Network, Jakarta Pusat, Selasa (1/9/2020). Airlangga kini sebut perekonomian Indonesia menujuk pertumbuhan positif 

WARTAKOTALIVE,COM, JAKARTA -- Untuk pertama kalinya sejak tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 alami minus 2,07 persen.

Penyebabnya karena pandemi corona yang pengaruhnya terjadi di seluruh dunia.

Meski demikian, Menter Perekonomian Airlangga Hartarto optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali positif tahun ini.

Pertumbuhan Ekonomi Minus 3,49 di Kuartal Tiga, Indonesia Masuk Jurang Resesi

Airlangga Hartarto Ungkap Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Minus 8,22 Persen, Terburuk Kedua Setelah Bali

Ia memperkirakan kinerja perekonomian akan mulai masuk ke zona positif pada kuartal I tahun 2021.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi atau tumbuh minus 2,07 persen.

Dengan demikian, Indonesia masih mengalami resesi setelah dalam dua bulan sebelumnya, kinerja perekonomian juga mengalami kontraksi, yakni masing-masing sebesar 5,32 persen dan 3,49 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, akibat pandemi Covid-19, RI untuk pertama kalinya kembali mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus sejak tahun 1998.

CEO Eiger Ronny Lukito Bongkar Siapa yang Salah Dalam Kasus Surat Keberatan Eiger

"Dengan demikian sejak 1998 untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi terkontraksi di tahun 1998 karena krisis moneter, tahun 2020 ini Indonesia kontraksi minus 2,07 persen karena pandemi Covid-19," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (5/2/2021).

Ilustrasi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto (tengah) memberikan keterangan pada awak media saat jumpa pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Ilustrasi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto (tengah) memberikan keterangan pada awak media saat jumpa pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (15/1/2019). (ANTARA/Citro Atmoko)

Saat krisis moneter terjadi pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi tercatat minus hingga 13,16 persen.

Kala itu, utang luar negeri RI pun membengkak. Per Maret 1998, nilai utang luar negeri mencapai 138 miliar dollar AS, sekitar 72,5 miliar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, dengan sekitar 20 miliar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998.

CEO Eiger Ronny Lukito Bongkar Siapa yang Salah Dalam Kasus Surat Keberatan Eiger

Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 miliar dollar AS.

Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang berada di level Rp 4.850 per dollar AS pada tahun 1997, melorot dengan cepat ke kisaran Rp 17.000 per dollar AS pada 22 Januari 1998.

Setelah krisis moneter 1998 hingga 1999 berakhir, menjadi masa terakhir RI mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus.

Kemudian kinerja perekonomian RI mulai pulih setelah masa pemerintahan Orde Baru berakhir.

Akhiri Drama Rumah Tangga, Rey Utami dan Pablo Benua Sepakat Rujuk Selama 7 Hari

Hingga kini, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa normal adalah di kisaran 5 persen.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved