Pilpres AS
Nasib Donald Trump di Ujung Kekuasaan, Ditinggal Orang Dekat dan Terancam Dilengserkan Paksa
Menyusul demo ricuh di Capitol Hill yang menelan korban jiwa, nasib Presiden Donald Trump di ujung kekuasaannya dipertanyakan.
Terbaru, Mick Muvalney, kepala staf Trump, keluar pindah sebagai utusan untuk Irlandia Utara, lapor televisi CNBC.
Menurut Muvalney, satu per satu kepergian orang dekat Trump bisa diikuti eksodus lainnya sebelum pelantikan Biden pada 20 Januari.
"Bagi mereka yang memutuskan bertahan, dan saya sudah berbicara dengan sebagian dari mereka, memilih bertahan karena khawatir presiden bisa memasukkan orang yang lebih buruk," katanya dikutip dari AFP.
Baca juga: Hasil Rapat Kongres AS yang Dipimpin Wapres Mike Pence Sahkan Kemenangan Joe Biden
Sebelumnya pada Rabu (6/1/2021), Wakil Penasihat Keamanan Nasional Matt Pottinger sudah mengundurkan diri, diikuti Stephanie Grisham, juru bicara ibu negara Melania Trump.
Trump sendiri tidak bisa marah-marah di media sosial seperti biasanya karena diblokir oleh Facebook, Twitter, dan Instagram.

Baru kali ini ada presiden dengan kasus begitu.
Sampai 20 Januari Trump masih memegang semua kendali di AS, mulai dari kode rudal nuklir hingga tombol merah di meja Oval Office untuk memanggil kepala pelayan membawakan Diet Coke kesayangannya.
Baca juga: Trump Belum Alihkan Tugas Kepresidenan ke Mike Pence, Penasihat Presiden Sampaikan Kekhawatiran
Dalam dua minggu ke depan, sebagaimana dianalisis AFP, kekacauan demi kekacauan masih berpeluang terjadi.
Seperti yang sudah digembar-gemborkan Trump sejak kalah pemilu AS pada November lalu, dia tidak benar-benar percaya harus angkat kaki dari Gedung Putih.
Lalu, jika memang dia harus lengser, Trump kerap "mengancam" akan balas dendam pada pilpres Amerika Serikat 2024.
Potensi Trump 2.0 ini membuat capres lain dari Partai Republik jadi khawatir karena pebisnis yang pernah main film Home Alone itu pastinya akan jadi yang terdepan.
Baca juga: Ini Foto-foto dan Video Detik-detik Wanita Pendukung Donald Trump Tewas Ditembak di Gedung Capitol
Padahal, senjata-senjata politik yang dilancarkannya akhir-akhir ini berbalik menyerangnya sendiri.
Terlepas dari kerusuhan Capitol Hill, ada fakta memalukan lainnya bahwa Trump gagal mencegah dua calon Senat Republik kalah di Georgia, sehingga harus merelakan kendali Kongres jatuh ke tangan Demokrat.
Namun, dalam mentalitas Trump yang berapi-api, itu bukan akhir segalanya. "Ini bukan lagi Partai Republik mereka.
Ini adalah Partai Republik Donald Trump," kata putranya, Donald Trump Jr, kepada massa pro-Trump yang berunjuk rasa.