Tempe dan Tahu Kembali Muncul Dijual di Jakarta Utara, Dampaknya Harga Naik atau Ukuran Mengecil
Unang Rustanto mengatakan pemantauan dilakukan untuk memastikan ketersediaan tahu dan tempe di Jakarta Utara selama dua hari berturut-turut.
Penulis: Junianto Hamonangan | Editor: Mohamad Yusuf
Akan tetapi niat itu diurungkan karena situasi tengah pandemi corona.
"Awal mau demo ke jalan, ke istana. Tapi semua paguyuban yang dituakan jangan ditahan melihat situasi begitu. Engga boleh juga kan demo, jadi dputuskan mogok produksi tiga hari," tuturnya.
Baca juga: Jokowi akan Salurkan Tiga Bansos Mulai Senin Besok, Apa Saja?
Baca juga: VIDEO: Ancol Kembali Buka, Penyelam di Sea World Sosialisasikan 3M dari Dalam Air
Pengusaha tempe di Bekasi, Jawa Barat meminta Presiden Joko Widodo bertindak atas kenaikan kedelai yang sangat tinggi. Pasalnya, harga normal kedelai per kwital Rp 680.000 saat ini menjadi Rp 930.000.
"Tolong pak menteri dan pak Presiden Jokowi untuk bertindak, ini semakin hari semakin naik terus harga kedelai," kata Saari (60) salah satu produsen tempe di Gang Mawar, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, saat ditemui pada Minggu (3/1/2021).
Saari meminta agar harga kedelai dapat ditekan hingga kembali ke normal. Soalnya, jika ini terus naik terpaksa harga jual tempe ikut naik.
"Untuk pemerintah jangan terlalu kencang gini, bahaya nantinya. Orang Indonesia kalau tidak makan tempe nanti penasaran," beber dia.
Produsen tempe lainnnya di Bekasi juga meminta hal serupa.
Dirinya meminta pemerintah mengambil langkah cepat dan jangka panjang dalam mengatasi harga kedelai.
"Ya minta segera ada solusinya aja, biar bisa segera normal harganya," imbuhnya.
Baca juga: Hari Ini Puncak Arus Balik PT Angkasa Pura II Pastikan Kesiapan Personel dan Fasilitas
Baca juga: Pria Asal Tigaraksa, Kabupaten Tangerang Tewas di Hotel, Sebelumnya Dikerik Karyawan
Ia menyarankan agar Indonesia dapat meningkatkan produksi kedelai dalam negeri ketimbang harus mengandalkan impor.
Jika ditangani dan didukung dengan maksimal diyakini Indonesia mampu memenuhi kebutuhan kedelai secara mandiri tanpa harus impor.
"Ya repot si kalau sekarang ini kan kedelai lebih besar dari impor. Sulit kendalikan harga, maka solusi jangka panjangnya harus dapat ditingkatkan petani kedelainya. Tolong ini dipikirkan sama Menteri dan Presiden Jokowi," tuturnya.
Warga Bekasi, Jawa Barat mengeluhkan hilangnya atau tidak ada yang menjual tempe dan tahu.
Makanan yang paling dicari masyarakat Indonesia itu, sudah tiga hari hilang dipasaran atau sejak Jumat 1 Januari 2021.
Pengamatan Wartakotalive.com, hingga saat ini Minggu (3/12/2021) tempe dan tahu juga masih tidak ada yang menjual. Baik di pasar tradisional, maupun tukang sayur mayur dekat permukiman warga.
Baca juga: Pengunjung Taman Impian Jaya Ancol Tembus 19.000 Orang, Hari Terakhir Libur Tahun Baru
Baca juga: Ferry Paulus Direktur Persija Bilang Masih Tunggu PSSI Dan LIB Soal Kelanjutan Liga 1
Kepala Pasar Kranji Baru, Amas membenarkan keberadaan tempe tahu tidak ada di pasar sejak Jumat, 1 Januari 2021.
Sampai saat ini, katanya, pedagang di pasar belum ada yang menjual tempe tahu.
"Iya tidak ada yang jual sejak 1 Januari 2021 sampai sekarang," ujarnya, pada Minggu (3/1/2021).
Amas tak memberi penjelasan alasan tidak adanya tempe tahu di Pasar Kranji Baru.
Namun, ia menyebut tempe tahu tidak ada diseluruh pasar di Bekasi, bahkan sebagian besar daerah.
"Ini semua rata, buka di sini aja (Pasar Kranji), pasar lain juga sama, di daerah lain juga sama," ungkapnya.
Sementara itu, warga mengeluhkan tidak ada yang menjual tempe tahu di Bekasi.
"Iya saya kemarin mau beli tempe ke Pasar Bintara, terus ke Kranji sama penjual sayur deket rumah engga ada kosong semua engga ada yang jual," kata Richa Nurlela, warga Bintara.
Baca juga: Harga Cabai Mulai Melonjak, Lastri Terpaksa Kurangi Stok di Lapaknya
Baca juga: Bakal Jadi Seperti Terowongan Kendal Petugas Mulai Bersihkan Kolong Jembatan di Pegangsaan
Ia awalnya hendak membuat tempe orek dan goreng tempe.
Terpaksa, niat itu diurungkan karena tidak ada yang menjual tempe.
"Niatnya mumpung libur mau masakin suami tempe orek sama gorengan tempe, engga ada kosong. Akhirnya jadi buat bakwa aja," tutur dia.
Sementara Anah (57) penjual nasi uduk di wilayah Bintara, Kecamatan Bekasi Barat terpaksa harus menganti orek tempe dengan telur yang diiris-iris.
Banyak pembeli yang bertanya kepada dirinya perihal tidak adanya tempe orek dalam nasi uduknya.
"Saya jelasin aja engga ada jual tempe, sayur tahunya juga engga ada. Soalnya tahunya juga sama engga ada yang jual di pasar," terangnya.
Sebagai gantinya, tempe orek dan sayur tahu itu diganti dengan telur suwir dan kentang.
"Ya ganti pakai telur diiris-iris aja, sama biasanya kan ada tahunya itu diganti pakai kentang semur aja," paparnya. (MAZ/JHS)