Berita Depok

Produsen Tahu Tempe di Depok Kuras Tabungan Untuk Modal Saat Harga Kedelai Melonjak

Para perajin tempe tahu tak punya pilihan selain berusaha mencari penghasilan di masa sulit seperti ini.

Penulis: Vini Rizki Amelia | Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Muhammad Azzam
Suasana pembuatan tempe di kawasan Gang Mawar, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Minggu (3/1/2021). 

Kenaikan harga tempe dan tahu di tahun 2021 ini dipicu dari ketergantungan impor Indonesia terhadap tiga negara produsen kedelai.

Pengamat pangan Dwi Andreas Santosa mengatakan bahwa sampai saat ini Indonesia masih bergantung bahan baku tempe dan tahu dari Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina.

Sedangkan, akhir tahun lalu Brazil sudah mengimpor besar-besaran kedelai kepada China jauh sebelum harga kedelai mulai merangkak naik.

Hal itu membuat pasokan impor kedelai di Brazil juga menipis.

Baca juga: SP3 Kasus Chat Mesum Rizieq Shihab Dibatalkan, Mahfud MD: Proses Hukum Harus Diteruskan

Sementara itu di Argentina, akhir tahun lalu negara itu hadapi mogok besar-besaran dari petani.

Aksi mogok petani itu membuat pasokan kedelai Argentina terganggu. Hal itu membuat Argentina menyetop sementara keran impor kedelai guna memenuhi stok dalam negeri.

"Jadi yang masih terbuka tinggal Amerika Serikat. Tapi karena dua negara lain kesulitan ekspor maka harga kedelai naik tinggi," ujarnya dihubungi Sabtu (2/1/2021).

Saat ini kata Dwi harga kedelai memang mencapai puncak tertinggi sejak tahun 2014 lalu. Dimana harga 27 kg kedelai mencapai 13 USD.

Baca juga: Harga Kedelai Terus Naik, Pengrajin Tempe Tercekik: Pak Jokowi, Lihatlah Kami Pengrajin Usaha Kecil

Maka dari itu menurutnya yang dapat dilakukan produsen dan penikmat tempe hanya pasrah menunggu harga kedelai impor kembali normal.

Menurutnya hal ini akan terus terulang apabila kebijakan pemerintah yang tidak pro dengan petani kedelai lokal terus dilakukan.

Sampai saat ini pemerintah enggan memberikan subsidi dan stimulus kepada petani kedelai lokal untuk bersaing dengan produk petani impor.

Terlebih pemerintah Indonesia membuka besar-besar keran impor kedelai. Hal itu membuat petani kedelai lokal semakin terjepit untuk bersaing dengan harga kedelai impor.

Baca juga: Bantah Klaim Saraswati, Fadli Zon: Gerindra Tak Dukung Pembubaran Organisasi Tanpa Proses Pengadilan

Sedangkan harga kedelai impor dapat mencapai Rp7 ribu perkg. Jauh dari harga yang mampu ditawarkan oleh petani lokal.

Maka penting kata Dwi, pemerintah mulai melirik kebijakan swasembada kedelai.

Yakni dengan memberi subsidi kepada para petani kedelai agar dapat bersaing harga dengan kedelai dari Amerika Serikat.

Selain itu perlu juga pembatasan impor kedelai agar petani lokal dapat bersaing di negeri sendiri.

Baca juga: Disebut Dedengkot Tua oleh Natalius Pigai, AM Hendropriyono: Kamu Bukan Pigai yang Dulu

"Tapi inikan faktanya petani selama ini dibiarkan berjuang sendiri kemudian digempur dengan produk impor ya selesailah," terangnya.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved