Berita Depok
Produsen Tahu Tempe di Depok Kuras Tabungan Untuk Modal Saat Harga Kedelai Melonjak
Para perajin tempe tahu tak punya pilihan selain berusaha mencari penghasilan di masa sulit seperti ini.
Penulis: Vini Rizki Amelia | Editor: Feryanto Hadi
WARTAKOTALIVE.COM, DEPOK- Setelah memutuskan mogok produksi sejak 31 Desember, para perajin tahu di Kota Depok memilih untuk kembali memroduksi tahu dan tempe.
Walaupun kini harga kacang kedelai mencapai Rp 9.200 perkuintal, namun hal itu menjadi risiko yang harus diambil para perajin untuk tetap memroduksi tahu tempe.
Ketua Paguyuban Perajin Tahu Tempe Korwil Depok, Romli mengatakan dirinya dan para perajin tak punya pilihan selain berusaha mencari penghasilan di masa sulit seperti ini.
Baca juga: Hari Ini Tempe Tahu Mulai Ada Dijual di Bekasi, Harga Tidak Naik tapi Ukurannya Kecil
"Ya mau bagaimana, kalau mogok terus ya kita ngga punya penghasilan tapi kembali produksi pun kita harus nombok," kata Romli kepada Warta Kota melalui sambungan telepon, Senin (4/1/2021).
Romli mengaku, dirinya dan teman-teman pengrajin mogok produksi sejak 31 Desember 2020 hingga 2 Januari 2021.
Bukan hanya sebagai simbol protes, namun tindakan tersebut diambil lantaran ketidak mampuan finansial untuk menutupi kekurangan modal yang harus dikeluarkan untuk tiap kali produksi.
Baca juga: Sebanyak 44 Pelaku UMKM Kota Depok Disediakan Kios Berjualan di TSM Cibubur, Ini Pesan Kepala DKUM
"Hari ini pertama kali produksi setelah mogok kemarin, ini modalnya juga saya ambil dari uang tabungan saya,"
"Untuk satu ton kacang kedelai harganya Rp 9,2 juta, saya nombok Rp 2 juta dari tabungan saya," kata Romli.
Naiknya harga kacang kedelai dikatakan Romli telah terjadi sejak dua bulan lalu, di mana sebelum naik, harga kacang kedelai yang biasa dibelinya dibandrol Rp 7.000 perkuintal.
Baca juga: Eksekusi Bantuan Bagi Pelaku Usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno Gandeng BPK
Biasanya, untuk dua kali produksi tahu dan tempe, Romli berbelanja kacang kedelai seberat satu ton seharga Rp 7 juta.
Namun harga itu terus merangkak naik dari Rp 7.000 perkuintal menjadi Rp 8.200 perkuintal dan puncaknya mencapai Rp 9.200 perkuintal.
"Saya jadi pengrajin tahu sejak 1997 tapi tahun ini yang paling tinggi naiknya. Alasannya macam-macam, dari mulai faktor cuaca sampai importir yang berbeda yang didatangkan pemerintah," tutur Romli.
Romli berharap pemerintah utamanya Menteri Perdagangan, bisa segera menangani masalah kenaikan kacang kedelai ini.
"Kalau tidak ya kita ngga tahu besok-besok masih bisa produksi lagi atau ngga, kalau ngandelin tabungan ya lama-lama habis juga kan (uang tabungannya). Bukannya untung malah buntung," paparnya.
Andalkan impor