Berita Bekasi
Denny Kurniawan Menyelam ke Selokan Ambil Lumpur karena Jasa Becaknya Tak Laku, Ini Kisahnya
Debut pertama mereka dimulai ketika sedang membersihkan selokan di saluran air permukiman kawasan Pondok Cipta Bekasi Barat, Kota Bekasi.
“Nah dari Rp 6 juta dikurang kira–kira Rp 1,5 juta. Sisanya baru kita bagi-bagi,” tambah Denny.
Jika dihitung- hitung, yang masuk ke kantong Denny hanya sekitar Rp 3.500.000 per bulan.
Sungguh pendapatan yang minim bagi kepala keluarga dengan tiga anak yang masih dalam tanggungan.
Namun seakan tak ada jalan lain, Denny tetap menggeluti pekerjaan ini demi bertahan hidup di tengah pandemi.
Bagaimana rasanya di dalam selokan?
Ketika ditanya bagaimana rasanya berada di dalam selokan, Denny beberapa detik terdiam.
Dia seperti berusaha mengingat suasana di dalam selokan dan mencoba menuangkanya ke dalam kalimat.
“Wah, rasanya panas, bau, banyak nyamuk, banyak virus kotoran, banyak beling,” kata Denny.
Baca juga: Ini Dia Anak Penjual Jagung Jadi Pilot Wanita Pertama TNI AD Jadi Kebanggaan Jenderal Andika Perkasa
Tak jarang pula dia berhadapan langsung dengan binatang seperti kelabang, kecoa, tikus bahkan ular.
Penyakit kulit pun bak momok yang selalu membayang–bayangi Denny tiap kali masuk ke dalam selokan.
Tak jarang sebelum Denny “nyebur” ke selokan, Denny membaluri badannya dengan minyak dan oli.
Baca juga: Polda Sumbar Sebut Polisi Sangat Serius Tangani Kasus Pengeroyokan 2 Anggota TNI oleh Klub Moge
“Ini biar enggak gatal–gatal, ampuh juga” kata dia.
Masalah tak sampai di situ, kadang bau selokan yang menempel di badan tak hilang–hilang.
Bukan satu jam atau dua jam, bau selokan di badan bisa bertahan sampai dua minggu.
Tak jarang ketika sampai di rumah yang berkawasan di Pondok Cipta, Bekasi, keluarga sesekali mengeluhkan bau badannya.
Sampai –sampai Denny harus pisah ranjang dengan istri.
“Iya terkadang harus pisah ranjang juga sama istri. Bagaimana, enggak sebanding kan dengan gaji saya?” kata Denny.
Walaupun tak sebanding, nyatanya Denny seperti menemukan kepuasan tersendiri dalam pekerjaan ini.
Tak melulu soal uang, Denny sudah merasa cukup kala pekerjaanya mendapatkan apresiasi dari warga.
Banyak yang merekamnya bekerja dan mem-posting di media sosial merupakan sebuah penghargaan bagi Denny.
Ada warga yang memberikan hidangan seperti gorengan dan kopi saja sudah membuat Denny senang.
“Kita itu kerja jadi dihargai, dapat respect dari warga.
"Bahkan ada yang jauh-jauh datang dari Mampang bawa nasi kebuli buat kita.
"Kita merasa senang sekali,” kata Denny polos.
Ingin jadi petugas kebersihan
Dalam angannya, Denny tidak ingin berkutat di jasa ini saja.
Dia ingin mengembangkan pelayanannya dengan mengabdi kepada Pemerintah Kota Bekasi.
Dia berharap bisa tergabung dalam petugas lapangan Dinas Kebersihan Kota Bekasi.
Baca juga: UPDATE Covid-19 Kabupaten Bekasi: Masih Ada 53 Desa/Kelurahan Aktif Corona
“Saya harapkan apresiasi dari pemerintah mungkin bisa diangkat jadi petugas Dinas Kebersihan jadi, lalu saya mempraktekan kinerja saya agar yang lain mengikuti,” kata Denny.
Denny yakin bisa menjadi contoh karena tak semua orang mau terjun ke dasar selokan seperti dirinya.
Padahal permasalan utama dari banjir menurut dia pasti berawal dari selokan yang bermasalah.
Baca juga: Bisnis Senjata Ilegal KKB Papua Harga Ratusan Juta Libatkan Oknum Brimob, Siapa yang Diuntungkan?
Tak mau munafik, Denny menginginkan posisi ini karena dia yakin akan mendapatkan jaminan kesehatan yang layak.
Dia hanya ingin bekerja dengan aman sehingga keluarga pun merasa nyaman.
“Ya demi kehidupan yang lebih baik pak, kesehatan kita dijamin, kesejahteraan anak istri terjaga.
"Kalau sekarang kan saya lepas. Kalau saya kenapa kenapa siapa yang mau tanggung jawab? Enggak ada,” tutup dia.
Itulah harapan Denny, seorang kepala keluarga yang hanya berharap dapat kehidupan layak dari pemerintah.
Walau tak pasti pemerintah akan melihat Denny yang ada di dalam got, Denny tetap berpegang teguh dengan pekerjaanya. (Kompas.com/Walda Marison)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Denny Si Manusia Got, Menyelam ke Comberan demi Hidupi Anak Istri...",