Virus Corona

Masih Ada Perawat yang Tangani Covid-19 Kerja 8 Jam per Sif, Pemerintah Diminta Ketatkan Waktu Tugas

Tingkat stres dipicu oleh risiko tinggi pekerjaan perawat sebagai garda terdepan penanganan Covid-19.

Wartakotalive.com
Ilustrasi tenaga medis menangani pasien Covid-19. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI (Lampung) Dedy Afrizal mengungkapkan, kondisi perawat hampir di semua wilayah yang menangani Covid-19, kelelahan.

Pihaknya meminta pemerintah serius memberikan batasan ketat pada jam kerja perawat.

"Karena sudah cukup panjang pandemi Covid-19."

Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 Indonesia 30 Oktober 2020: Pasien Positif Tambah 2.897Jadi 406.945 Orang

"Sudah mulai titik kejenuhan, kelelahan dirasakan oleh rekan-rekan perawat," kata dia dalam diskusi virtual, Jumat (30/10/2020).

Pihaknya menilai, pemerintah memang telah memodifikasi jam kerja perawat, dari semula 8 jam per sif, menjadi 4 jam.

Namun aturan itu tidak berlaku sampai di daerah-daerah.

Baca juga: 2.890 Perawat Terpapar Covid-19 Selama 8 Bulan Pandemi, 104 Meninggal

Sehingga, perlu perhatian khusus pemerintah agar lebih gencar mengetatkan jam kerja perawat.

"Apakah hal ini juga sudah dilakukan di semua tatanan pelayanan kesehatan publik?"

"Ini juga perlu kita dilakukan evaluasi dan juga koordinasi di daerah."

Baca juga: Bocah Tenggelam di Kampung Melayu Belum Ditemukan, Terakhir Terlihat Pakai Celana Pendek Juventus

"Karena durasi yang terlalu panjang dalam pelayanan keperawatan Covid-19 ini akan menimbulkan suatu tingkat stres yang tinggi," tuturnya.

Tingkat stres dipicu oleh risiko tinggi pekerjaan perawat sebagai garda terdepan penanganan Covid-19.

Dedy melanjutkan, jika perawat jenuh dan kelelahan, maka masyarakat lah yang akan dikorbankan, lantaran tidak mendapatkan pelayanan kesehatan prima.

Baca juga: Presiden KSPI: Ekonomi Indonesia Minus 17% pada 1998, tapi Upah Minimum Tetap Naik 16 Persen

"Bayangkan saja jika 8 jam sebagaimana jadwal tugas dalam satu sif harus menggunakan pakaian hazmat, tidak bisa membayangkan."

"Harus disosialisasikan (4jam kerja) sampai ke bawah, sehingga hal-hal yang berisiko terhadap tingkat stres pada rekan-rekan perawat juga dapat kita minimalisir."

"Termasuk dampak di masyarakat juga," paparnya.

Baca juga: Pria Tewas Bersimbah Darah di Tanjung Priok, Diduga Korban Begal, Barang Berharga Hilang

Meski demikian, dirinya berharap agar tenaga kesehatan di seluruh Indonesia tetap profesional menjalankan tugas kemanusiaan ini.

"Tetap semangat. Kita sudah memilih profesi perawat sebagai jalan hidup kita."

"Dan pilihan itu pun merupakan pilihan yang maha kuasa dan bagaimana kita bisa menjaga muruah semua tugas ini dengan keikhlasan dan penuh profesionalisme," tutur Dedy.

Baca juga: Upah Minimum 2021 Tak Naik, Buruh Kembali Ancam Gelar Aksi Mogok Kerja Nasional

Selain itu, PPNI meminta agar masyarakat dapat membantu meringankan tugas perawat dengan displin menerapkan protokol 3M (Memakai masker, Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta Menjaga jarak).

Sari, perawat berumur 28 tahun di rumah sakit di sebuah Kabupaten di Kalimantan Selatan mengungkapkan, sampai hari ini jam kerja di rumah sakitnya masih memperlakukan 8 jam per sif.

Menurutnya, hal itu dilakukan lantaran kurangnya tim kesehatan untuk penanganan Covid-19.

Baca juga: Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran Menurun, Dokter dan Perawat Diminta Istirahat Sejenak

"Di tempat kami masih 8 jam kerjanya, perawat di ruang biasa maupun di ruang Covid-19," tuturnya saat dihubungi Tribunnews.

Ia pun merasakan stres karena khawatir setiap pulang berdinas di kediamannya ada kelompok rentan Covid-19.

"Stres karena di rumah ada bayi dan lansia, kan imunitas mereka termasuk rentan."

Baca juga: Bagikan Beras, Dirlantas Minta Maaf kepada Sopir Truk dan Angkot yang Pernah Disakiti Polantas

"Pasien Covid-19 sejak bulan Mei enggak pernah kosong, malah lebih banyak dari pasien di ruangan biasa," ungkap Sari.

Selama 8 bulan pandemi Covid-19 di Indonesia, dilaporkan ada 2.800-an perawat terinfeksi Virus Corona, 104 di antaranya meninggal dunia.

Hal itu disampaikan Ketua Umum DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah dalam diskusi virtual, Jumat (30/10/2020).

"Sampai hari ini perawat yang terinfeksi saja 2.890-an, di mana 104 meninggal dunia."

Baca juga: KRONOLOGI KPK Bekuk Hiendra Soenjoto di BSD, Dua Mobil yang Dipakai Saat Buron Ikut Disita

"Semua itu yang by name, by address, yang masuk ke sistem," tutur Harif.

Menurutnya, angka tersebut bisa bertambah, lantaran pekerjaan profesional perawat kian hari makin berat, di tengah angka positif Covid-19 yang belum melandai.

"Perawat bertugas di depan paling berat tugasnya."

Baca juga: 54 Daerah Ini Tak Beranjak dari Zona Oranye Selama 10 Minggu, Satgas Covid-19 Minta Segera Berbenah

"Jika ada yang terinfeksi maka ada efek dominonya."

"Ada yang double shift, over time, atau bisa dipinjam untuk ruangan orang lain, makin besar tingginya angka infeksi," ungkapnya.

Pihaknya pun berharap agar pemerintah memperluas tes PCR gratis untuk petugas kesehatan.

Baca juga: PA 212 Minta Megawati Buang Rumusan Pancasila 1 Juni 1945 dan Bebaskan Ulama Jika Tak Mau Dicap PKI

Sejauh ini, Harif menuturkan, tes PCR gratis baru dirasakan perawat di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten.

"Kita harapkan ini bisa sampai 10 provinsi yang jadi episentrum Covid-19."

"Itu salah satu upaya untuk bagaimana keamanan dan keselamatan perawat bisa terjaga," paparnya.

Baca juga: Tanggapi Megawati, Mardani Ali Sera: Jika Milenial Kurang Berprestasi, Maka yang Salah Senior

Sementara, Satgas Covid-19 melaporkan per 29 Oktober 2020 pukul 06.00, tingkat penggunaan tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Wisma Atlet menurun.

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, kesempatan ini bisa digunakan tenaga medis dan kesehatan untuk relaksasi sejenak.

Doni mengatakan, puncak dari pasien yang dirawat di ruang isolasi, yaitu di tower 6 dan 7, mencapai sekitar 90%.

Baca juga: KRONOLOGI KPK Bekuk Hiendra Soenjoto di BSD, Dua Mobil yang Dipakai Saat Buron Ikut Disita

"Sekarang mengalami penurunan menjadi di posisi sekitar 43,5% yang 43,71%."

"Tentunya kerja keras dari para dokter dan tenaga kesehatan lainnya," ujar dia dalam seminar PERSI virtual, Jumat (30/10/2020).

Merujuk hal itu, angka kesembuhan pasien positif Covid-19 terbilang tinggi, dan diharapkan upaya protokol kesehatan makin membuahkan hasil.

Baca juga: 54 Daerah Ini Tak Beranjak dari Zona Oranye Selama 10 Minggu, Satgas Covid-19 Minta Segera Berbenah

"Mudah-mudahan angkanya tidak bertambah lebih banyak lagi," tutur Doni.

Pihaknya mencatat, dalam penanganan Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, diterjukan setidaknya 3 ribu tenaga medis dan kesehatan.

"Saya sampaikan kepada tenaga medis dan kesehatan pada momentum ini, supaya dimanfaatkan untuk relaksasi, untuk istirahat bukan cuti."

Baca juga: PA 212 Minta Megawati Buang Rumusan Pancasila 1 Juni 1945 dan Bebaskan Ulama Jika Tak Mau Dicap PKI

"Karena ada juga dokter yang dari awal itu sampai hari ini belum pernah pulang ke kampung halamannya."

"Jadi kita minta untuk mengatur waktu, mungkin ketemu keluarga, orang tua, mohon doa restu untuk rileks dan berbagai kegiatan yang sifatnya personal."

"Sehingga nanti ketika ada kasus yang meninggal kita harapkan para dokter sudah lebih siap," harapnya. (Rina Ayu)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved