Sekda DKI Meninggal
Sebelum Meninggal Dunia, Saefullah Curhat Pengalamannya jadi Sekda DKI untuk Lima Gubernur
Saefullah berbagi cerita soal pengalamannya menjadi ‘pembantu’ untuk lima sosok Gubernur DKI Jakarta sejak 11 Juli 2014 silam.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Feryanto Hadi
Itu usia kerjanya bisa mencapai 65 tahun. Kalau saya ambil posisi itu, nanti kerjanya sebagai pengajar di lembaga Diklat (pendidik dan pelatihan).
Bisa juga saya ke kementerian sesuai dengan kompetensi, atau bisa juga saya mengusulkan pensiun untuk terjun ke dunia politik atau dunia sosial.
Saya bikin yayasan, mengajar, atau mengurus yatim piatu dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Saya juga bisa memilih mengurus keluarga, terutama istri, anak dan cucu-cucu. Jadi pilihannya banyak sekali, nggak usah gugup.
Apa keluarga tidak protes terhadap pekerjaan Anda yang lebih sering berada di luar rumah?
Saya punya anak empat. Tiga di antaranya sudah berkeluarga dan satu anak belum karena di-boarding school (sekolah asrama).
Relatif di rumah saya sama ibu (istri) saja, tapi kalau hari libur di rumah ada cucu-cucu main.
Di sisi lain ibu kan juga aktif di organisasi PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) dan Dharma Wanita.
Itu kan bentuk pengabdiannya atas posisi suami sebagai pegawai pemerintah.
Ibu-ibu dilibatkan dalam organisasi agar sehari-harinya diisi oleh kegiatan positif. Dalam organisasi itu mereka fokus pada kesejahteraan, kesehatan hingga kemanusiaan karena mengirim bantuan ke tempat bencana atau tempat-tempat yang memerlukan bantuan.
Jadi, ibu sibuk di luar dan saya ini sehari-harinya sekitar 80 persen juga berada di kantor. Pulang malam, tidur sebentar di rumah lalu selepas salat subuh saya sudah jalan lagi ke kantor.
Saya nikmati saja untuk menyelesaikan masa hidup saya ini, insya Allah jadi amal perbuatan baik.