Sekda DKI Meninggal
Sebelum Meninggal Dunia, Saefullah Curhat Pengalamannya jadi Sekda DKI untuk Lima Gubernur
Saefullah berbagi cerita soal pengalamannya menjadi ‘pembantu’ untuk lima sosok Gubernur DKI Jakarta sejak 11 Juli 2014 silam.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Feryanto Hadi
Tidak saya pungkiri ada perasaan sedih saat menjadi Sekda, manakala ada rotasi dan mutasi jabatan yang merupakan hal biasa bagi aparatur.
Saya sering mendapat amanah dari Pak Gubernur untuk mempromosikan teman-teman aparatur, tapi di sisi lain saya juga harus meng-grounded (menghukum) mereka, sesama Korps Pegawai RI (Korpri).
Pada saat itulah saya sedih, padahal kami sudah sering warning (peringatkan) bahwa mereka ada catatan (buruk) untuk segera diperbaiki.
Manakala itu tidak diperbaiki yah akhirnya, kami sepakat akan di-grounded dari hukuman ringan, sedang hingga berat.
Jadi sedihnya menjadi Sekda itu pada saat saya harus menegakkan aturan, di mana teman-teman kami melanggar.
Sebab pada hakekatnya hukuman itu diberikan bukan hanya untuk pegawai secara personal, tentu juga berdampak pada keluarganya. Tapi kalau saya tidak tegakkan hukuman, yah itupun salah juga.
Karakteristik lima gubernur di mata Anda seperti apa?
Semua sosok gubernur sangat bagus. Dari Pak Jokowi sangat amat bagus, buktinya beliau sekarang menjadi Presiden RI. Pak Ahok juga bagus, dia sangat berorientasi pada pekerjaan.
Sedangkan Pak Djarot juga demikian, orangnya telaten dan fokus dalam bekerja. Kalau untuk Pak Sumarsono, beliau kan sosok birokrat kawakan.
Sosok itu kan digembleng dari pangkat paling rendah sampai puncaknya sebagai Direktur Jendral Otonomi Daerah (Otda) Kementerian Dalam Negeri.
Saya rasa pengalaman beliau sangat banyak dan digunakan untuk memimpin kami di Jakarta, tentunya sangat baik. Sementara sosok pak Anies Baswedan bagus sekali.
Meskipun beliau kesal, tapi dia dapat bertutur kata dengan menjaga perasaan. Ingat, bukan perasaan beliau tapi perasaan orang-orang yang dihadapi.
Beliau sangat humanis, tapi cerdas dan banyak ide-idenya untuk Jakarta. Mudah-mudahan terwujudlah selama lima tahun kepemimpinannya.
Masa pensiun Anda sebagai ASN pada 2024, sementara kepemimpinan Gubernur Anies berakhir 2022. Artinya ada selisih dua tahun lagi Anda menjadi ASN, bagaimana posisi Anda nanti?
Saya serahkan semuanya pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalau saya tidak lagi menjadi Sekda, masih ada pilihan lain, misalnya menjadi Widyaiswara Utama (di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemendagri Jakarta).