BMKG Prediksi Musim Hujan di Indonesia Dimulai Akhir Oktober 2020, Puncaknya Februari 2021

Sebanyak 34,8% diprediksi akan mengawali musim hujan pada Oktober 2020, yaitu di sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Kompasiana.com
Ilustrasi. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, musim hujan di Indonesia akan dimulai secara bertahap pada akhir Oktober 2020.

Terutama, katanya, dimulai dari wilayah Indonesia Barat, dan sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2021.

"Sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Bulan Januari dan Februari 2021, yaitu sebanyak 248 ZOM (72,5%)," katanya, dikutip dari laman bmkg.go.id.

Putri Eks Dirjen Imigrasi Dapat Rp 20 Juta dari Jaksa Pinangki, Ternyata Cuma Jual Beli Suvenir

Pada akhir Maret 2020, BMKG merilis awal musim Kemarau di Indonesia bervariasi, sebagian besar dimulai pada Mei-Juni 2020.

Namun, hasil pemantauan perkembangan musim kemarau hingga akhir Agustus 2020 menunjukkan hampir seluruh wilayah Indonesia (87%) sudah mengalami musim kemarau.

Samudra Pasifik diprediksi berpeluang terjadi La-Nina, sedangkan Samudra Hindia berpotensi terjadi IOD negatif.

Amien Rais Segera Deklarasikan Partai Baru, Semboyannya Lawan Kezaliman dan Tegakkan Keadilan

Dwikorita menyatakan, pemantauan BMKG hingga akhir Agustus 2020 terhadap anomali suhu muka laut pada zona ekuator di Samudera Pasifik, menunjukkan adanya potensi La Nina (indeks Nino3.4 = -0.69).

Hal itu berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti.

Hal tersebut sejalan dengan prediksi institusi meteorologi dunia lainnya, yang menyatakan ada peluang munculnya anomali iklim (La Nina).

Arief Poyuono Nilai Anies Baswedan Layak Dinonaktifkan, Minta Gerindra Siapkan Penggantinya

La Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di Pasifik ekuator, dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia.

Sehingga, menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia, dan menghasilkan peningkatan curah hujan.

Sementara, di Samudra Hindia, pemantuan terhadap anomali suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD negatif (indeks IOD= -0.47).

Ini Spesifikasi Tank AMX-13 yang Tabrak Gerobak di Bandung, Indonesia Pemakai Paling Banyak

IOD negatif menandai suhu muka laut di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera lebih hangat dibandingkan suhu muka laut Samudra Hindia sebelah timur Afrika.

Hal ini juga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian barat.

Kondisi IOD negatif ini berpeluang bertahan hingga akhir tahun 2020.

Hari Ini Diundang KPK Gelar Perkara Jaksa Pinangki, Kejagung Tak Ingin Berandai Ada Pelimpahan Kasus

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved