Musik

Sejak Ada Covid-19, FESMI Mencatat Ada 3 Kelompok Musisi di Indonesia: Mapan, Pas-pasan dan Rentan

Harry Koko Santoso, promotor musik ternama, menyatakan, saat ini ada banyak musisi yang bisa menggelar konser streaming di media sosial.

Warta Kota/Heribertus Irwan Wahyu Kintoko
Firman Bintang (tengah), Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), dan promotor musik Harry Koko Santoso (kanan) disela Webinar Saatnya Bangkit Kembali garapan Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru (PMBB) Kemendikbud RI dan Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia (KoPHI), Rabu (2/9/2020). 

Harry Koko Santoso, promotor musik ternama, menyatakan, saat ini ada banyak musisi yang bisa menggelar konser streaming di media sosial.

Namun Harry Koko Santoso melihat, tidak banyak musisi yang bisa melakukan dengan menghadirkan nilai komersial.

"Beberapa grup musik yang melakukan konser live streaming selama pandemi. Ini bentuk kreatifitas yang harus didukung, meski masih jauh dari harapan agar musisi dapat menghasilkan nilai komersial," kata Harry Koko Santoso.

Ilustrasi musik
Ilustrasi musik (Kompas.com/Shutterstock)

Candra Darusman menambahkan, konser virtual sebenarnya tidak bisa menggantikan konser reguler. Tetapi apa boleh buat karena saat ini hanya bisa disuguhkan konser-konser virtual.

"Kita harus membiasakan diri sambil terus berdoa supaya pandemi ini bisa segera berakhir dan bisa nonton konser off air kembali," ujar Candra Darusman.

Film Seperti Musik

Seperti musik, film juga merasakan dampak luar biasa akibat pandemi Covid-19 yang belum berakhir.

Firman Bintang, Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Perusahaan Film Indonesia, menyatakan, pagebluk Covid-19 tidak hanya membuat iklim dan ekosistem industri film Indonesia terpapar, tapi juga terkapar.

"Saat ini, ketika bioskop ditutup atas nama menegakkan protokol kesehatan, cobaan produser film, juga pemilik bioskop, semakin besar," kata Firman Bintang.

Firman Bintang dan Christine Hakim
Firman Bintang dan Christine Hakim (warta kota/nur ichsan)

Namun itu tidak harus diratapi karena semua sudah terjadi.

"Kita harus bergandengan bersama, dan saling membangkitkan, demi tetap bertahan di kondisi yang sangat tidak mudah ini," ujarnya.

Menurut Firman Bintang, mata uang yang sebenarnya dalam industri ini adalah kreatifitas. Sedangkan jualannya, saat sekarang tidak melulu via bioskop.

Setelah 16 Hari Diunggah di Kanal YouTube Ravacana Films, Film Tilik Telah Ditonton 20 Juta Views

Merasa Tidak Punya Keluarga di Kehidupan Nyata, Desy Ratnasari Senang Main Film Keluarga Slamet

"Jualannya bisa lewat media baru lainnya," kata Firman Bintang.

Media baru yang dimaksudkan Firman Bintang yang bisa menggantikan layar bioskop antara lain streaming hingga televisi langganan berbayar dan OTT (Over The Top).

Atau media yang mengacu pada konten dalam bentuk audio, video, yang ditransmisikan via internet tanpa mengharuskan pengguna untuk berlangganan layanan TV kabel.

Pengunjung menunggu pertunjukan film di Bioskop XXI di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Minggu (18/8/2019).
Pengunjung menunggu pertunjukan film di Bioskop XXI di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Minggu (18/8/2019). (Warta Kota/Alex Suban)
Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved