Ledakan di Beirut

Ledakan di Beirut: Bencana Itu Sudah Dikhawatirkan Sejak Enam Tahun Lalu

banyak orang Lebanon menuding akar masalahnya bersumber pada salah kelola negara yang sudah akut.

Penulis: | Editor: Bambang Putranto
Reuters/Aljazeera.com
Orang berlarian menjauh dari ledakan di Beirut, Selasa, 4 Agustus 2020 

Amonium nitrat di kapal lantas diturunkan, dan disimpan di gudang besar Hangar 12.

Gudang besar itu menghadap jalan bebas hambatan yang menuju pusat kota Beirut.

Zat kimia tersebut merupakan bahan dasar untuk pupuk, dan bahan peledak.

Meski tidak berbau, zat ini perlu penanganan ekstra hati-hati.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 27 Juni 2014, kepala Bea Cukai Lebanon ketika itu, Shafik Merhi, mengirim surat kepada hakim yang tak disebutkan namanya, mohon petunjuk untuk penanganan zat kimia tersebut.

Namun, surat itu tak berbalas.

Ledakan dasyat di Kota Beirut, Lebanon tampak kepulan asap merah seperti bom nuklir
Ledakan dasyat di Kota Beirut, Lebanon tampak kepulan asap merah seperti bom nuklir (Triangle news via dailymail.co.uk)

Pejabat Bea Cukai kemudian mengirim surat lagi, paling tidak sebanyak lima kali dalam kurun waktu tiga tahun, yakni pada 5 Desember 2014, 6 Mei 2015, 20 Mei 2016, 13 Oktober 2016, dan 27 Oktober 2017.

Dalam surat yang ditandai "urgent", Bea Cukai mengusulkan tiga opsi: amonium nitrat itu diekspor, diberikan kepada angkatan bersenjata Lebanon, atau dijual kepada perusahaan peledak milik swasta Lebanon.

Bagian dari surat itu berbunyi: "mengingat bahaya besar menyimpan barang itu di gudang dengan kondisi cuaca yang tak sesuai, kami kembali mendesak supaya barang itu diekspor kembali secepatnya demi keselamatan pelabuhan dan para pekerja, atau dijual kepada perusahaan peledak".

Lagi, lagi, surat itu tak dibalas sama sekali.

Tiga tahun kemudian dalam surat permohonan terakhir, 27 Oktober 2017, kepala Bea Cukai Lebanon yang baru, Badri Daher, kembali mohon petunjuk hakim tentang penanganan zat kimia itu.

Hasilnya, nihil. Amonium nitrat masih di gudang Hangar 12.

Akhirnya, terjadilah kekhawatiran itu pada Selasa, 4 Agustus 2020.

Presiden Lebanon Michel Aoun menyatakan bahwa kegagalan menangani amonium nitrat tersebut tak bisa diterima, dan berjanji akan memberi hukuman terberat bagi mereka yang bertanggung jawab atas masalah itu.

Halaman
123
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved