Virus Corona

Meski Tak Lagi Jadi Juru Bicara, Achmad Yurianto Masih Urus Data Kasus Covid-19, Kini Fokus di TBC

Setelah tak menjadi juru bicara (jubir) pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan tugasnya tidak berubah.

covid19.go.id
Achmad Yurianto saat mengumumkan perkembangan terbaru kasus Covid-19 di Indonesia. 

Dibacakan pula penambahan kasus terkonfirmasi, agar dapat menjadi acuan masyarakat untuk waspada, mana zona yang sangat berisiko penyebarannya, dan mana yang masih rendah risikonya.

“Oleh karena itu setelah saya rilis, kemudian saya share melalui website covid19.go.id yang muncul secara rinci."

"Saya juga terkadang minta pendapat, apakah ini perlu dibacakan."

Luhut Pastikan Kedatangan 500 TKA Asal Cina Takkan Ambil Peran Tenaga Kerja Indonesia

Ada yang mengatakan perlu supaya provinsi lain bisa lihat provinsi lain karena ada kepentingan."

"Bagaimana kampung saya di Surabaya ternyata tinggi sekali, makanya harus hati-hati. Ini sebuah kompromi,” paparnya

Ahmad Yurianto menegaskan, dirinya tidak memiliki kepentingan sedikitpun untuk memanipulasi data.

Bantu Industri Media, Jokowi Bakal Bebaskan Pajak Penghasilan dan Tunda Pembayaran Iuran BPJS

Yuri menjelaskan, bila ada perbedaan data yang ia sampaikan, karena ada batas waktu pengumpulan yang berbeda di setiap daerah.

“Saya cut off time jam 12 WIB, provinsi lain ada yang cut off time-nya jam 4 sore, menunggu saya selesai pengumuman."

"Jadi yang saya umumkan data sampai jam 12, oleh provinsi yang diumumkan data sampai jam 4 sore, ya pasti berbeda,” tuturnya.

Gelar Latihan Perang Dekat Laut Cina Selatan, KSAL Pastikan Tak Ada Kaitannya dengan Konflik AS-Cina

Perbedaan ukuran data juga menjadi sebab adanya perbedaan data.

Ia berujar selama ini pihaknya memakai data yang menjadi standar badan kesehatan dunia (WHO).

“Juga terkait ukuran data, data yang saya umumkan data yang menjadi standarnya WHO."

Kasus Covid-19 Terus Melonjak, Jokowi: Jangan Sampai Aura Krisis Itu Hilang

"Karena ini pandemi global harus ada data epidemiologis yang bisa dikaji secara global,”

“Salah satu contohnya WHO menyatakan data kasus yang meninggal yang diambil adalah data kasus yang terkonfirmasi positif."

"Sehingga kalau dipakai data kasus yang terduga juga, pasti jumlahnya lebih banyak,” paparnya.

Meski Para Menteri Sudah Dimarahi Jokowi, Serapan Anggaran Stimulus Covid-19 Baru 19 Persen

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved