Jalur Sepeda
BERITA VIDEO: Kisah Iwan Sunter, Kuli Pasar Jakarta yang Bersepeda di Himalaya (1)
Kisah Kuli Pasar Jakarta Bersepeda di Pegunungan Himalaya (1).Simak selengkapnya dalam berita ini.
“Ya begini inilah sehari-hari kerjaan saya,” kata Iwan membuka percakapan.
Keseharian yang bekerja mengandalkan olah fisik yang prima itu membuatnya kerap tak perlu mempersiapkan diri secara khusus untuk menempuh perjalanan jauh.
Saat akan menjalani kegiatan lari dari Aceh sampai Jakarta sejauh 2.500km misalnya, ia tinggal melatih keleneturan dan kerasnya permukaan telapak kaki dengan bekerja sambil nyeker, tanpa alas kaki.
Begitu pula saat akan bersepeda di Himalaya, ia menambah porsi latihan dengan bersepeda di sekitar tempat tinggalnya.
Enam bulan lamanya ia mempersiapkan perjalanan ke Thorong La.
“Paling pusing ya cari duit. Kita mau kemana aja, bikin kegiatan apa aja, intinya harus ada duit. Untuk itu saya jualan kaos. Beberapa kawan membeli dengan harga jauh melebihi bandrol, itu jadi donasi untuk saya,” tutur Iwan sambil menyebut beberapa nama kawan yang banyak membantu.
Sebagian besar kawan dari komunitas sepeda, terutama Bike Pe’a, komunitas pesepeda yang doyan bersepeda jauh lalu camping.
Tiket pulang-pergi ke Nepal didapatnya dari sang kakak. Sisanya didapat dari bekerja ekstra jadi tukang parkir di akhir pekan dan menyisihkan pendapatan hariannya.
Total ia menghabiskan dana Rp 10 juta untuk perjalanan itu.
Tak banyak kesulitan berarti di perjalanan. Ia mendapat bantuan dari seorang pesepeda Nepal yang dikenalnya lewat FB, Rongguk.
Jadi begitu tiba di Kathmandu, ia dijemput di bandara dan diajak tinggal di rumah Rongguk.
Sempat berkeliling Kathmandu sampai ke Thamel, Iwan juga dikenalkan dengan sejumlah kawan pesepeda setempat dan dijamu.
“Kejutan perjalanan selalu ada, seperti punya keluarga dimanapun kita pergi. Jadi selama di Kathmandu saya nggak keluar apa-apa, malah banyak teman baru dan dijamu terus,” tuturnya.
Dalam perjalanan dari Kathmandu ke Pokhara, kota terakhir sebelum mendaki ke arah Thorong La, ia ditemani Rongguk. Mereka lalu berpisah di pertigaan menuju Besisahar.
Dari titik itu Iwan melanjutkan perjalanan seorang diri menunggang sepeda gunung bersuspensi depan (hardtail). Sepeda itu dipasangi rak belakang untuk mengikat ransel berisi barang bawaan seberat 15kilogram.
Sementara itu,berikut ini adalah kisah perjalanannya yang pernah ditulis harian ini.