Berita Tangerang
Banyak Pelajar di Tangerang Tak Punya Ponsel, Buntut Kesulitan Belajar Online
Terungkap, banyak pelajar Tangerang tak punya ponsel sehingga sulit belajar online atau belajar daring.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Terungkap banyak pelajar di Tangerang tak punya ponsel sehingga sulit belajar online atau belajar daring.
Terkait marak pelajar kesulitan belajar daring akibat tak punya ponsel, diungkap langsung Kepala SMPN 22 Kota Tangerang Sudarmawan.
Terlebih, kata Sudarmawan, di lingkungan SMPN 22 Kota Tangerang marak masyarakat kondisnya berekonomi sulit.
Dikatakan Sudarmawan, di tahun ajaran baru 2020 saat ini proses belajar mengajar dilaksanakan secara online.
• Demi Anak Belajar Online, Warga Tangerang Ini Berutang untuk Beli Pulsa, Handphone Pinjam
• Hadapi Penerapan Belajar Online, Pemulung Kota Tangerang: Jangankan Hape, Beli Beras Saja Susah
• Kisah Orangtua Terhimpit Program Belajar Online, Duit Belanja Tekor Buat Beli Kuota Internet
Dimulai sejak tanggal 13 Juli 2020.
Tahan orientasi siswa baru pun menggunakan cara daring.
Sebab saat ini wilayah Kota Tangerang masih menerapkam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Kendalanya banyak siswa di sini yang tidak punya handphone," ujar Sudarmawan saat ditemui Warta Kota di SMPN 22 Kota Tangerang, Rabu (15/7/2020).
Dirinya menyarakan agar pelajar yang tak mempunyai gawai bisa belajar secara berkelompok.
Menumpang dengan temannya yang mempunya ponsel.
"Kalau di dekat rumahnya ada teman yang punya handphone, bisa ikut belajar di situ," ucapnya.
Selain itu banyak siswa juga yang tidak mempunyai pulsa untuk kouta internet.
Ini yang menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar melalui daring.
"Kalau untuk handphone kami memang belum bisa bantu. Untuk yang tidak punya internet juga banyak"
"Pemkot Tangerang memberikan bantuan operasional dalam pembelian pulsa ini bagi mereka yang punya handphone tapi tidak punya pulsa," kata Sudarmawan.
Ia menjelaskan mengenai latar belakang orang tua murid di sekolahnya ini.
Mereka berasal dari kalangan tidak mampu sehingga tak punya gadget mau pun pulsa.
"Kebanyakan dari pemulung, jumlahnya sekitar 200-an siswa," ungkapnya.
Warga Tangerang Ini Berutang untuk Beli Pulsa, Handphone Pinjam
Miris nian nasib yang menggelayuti Ida (45), warga RT 03 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Ia harus pinjam uang ke sana sini agar anaknya bisa belajar melalui daring atau online.
Anaknya bernama Nurhisma, duduk di kelas 2 SMPN 22 Kota Tangerang.
Ia dan buah hatinya ini tak mempunyai ponsel untuk mengikuti proses belajar online.
"Enggak punya HP, pinjam HP temannya."
"Beliin pulsa untuk internetnya itu juga pinjam uang," ujar Ida saat dijumpai Wartakotalive di kediamannya, Rabu (15/7/2020).
Ida setiap hari mengumpulkan plastik bekas untuk dijual.
Dalam sehari dirinya mendapatkan Rp 20.000 dari hasil menjual plastik sampah itu.
"Suami saya pemulung, kalau enggak kayak gini dapat uang dari mana lagi?"
"Hitung - hitung bantu suami cari uang," ucapnya.
Ida dan keluarganya tinggal di rumah petakan dekat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing.
Rumah yang ditinggalinya ini milik mertuanya.
"Kalau beli pulsa, kami belum dapat bantuan dari pemerintah," ucap Ida.
Kisah Ida ini juga membuat tetangganya sedih.
Eka (48), salah satu tetangga, kerap meminjamkan uang kepada Ida.
"Memang pinjam uang, biasanya Rp 50.000 ya dikasih saja."
"Kadang juga mau nangis lihatnya."
"Kasihan kalau sampai pinjam ke rentenir kan," ungkap Eka.
Sebelumnya diberitakan, Ida (45) tampak sibuk di lapak pemulung dekat rumahnya.
Ia tinggal di RT 03 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Suaminya bernama Mahdi (46), bekerja sebagai pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kota Tangerang.
Sedangkan Ida mengumpulkan plastik sampah untuk dijual kembali.
Pasangan suami istri ini mempunyai 2 anak. Anak bontotnya masih berusia 4 tahun.
Sedangkan anak pertama diberi nama Nurhisma.
Nurhisma saat ini duduk di kelas 2 SMPN 22 Kota Tangerang.
"Anak saya enggak punya HP (handphone)."
"Jangankan beli HP, beli beras saja susah," ujar Ida saat dijumpai Wartakotalive di kediamannya, Kota Tangerang, Rabu (15/7/2020).
Saat pandemi seperti ini, proses belajar mengajar melalui online diterapkan pemeritah.
Nurhisma pun terkadang kesulitan mengikutinya lantaran tak mempunyai gadget.
"Saya orang tuanya juga enggak punya HP."
"Anak saya paling kalau belajar ke rumah temannya," ucap Ida.
Ida menyebut buah hatinya itu sering kali mendatangi rumah teman sekolahnya.
Nurhisma meminjam ponsel temannya itu untuk mengikuti pembelajaran daring.
"Paling ngeluarin duit untuk bantu pulsa buat internet ke temannya," katanya.
Menurutnya, saat ini dirinya belum tersentuh bantuan pemerintah, khususnya dalam proses belajar mengajar online ini.
"Belum dapat bantuan pulsa. Saya sehari kumpulin plastik dapat Rp 20.000."
"Kalau suami saya juga pendapatannya enggak nentu karena pemulung," ungkap Ida.
Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim berniat mematenkan pembelajaran jarak jauh meski pandemi Virus Corona usai.
Sejak Maret lalu, semua sekolah hingga perguruan tinggi memberlakukan pembelajaran jarak jauh, alias belajar dari rumah.
Pandemi Virus Corona atau Covid-19 membuat proses pembelajaran jarak jauh jadi satu-satunya opsi.
Mendikbud Nadiem Makarim pun menyebut, pembelajaran jarak jauh tetap akan diberlakukan meski pandemi Covid-19 berakhir.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan, metode pembelajaran jarak jauh nantinya bisa diterapkan permanen seusai pandemi Covid-19.
Menurut analisis Kemendikbud, pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar akan menjadi hal yang mendasar.
"Pembelajaran jarak jauh, ini akan jadi permanen."
"Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model."
"Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, Kamis (2/7/2020).
Dia mengatakan, pemanfaatan teknologi ini akan memberikan kesempatan bagi sekolah melakukan berbagai macam modeling kegiatan belajar.
"Kesempatan kita untuk melakukan berbagai macam efisiensi dan teknologi dengan software dengan aplikasi."
"Dan memberikan kesempatan bagi guru-guru dan kepala sekolah dan murid-murid untuk melakukan berbagai macam hybrid model atau school learning management system."
"Itu potensinya sangat besar," tuturnya.
Menurut Nadiem, hal ini terbukti dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19.
Ia menilai, para guru dan orang tua akhirnya mencoba beradaptasi dan bereksperimen memanfaatkan teknologi untuk kegiatan belajar.
"Walau sekarang kita semua kesulitan beradaptasi dalam PLJ."
"Tapi, belum pernah dalam sejarah Indonesia kita melihat jumlah guru dan kepala sekolah yang bereksperimen."
"Dan orang tua juga bereksperimen beradaptasi dengan teknologi," ucapnya.
"Jadi ini merupakan sebuah tantangan dan ke depan akan menjadi suatu kesempatan untuk kita," kata Nadiem. (DIK/Wartakotalive.com)