Virus Corona

Mantan Anak Buah SBY: Flu Burung Tak Ada Apa-apanya Dibandingkan Covid-19

Indonesia bukan baru kali ini menghadapi pandemi. Sekitar 15 tahun lalu, penyakit flu burung dari virus H1N1 pernah melanda Indonesia.

bnpb.go.id
Bayu Krisnamurthi, Ketua Harian Komisi Nasional Flu Burung dan Pandemi Influenza (Komnas FPBI) 2006-2010 sekaligus Wakil Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Perdagangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Indonesia bukan baru kali ini menghadapi pandemi.

Sekitar 15 tahun lalu, penyakit flu burung dari virus H1N1 pernah melanda Indonesia.

Bayu Krisnamurthi tidak mau buru-buru membandingkan antara flu burung dan Covid-19.

Djoko Tjandra Gampang Bikin KTP Elektronik, Fadli Zon: Ironisnya Banyak Warga yang Belum Punya

Namun, Ketua Harian Komisi Nasional Flu Burung dan Pandemi Influenza (Komnas FPBI) 2006-2010 sekaligus Wakil Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Perdagangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menilai, flu burung tak ada apa-apanya jika dibanding Covid-19.

"Terus terang saja saya katakan, kalau dibandingkan dengan Covid-19, flu burung itu tak ada apa-apanya."

"Di seluruh dunia case-nya kurang dari seribu sampai dengan 2019 kemarin."

Kasus Positif Covid-19 Catat Rekor Tertinggi 2.657 Pasien Baru, Jokowi: Lampu Merah Lagi

"Indonesia kira-kira 200 yang kena," kata Bayu dalam Dialog Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jumat (10/7/2020).

Namun, fatality rate atau risiko kematian akibat flu burung, Bayu mengatakan, lebih tinggi ketimbang Covid-19.

"Di dunia kira-kira 60 persen. Di Indonesia itu 80 persen. Jadi kalau ada yang kena, 80 persen peluangnya meninggal," kata Bayu.

Ditemukan 1.262 Orang Positif Covid-19, Tak Ada yang Boleh Keluar Masuk Kompleks Secapa AD Bandung

Guru Besar Madya Departemen Agribisnis IPB itu pun menjelaskan, penanganan yang dilakukan saat menghadapi flu burung mencakup tiga hal, yakni aspek penyakit, aspek dampak sosial-ekonomi, dan aspek komunikasi publik.

Dalam hal sains, semua ilmuwan diajak bekerja sama.

Bahkan, beberapa nama seperti Prof Wiku Adisasmito yang saat ini menjabat Ketua Tim Pakar Gugas, merupakan salah satu tim ahli saat Indonesia menghadapi flu burung.

Ekstradisi Maria Pauline Dinilai Tutupi Malu Yasonna Atas Kaburnya Djoko Tjandra dan Harun Masiku

"Kapasitas pengembangan sains yang kita lakukan saat itu bekerja dengan baik dan kemudian membawa akumulatif knowledge sampai sekarang," kata Bayu.

Kemudian soal aspek sosial ekonomi yang berkaitan dengan komunikasi publik, Bayu menyebut masyarakat saat itu belum bisa membayangkan jika ada flu burung, semua unggas harus dimusnahkan dan dibakar.

"Kita butuh intensif sekali menjangkau masyarakat dengan komunikasi yang tak putus-putus, yang kreatif."

Penerima Tak Tahu Dapat THR Jadi Alasan Polisi Hentikan Kasus Dugaan Suap kepada Pejabat Kemendikbud

"Komunikasi yang membuat mereka tidak takut, tapi justru siaga dan waspada."

"Tiga kombinasi itulah plus bahwa saat itu berada di kendali otoritas tertinggi (penanganannya) itu yang mungkin membuat kita pada 2010 bisa mengendalikan dan tidak menjadi pandemi," papar Bayu.

Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 9 Juli 2020, dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id:

JAWA TIMUR

Jumlah Kasus: 15.484 (22.0%)

DKI JAKARTA

Jumlah Kasus: 13.488 (19.5%)

SULAWESI SELATAN

Jumlah Kasus: 6.488 (9.2%)

JAWA TENGAH

Jumlah Kasus: 5.203 (7.2%)

JAWA BARAT

Jumlah Kasus: 4.843 (5.6%)

KALIMANTAN SELATAN

Jumlah Kasus: 3.926 (5.6%)

SUMATERA SELATAN

Jumlah Kasus: 2.475 (3.5%)

PAPUA

Jumlah Kasus: 2.101 (3.2%)

BALI

Jumlah Kasus: 2.024 (2.9%)

SUMATERA UTARA

Jumlah Kasus: 2.085 (2.8%)

BANTEN

Jumlah Kasus: 1.559 (2.4%)

NUSA TENGGARA BARAT

Jumlah Kasus: 1.444 (2.1%)

SULAWESI UTARA

Jumlah Kasus: 1.468 (1.9%)

KALIMANTAN TENGAH

Jumlah Kasus: 1.096 (1.6%)

MALUKU UTARA

Jumlah Kasus: 1.077 (1.5%)

MALUKU

Jumlah Kasus: 845 (1.2%)

SUMATERA BARAT

Jumlah Kasus: 785 (1.2%)

KALIMANTAN TIMUR

Jumlah Kasus: 623 (0.9%)

SULAWESI TENGGARA

Jumlah Kasus: 500 (0.8%)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Jumlah Kasus: 357 (0.5%)

KALIMANTAN BARAT

Jumlah Kasus: 347 (0.5%)

KEPULAUAN RIAU

Jumlah Kasus: 321 (0.5%)

GORONTALO

Jumlah Kasus: 286 (0.4%)

PAPUA BARAT

Jumlah Kasus: 272 (0.4%)

RIAU

Jumlah Kasus: 238 (0.4%)

KALIMANTAN UTARA

Jumlah Kasus: 214 (0.3%)

LAMPUNG

Jumlah Kasus: 203 (0.3%)

SULAWESI TENGAH

Jumlah Kasus: 193 (0.3%)

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Jumlah Kasus: 171 (0.3%)

BENGKULU

Jumlah Kasus: 155 (0.2%)

SULAWESI BARAT

Jumlah Kasus: 130 (0.2%)

JAMBI

Jumlah Kasus: 122 (0.2%)

NUSA TENGGARA TIMUR

Jumlah Kasus: 121 (0.2%)

ACEH

Jumlah Kasus: 90 (0.1%). (Reza Deni)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved