Kerusuhan di AS
Seorang Kakek Didorong Polisi AS sampai Cedera Otak, Trump Sebut Pendukung George Floyd Settingan
Seorang kakek cedera otak setelah didorong polisi Amerika Serikat (AS), Kamis (4/6/2020).
Dikutip Tribunnews.com melalui akun Twitter @realDonaldTrump, sang presiden menyebut bisa saja Gugino adalah provokator dari Antifa.
Seperti diketahui, Trump menyebut organisasi antifasisme Antifa sebagai teroris yang menjadi dalang kerusuhan demo bela George Floyd.
Trump meyakini bahwa Gugino berniat untuk mengacau dengan cara mengganggu alat komunikasi milik para polisi.
Presiden juga menyebut kantor berita One America News dan mengklaim bahwa adegan Gugino jatuh terkesan dibuat-buat.
"Pendemo di Buffalo yang didorong oleh polisi bisa jadi seorang provokator Antifa. Martin Gugino yang berusia 75 tahun diusir setelah muncul (di tengah demo) untuk memindai alat komunikasi polisi agar bisa mematikan peralatan @OANN."
"Saya menyaksikan, dia jatuh lebih keras daripada dorongan yang ia dapat. Dia bermaksud ingin mendapatkan peminda. Bisa jadi rekayasa?" tulis Trump, Selasa (9/6/2020).
Nasib Polisi yang Mendorong Gugino

Aaron Torgalski (39) dan Robert McCabe (32), anggota polisi Buffalo, New York, yang dorong pria lansia kulit putih saat demo bela George Floyd. (EPA via bbc.com)
Dua anggota polisi di Buffalo, Aaron Torgalski (39) dan Robert McCabe (32) yang terancam hukuman pidana hingga 7 tahun.
Keduanya saat ini menjalani hukuman dirumahkan tanpa gaji setelah terekam mendorong Gugino hingga jatuh dan kepalanya berdarah.
Gugino kemudian dilarikan ke rumah sakit dan mengalami cedera serius.
Dikutip Tribunnews.com dari bbc.com, saat itu Torgalski dan McCabe bersama rombongan polisi tengah menertibkan penerapan jam malam selama demo.

Video menunjukkan seorang pria lansia kulit putih pendukung George Floyd yang didorong oleh polisi hingga terjatuh ke belakang. (Twitter/@WBFO)
Saat itu, keduanya berstatus sebagai Tim Respons Gawat Darurat yang memang diterjunkan untuk menertibkan demo.
Setelah dua polisi itu dirumahkan, anggota tim lain yang berjumlah 57 orang pun ikut keluar dari tim sebagai bentuk solidaritas.