Kabar Tokoh
Pengasingan di Parapat, Soekarno Kirim Surat Pakai Tulang Paha Ayam dan Sayur, Ini Kronologisnya
Bapak Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno menjalani pengasingan di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, mulai 4 Januari 1949.
"Ketika Presiden Soekarno dibawa ke Parapat, kakek saya Buka Sinaga dan Oppung Tindaon, dua di antara pegawai Presiden Soekarno yang berada di sisinya," ujar Mangasi Sinaga.
Sebelum bercerita terkait kesan dan pengalamannya menjaga Pesanggrahan Bung Karno, Mangasi menceritakan terlebih dahulu kisah kakeknya yang menemani Soekarno di Parapat.
Pengakuan Buka Sinaga, cerita Mangasi, Presiden Soekarno mendapat pengawasan sangat ketat dari tentara Belanda.

Pesanggrahan Soekarno di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. (Tribun-Medan.com/Arjuna Bakkara)
Pengawasan itu melekat pula bagi pegawainya.
Karena itulah, Buka Sinaga terus menerus merasakan tekanan dan ketakutan lantaran bekerja sebagai pegawai Soekarno.
Apalagi, ketika itu suara dentuman meriam dan letusan senjata baik dari Danau Toba atau pun dari sebelah daratan Danau Toba, selalu menghantui hari demi hari
Buka Sinaga bukannya tak menyadari ancaman tersebut.

Soekarno di rumah pengasingan di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. (TRIBUN MEDAN / ist)
Pernah terbersit di benaknya untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai pegawai di Pesanggrahan.
Namun, Buka Sinaga dan Oppung Tindaon akhirnya memilih tetap loyal kepada Bung Karno.
Kata Mangasi, Buka Sinaga dan Oppung Tindaon sejak agresi militer Belanda II, bekerja sebagai pegawai di Pesanggrahan.
Sampai akhir hidupnya pun, Buka masih bekerja sebagai pegawai di Pesanggrahan.

Pesanggrahan Soekarno di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. (Tribun-Medan.com/Arjuna Bakkara)
Ia meninggal pada tahun 2002 dengan jumlah anak cucu 140-an orang.