Kisah Soekarno

Begini Cara Soekarno Berkomunikasi dengan Gerilyawan Saat Ditahan di Parapat, Tepi Danau Toba

Ini kisah tentang pengasingan Presiden pertama Indonesia Soekarno di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara tahun 1949.

Twitter @potretlawas
Soekarno dan Haji Agus Salim saat sama-sama berada di pengasingan di Parapat, tepi Danau Toba. Saat itu presiden pertama RI tersebut masih bisa berkomuniasi dengan para gerilyawan. 

Buka Sinaga bukannya tak menyadari ancaman tersebut.

Pernah terbersit di benaknya untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai pegawai di Pesanggrahan.

Namun, Buka Sinaga dan Oppung Tindaon akhirnya memilih tetap loyal kepada Bung Karno.

Kata Mangasi, Buka Sinaga dan Oppung Tindaon sejak agresi militer Belanda II, bekerja sebagai pegawai di Pesanggrahan.

Sampai akhir hidupnya pun, Buka masih bekerja sebagai pegawai di Pesanggrahan. Ia meninggal pada tahun 2002 dengan jumlah anak cucu 140-an orang.

Menurut Mangasi, yang diceritakan kakeknya, selama hampir 2 bulan aktivitas dan kegiatan Presiden Soekarno dikawal ketat oleh tentara kolonial Belanda supaya tidak bocor lagi informasi.

Setelah 1 bulan Soekarno berada di Parapat, di situlah Sang Proklamator bisa berkomunikasi dengan gerilyawan Indonesia melalui Oppung Tindaon dan Buka Sinaga.

KAGAMA Bikin Acara Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik

Informasi kepada gerilyawan disampaikan melalui makanan dan sayur-sayuran.

Soekarno meminta Oppung Tindaon untuk membawakan makanan paha ayam.

Setelah selesai makan, Soekarno membersihkan tulang paha ayam agar bisa menyelipkan surat di bagian dalam tulang tersebut.

Setelah itu, Soekarno memberitahukan kepada Oppung Tindaon dan Buka Sinaga bahwa dari sisa makanan tulang paha ayam itu, terdapat sebuah surat untuk disampaikan kepada gerilyawan Indonesia.

Begitu juga ketika Presiden Sukarno jalan-jalan di luar rumah.

Ia meminta tolong kepada Buka Sinaga dibawakan sayur kangkung.

Dari batang kangkung itulah Soekarno memasukkan surat untuk diberikan kepada gerilyawan Indonesia.

Setelah beberapa kali komunikasi lancar dan informasi sampai TNI, kemudian diutus pasukan untuk menjemput Presiden Soekarno di Parapat.

RUMAH Mewah Ditawarkan Gratis Tak Ada yang Membeli karena Berhantu, Hantunya Suka Mengaduk Panci

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved