Hasil Polling, Sebanyak 129.937 Ortu Siswa Tak Setuju Sekolah Dibuka di Tahun Ajaran Baru
Angket ini bertujuan untuk memberikan ruang partisipasi kepada siswa, orangtua dan guru secara langsung kepada kebijakan Negara yang terkait anak.
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Mohamad Yusuf
Identitas Responden OrangtuA, Siswa dan Guru
"Responden orangtua yang berpartisipasi mengisi angket adalah sebanyak 196.559 orang," kata Retno.
Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden orangtua, yaitu : 47% (92.116 responden) berpendidikan Strata 1, sedangkan sisanya 21% (41.664) berpendidikan SMA, 14% (27.194) berpendidikan Diploma, 11% (22.005) berpendidikan Strata 2, 6% (11.665 responden); berpendidikan SMP, dan 1% (1.902 responden) berpendidikan Strata 3.
Mayoritas pekerjaan responden orangtua adalah ibu Rumah Tangga, yaitu sebanyak 43% (84.155), Pegawai swasta sebanyak 22% (43.013); Pegawai Negeri (ASN) sebanyak 16% (31.553); Wirausaha sebanyak 10% (19.669); dan lain-lain sebanyak 9% (18.156).
Namun dari ASN dan pegawai swasta ternyata ada yang berprofesi sebagai guru, padahal ada angket juga yang sasarannya juga guru. Kemungkinan yang bersangkutan kata Retni mengisi sebagai guru dan juga sebagai orangtua siswa.
Responden siswa yang berpartisipasi dalam mengisi angket ini sebanyak 9.643 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan siswa yang saat ini berada di jenjang SMA/sederajata (42%), SMP/sederajat (34%) dan SD/sederjat (23,1%).
Berdasarkan rentang usia responden siswa, mayoritas berada pada usia 16-18 tahun (39,3%); usia 13-15 tahun (37,6%) dan usia 10-12 tahun (23,1%).
Responden guru yang berpartisipasi dalam mengisi angket ini sebanyak 18.111 orang. Dari jumlah tersebut 27,8% merupakan guru yang mengajar pada jenjang pendidikan SMP/sederajat; 26,3% mengajar pada jenjang SD/sederajat.
23% mengajar pada jenjang SMA/sederajat; 12,7% mengajar pada jenjang SMK/sederajat; 9% mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sisanya 1,2% guru yang mengajar pada jenjang TK/RA/sederajat.
Berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar responden guru berpendidikan Strata 1 (S1) sebanyak 80,7%, Strata 2 (S2) sebanyak 14,6% dan 4,7% responden berpendidikan S3 dan sebagian lagi Diploma (Non gelar).
Sedangkan rentang usia responden guru, sebagian besar berusia antara 25-35 tahun (39,1%); usia 36-45 tahun (29,5%), usia 46-55 tahun sebanyak 23,6% dan sisanya berusia diatas 55 tahun sebanyak 7,9%.
Rentang usia 25-45 tahun ini adalah usia yang disarankan komsisi new normal bisa menjalankan aktivitas di luar rumah, jumlah ini pula yang sebagian besar juga menyetujui sekolah di buka Juli 2020.
Sedangkan usia yang diatas 45 tahun sebagian besar menolak sekolah dibuka pada Juli 2020.
Setuju/Tidak Setuju Sekolah Di Buka 13 Juli 2020
Dari 196.546 responden, orangtua tidak setuju (menolak) sekolah dibuka pada Juli 2020 mencapai 66% (129.937) dan yang setuju sekolah di buka pada tahun ajaran baru sebanyak 34% (66.609).
Data sebaliknya dari orangtua terjadi pada hasil polling anak.
Dari 9.643 responden siswa sebanyak 63,7% setuju sekolah di buka pada Juli 2020, sedangkan 36,3% tidak setuju atau menolak sekolah dibuka pada tahun ajaran baru 2020. "Tampaknya anak-anak sudah ingin segera sekolah, mereka mulai jenuh di rumah saja. Mereka rindu kebersamaan dengan teman-temannya," kata Retno.
Sedangkan responden guru sebanyak 18.111 orang menyatakan setuju membuka sekolah pada Juli 2020 sebanyak 54% dan sisanya 46% menolak sekolah dibuka. Guru yang setuju dan tidak setuju berbeda tipis, hanya sekitar 8%, tetapi tetap lebih banyak yang setuju. Kemungkinan para guru juga sudah rindu murid-muridnya.
Alasan Responden Orangtua yang setuju sekolah dibuka pada 13 Juli 2020 , yaitu :
1. Sudah jenuh mendampingi anak belajar dari rumah (3%)
2. PJJ tidak dapat maksimal dilaksanakan karena keterbatasan peralatan daring yang memadai dan siswa kesulitan membeli kuota internet (16%)
3. Kesulitan membeli kuota internet untuk pembelajaran daring (6%)
4. Kasihan anak-anak terlalu berat mengerjakan tugas-tugas selama PJJ (13%)
5. Anak selama PJJ kelelahan matanya karena mengerjakan tugas melalui telepon genggm (10%)
Alasan responden orangtua yang tidak setuju :
a. Kasus yang terinfeksi covid 19 masih tinggi (60%)
b. Khawatir anak tertular covid 19 di perjalanan menuju dan pulang sekolah (47%)
c. Wastafel di sekolah minim jumlahnya (21%)
d. Jarang ada sabun cuci tangan di toilet dan wastafel sekolah (19%)
e. Jarang ada tusi di toilet dan wastafel sekolah (18%)
f. Toilet sekolah tidak bersih (15%)
g. Toilet sekolah kadang airnya terbatas (15%)
Jika tidak setuju, kapan idealnya sekolah dibuka menurut Responden orangtua :
1. Sepetember 2020 (3%)
2. Januari 2021 (13%)
3. Juli 2021 (4%)
4. Menunggu tidak ada kasus baru covid selama seminggu (22%)
5. Sudah dinyatakan sebagai zona hijau atas rekomendasi pakar epidemiologi (46% atau sebanyak 90.519 responden)
6. Perlu kajian mendalam dan direkomendasi oleh gugus tugas covid 19 di daerah yang bersangkutan (39% atau sebanyak 75.788)
Jika Sekolah dibuka kembali, apa harapan responden orangtua?
1. seluruh ruang kelas harus disteril dahulu dengan disinfektan (76%)
2. Sekolah menambah jumlah wastafel, idealnya satu kelas satu wastafel (57%)
3. Sekolah menyediakan sabun cuci tangan di toilet dan wastafel (67%)
4. Sekolah menyediakan hand sanitizer (61%)
5. Setiap siswa dan guru harus diukur suhu tubuhnya sebelum masuk kelas (66%)
6. Jam belajar di perpendek, nanti secara bertahap menuju jam belajar normal (63%)
7. Pemberlakuan shift belajar atau bergantian masuk agar dapat jaga jarak (57%)
8. Wajib menggunakan masker di lingkungan sekolah 74%)
9. Pemerintah membuat protocol kesehatan dan kesalamatan selama anak berada di sekolah (75%)
10. Protocol kesehatan dan keselamatan tersebut dilaksanakan secara ketat di sekolah (72%)
11. Pemerintah perlu menetapkan kurikulum dalam situasi darurat karena proses belajarnya juga dalam situasi darurat (68%)
"Untuk hasil olah data siswa dan guru akan disampaikan ke publik segera," katanya. (bum)