Kuliner
Ketika Ada Anak Muda Masa Kini 'Nekat' Terjun ke Dunia Pertanian, Apa Motivasi dan Hasilnya?
Hasil pangan dan pertanian di Indonesia layak dikembangkan anak-anak muda masa kini dengan kearifan lokal. Bagaimana caranya?
Penulis: Irwan Wahyu Kintoko | Editor: Irwan Wahyu Kintoko
"Singkong bisa didapatkan di pasar seharga Rp 5 ribu-10 ribu. Kalau diolah lagi, kita bisa mendapatkan nilai lebih dari hasil penjualan sekaligus meningkatkan derajat singkong," ucap Arum.
Lewat Griya Pangan Arum Ayu, Arum juga rutin melakukan sosialisasi, khususnya ke anak-anak, pemuda dan ibu-ibu PKK.
Lewat sosialisasi itu, Arum berharap bisa mengubah persepsi masyarakat, khususnya pemuda, tentang pangan lokal. Salah satunya, mengolah pangan lokal menjadi bahan makanan alat barat.
• Rawan Kelaparan dan Kesulitan Pangan Dampak Wabah Virus Corona, Warga di Papua Berkebun Massal
• Polres Majalengka Sulap Lingkungan Jadi Lumbung Ketahanan Pangan
Salah satu upaya menaikkan kelas pangan lokal yang dilakukan Arum misalnya, membuat tortilla dari bahan dasar singkong.
"Bagaimana kita mengemas pangan lokal dengan taste anak muda saat ini. Bahan lokal saat ini bisa dimanfaatkan jadi produk kekinian, sekaligus memanfaatkan kearifan lokal," ujarnya.
Tantangan
Selain menjadi peluang, upaya ini juga menjadi tantangan Arum.
"Tantangannya bagaimana pangan lokal bisa dikonsumsi banyak orang dan mengikuti perkembangan zaman. Kenapa tidak mengonsumsi pangan lokal daripada makanan impor," kata Arum.
Dalam upaya menyebarluaskan pengalaman mengolah bahan pangan lokal ini, Arum tidak hanya melakukan di Jawa Barat.
Lewat Manggulu Project, chef muda ini bersama KRKP di Sumba Timur juga mengembangkan beberapa makanan dengan beranekarupa dan rasa dari bahan pangan lokal di NTT.
Arum menggubah sorgum dan singkong menjadi kue-kue yang enak rasanya dan memiliki nilai tambah.
• Cerita Raffi Ahmad Jualan Keripik Singkong Hasilkan Omzet Rp100 Miliar
• Manfaat Makan Singkong, Salah Satunya Meningkatkan Kesehatan Sistem Saluran Pencernaan
Di Waingapu, Sumba Timur, sorgum ditanam di halaman rumah mama-mama dan tidak perlu beli.
"Sorgum ini kami olah menjadi cake, namanya 'Watarhamu (sorgum dalam bahasa Sumba-red) Cake'," jelas Arum.