Kilas Balik

Kisah Soeharto Tutup Semua Jalan Prajurit Kopassus Sarwo Edhie Wibowo Naik Takhta, Ini Alasannya

Sukses memimpin penumpasan Gerakan 30 September atau G30S bersama pasukannya ternyata awal petaka bagi Sawo Edhie Wibowo untuk naik takhta.

Tangkapan layar historia.id
Letjen TNI Soeharto didampingi Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, komandan RPKAD, pada peringatan HUT ke-14 RPKAD di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Foto: repro "Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo: Hidupku untuk Negara dan Bangsa." 

Oleh karena itu, semua jalan yang berpotensi menjadikan Sarwo Edhie “naik takhta” harus ditutup.

KISAH Slamet Riyadi Gugur di Medan Perang sebelum Hadiri Peresmian Terbentuknya Kopassus Idenya

TERBUKTI Danjen Kopassus Witarmin Sukses Tumpas PKI di Blitar sampai Warga Kenang Bikin Patungnya

TERUNGKAP Danjen Kopassus Terapkan Strateginya Bikin Pimpinan KKB Papua Menyerahkan Diri

“Itulah, katanya, penyebab dihabisinya karier militer Sarwo Edhie sedini mungkin,” ujar Salim.

Kata paranormal itu lagi, “Soeharto lupa bahwa wangsit Sarwo tidak kembali ke langit ketika mantan komandan RPKAD itu wafat setelah koma selama sekitar setahun.

Wangsit itu tetap padanya untuk akhirnya hinggap ke putrinya, Herawati Kristiani.

"Itulah penjelasan di balik terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (suami Herawati Kristiani, red) menjadi Presiden Republik Indonesia.”

Namun, istri Sarwo, Sunarti, tak percaya dengan paranormal itu.

“Ah, itu cerita omong kosong. Pak Harto marah kepada Bapak karena ke Bogor itu.

"Bapak dicurigai sebagai orang ambisius oleh Soeharto,” kata Sunarti kepada Salim Said pada 29 Desember 2012.

Tabir Gelap Jelang 30 September, Terkuak Meski Catatan Sarwo Edhie dan Aidit Lenyap

Peristiwa penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan satu perwira menengah TNI-AD pada dini hari, 1 Oktober 1965, yang kemudian menjadi titik balik perubahan besar politik negeri ini, tak cukup mudah dipahami meski banyak buku, artikel, laporan, dan kesaksian telah dibuat.

Siapa yang bertanggung jawab? Siapa yang mengambil manfaat? Ibarat sebentuk gambar yang terdiri atas banyak potongan kertas, belum terbentuk gambar yang utuh. Celakanya, banyak kertas palsu atau rekayasa.

Buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan & Petualang - Catatan Julius Pour (2010) ini mencoba menyusun kembali gambar berdasarkan kesaksian para tokoh penting di seputar peristiwa itu.

Mayong Suryo Laksono, saat masih menjadi wartawan Intisari, mencukil buku tersebut dan dimuat di Majalah Intisari, dengan judul asli Mencari Titik Terang dari Kelamnya Sejarah Indonesia.

Pada dini hari 12 Maret 1966, Letjen Soeharto langsung menandatangani Surat Keputusan No. 1/3/1966 tentang Pembubaran PKI.

Sejak itu, semua surat yang dikeluarkannya selalu dengan alinea pembuka "Atas Nama Presiden Sukarno"

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved