PSBB Jakarta
Terungkap, Sopir Angkutan Umum Dianggap Lebih Patuhi Aturan PSBB Ketimbang Kendaraan Pribadi
Jumlah kendaraan pribadi yang melanggar pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta Timur lebih banyak dibanding sopir angkutan umum.
Penulis: Rangga Baskoro |
• Pihak Keluarga Pilih Makamkan Djoko Santoso di Sandiego Hills Meski Punya Hak di TMP Kalibata
Hal tersebut diungkapkan Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Ardian Sopa merujuk riset yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) terhadapt kajian data sekunder dari Gugus Tugas Nasional Covid-19 (Data harian 18 Wilayah PSBB dari awal Maret - 6 Mei 2020), Worldometer dan WHO.
Menurutnya, PSBB diterapkan pada empat kegiatan antara lain, kegiatan agam, kegiatan di tempat atau fasilitas umum, kegiatan sosial budaya dan transportasi umum.
"Dari empat kegiatan itu, terjadi banyak pelanggaran di 18 wilayah itu, dalam derajat yang berbeda, terutama pada kegiatan agama dan kegiatan di tempat umum," ungkap Ardian dalam siaran tertulis pada Minggu (10/5/2020).
Tidak dipatuhinya PSBB seperti banyaknya kegiatan keagamaan yang masih dilakukan, kegiatan di tempat umum seperti pertokoa dan pasar yang berdesakan hingga banyaknya kalangan muda yang berkumpul di kafe atau restoran setelah buka puasa.
• YouTuber Ferdian Paleka Beri Penjelasan soal Video Maaf tapi Bohong, Ini Katanya
"Warga berkumpul tanpa memperhatikan social distancing," imbuhnya.
Menurut Ardian, masyarakat dan pemerintah daerah tidak tegas menerapkan PSBB.
Padahal, ulama katanya bisa berperan lebih instensif dalam mengajak warga beribadah di rumah, terutama saat tarawih.
Di samping itu, pengusaha kurang menerapkan jarak antar pembeli ketika mereka antri di pasar atau toko.
Begitu juga dengan kepala rumah tangga yang kurang menjaga anak-anak mudanya untuk tidak dulu berkumpul di area umum, terutama setelah berbuka puasa.

"Pemerintah daerah juga kurang mengawasi pelaksanaan PSBB. Sementara kesadaran masyarakat sendiri banyak yang belum tumbuh akan pentingnya social distancing dan aneka protokol kesehatan," jelasnya.
• KISAH Perjalanan Djoko Santoso, dari Panglima TNI hingga Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sandi
Terkait hal tersebut, merujuk data, fakta dan analisa tersebut, Ardian menuturkan, pandemik Covid-19 ini memang terlalu besar dan terlalu penting jika hanya diserahkan kepada pemerintah pusat atau kepada Gugus Tugas saja.
"Pemerintah daerah bersama dengan pemimpin masyarakat, ulama, bahkan ketua RT, para influencer, juga kepala rumah tangga harus lebih giat lagi menerapkan PSBB," kata Ardian.