Virus Corona
Perdebatan Seru Jerinx dan Aiman soal Ada Tidaknya Konspirasi dalam Penyebaran Covid-19
Keduanya berdebat soal ada tidaknya konspirasi terkait penyebaran Virus Corona atau Covid-19 di sejumlah belahan dunia
Ia mengatakan, jika melihat dari sejarah Rockefeller dan Bill Gates, mereka telah mensimulasikan sebuah bencana yang persis dengan keadaan saat ini.
"Saya punya bukti kenapa terlalu banyak kebetulan dan tidak ada kebetulan di dunia ini yang terjadi terus menerus, kalau terus menerus itu bukan kebetulan namanya, itu namanya pola," kata Jerinx
• Jelang Imsyak, Nikita Mirzani Unggah Foto Berbikini di Depan Kaca
• Kisah Didi Kempot Menolak Uang Royalti saat Kaesang Pangarep Produksi Kaos Bergambar Lord Didi
• Ramai Jenazah ABK Dibuang di Laut, Susi Pudjiastuti Kenang Tragedi Perbudakan Nelayan Benjina
• Mengenang Tragedi Benjina, Praktik Sadis Perbudakan Nelayan, Ada Kuburan Massal di Lokasi Penyekapan
"Jadi kalau kita nyari sejarahnya Rockefeller, Bill Gates, mereka sudah sangat sering membicarakan hal ini, salah satunya ada event 2.0.1, mereka mensimulasikan bencana ini terjadi persis yang terjadi sekarang, itu bisa dicek di semua platform informasi," sambungnya.
Bahkan, menurut Jerinx, dalam dokumen Rockefeller terdapat sebuah skenario yang menyebutkan secara persis bahwa China menjadi wilayah pertama yang memberlakukan lockdown.
"Lalu ada yang namanya dokumen Rockefeller itu diterbitkan 2010 dimana tim Rockefeller bekerjasama dengan Bill Gates membuat sebuah dokumen, membuat skenario tentang bagaimana situasi sekarang ini terjadi dan di sana disebutkan persis kota pertama yang akan memberlakukan lockdown adalah China lalu kota-kota lain akan menirunya," ujar Jerinx.
"Lalu ketika lockdown dilakukan akan terjadi proses integrasi, integrasi semua sistem," tambah dia
Menurutnya, apabila orang-orang mengikuti rangkaian peristiwa yang terjadi di dunia ini dan menggalinya lebih dalam lagi maka mereka akan menemukan nama yang sama muncul berkali-kali.
"Hal-hal yang terjadi sekarang termasuk Bom Bali, kejadian 911, semua itu saya rangkai, saya pertemukan titik-titiknya karena banyak banget ada dot-dot yang orang kalau tidak terlalu mengikuti mungkin mereka akan mikir oh ini cuma ilmu cocoklogi," kata Jerinx.
• Di Tengah Isu Dukhan, Malam Ini hingga Besok Puncak Hujan Meteor, Bisa Dilihat dari Indonesia
• Kecewa dan Heran Sandiaga Uno Gandeng Ebenezer, Babe Haekal Hasan: Dari Dulu Emang Udah Feeling
• VIRAL Balas Sindiran Bupati Lumajang soal Bansos, Bupati Boltim Sehan Salim: Urus Saja Rakyatmu!
• Isu Dukhan Tanda Kiamat pada 15 Ramadan 2020, Buya Yahya dan Ustaz Riza Basalamah Ikut Angkat Bicara
"Tapi kalau Anda gali lebih dalam lagi, kamu sambungkan semua titik-titik fenomena-fenomena yang membuat dunia ini berubah secara global, itu nama yang sama akan muncul berkali-kali," tambahnya.
Sementara itu, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, membantah pernyataan Jerinx tersebut
Menurut Hermawan, sejauh ini para peneliti melaporkan hasil dari swab tenggorokan melalui realtime PCR memiliki keakuratan 96 persen.
"Sejauh ini, para peneliti untuk swab tenggorokan melalui realtime PCR itu menganggap 96 persen hasilnya valid," kata Hermawan dalam acara yang sama
"Agak berbeda dengan rapid test, kalau rapid test itu memang false negatifnya tinggi itu sekitar 36 persen efektivitasnya," tambah dia
Kendati demikian, Hermawan mengatakan rapid test penting untuk melakukan penelusuran awal.
"Tapi, rapid test penting untuk mitigasi penelusuran awal untuk lebih private dalam rangka pendeteksian mereka dengan Covid positif," terangnya