Virus Corona
UPDATE Covid-19 Indonesia Rabu Ini, Total 12.438 Kasus Positif, 2.317 Sembuh, dan 895 Meninggal
Update Virus Corona Indonesia Rabu (6/5/2020), Total 12.438 Kasus, Sembuh 2.317 dan Tewas 895 Orang.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pemerintah memperlihatkan bahwa masih ada penularan virus corona di Indonesia yang menyebabkan kasus Covid-19 kembali bertambah.
Dikutip dari Kompas.com, Hingga Rabu (6/5/2020) pukul 12.00 WIB, data pemerintah memperlihatkan bahwa ada 367 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan itu membuat secara akumulatif ada 12.438 kasus Covid-19 di Indonesia, sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.
Informasi ini disampaikan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta pada Rabu sore.
"Kasus positif bertambah 367 orang, sehingga menjadi 12.438 orang," ucap Yurianto.
• Pemerintah Tegaskan Larangan Mudik Lebaran. Kecuali Mereka yang Memenuhi Syarat Berikut Ini :
Data pemerintah juga menyatakan bahwa ada penambahan 120 pasien Covid-19 yang kini dinyatakan sembuh.
Mereka kini sudah dinyatakan negatif virus corona setelah dua kali menjalani pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction (PCR).
Total pasien yang sudah dinyatakan sembuh kini berjumlah 2.317 orang.
Namun, masih ada kabar duka dengan masih tercatatnya pasien Covid-19 yang meninggal dalam kurun waktu 5 - 6 Mei 2020.
Ada penambahan 23 pasien Covid-19 yang tutup usia dalam sehari.
"Sehingga (total) menjadi 895 orang," ujar Yurianto.
• Polri Imbau Masyarakat Laporkan Oknum Polisi Pungli Loloskan Pemudik, Kombes Sambodo : Kami Pecat

Hotman Paris Minta Pemerintah ke Amerika Serikat
Terus meningkatnya jumlah pasinen positif virus corona di Indonesia hingga Rabu (6/5/2020) dikhawatirkan banyak pihak.
Tidak terkecuali Pengacara Kondang Hotman Paris Hutapea.
Dirinya mendesak agar pemerintah Indonesia dapat segera melakukan langkah terpadu dalam menyelesaikan wabah virus corona.
Salah satunya diungkapkan Hotman Paris lewat pemesanan remdesivir, obat yang dipercaya menjadi obat anti corona.
Hal tersebut diungkapkan Hotman Paris lewat akun instagramnya @hotmanparisofficial; pada Rabu (6/5/2020).
Dalam postingannya, Hotman Paris mengungkapkan langkah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak berjalan efektif dalam mencegah menyebaran virus corona.
Sebab, walau aparat tegas menerapkan PSBB, banyak masyarakat yang masih acuh terhadap PSBB.
Sehingga, menurutnya, kerawanan virus corona masih tinggi saat ini.
"Kepada Pemerintah Indonesia, saya ingatkan sangat sulit PSBB akan berhasil secara efektif, karena petugas kita hanya akan ngejar-ngejar orang kumpul di warung kopi," ungkap Hotman Paris.
"Orang kumpul di sudut-sudut jalan, tutup warung sana-sini. Ingat, penduduk Indonesia hampir 300 juta," tambahnya.
Terkait hal tersebut, Hotman Paris mengungkapkan langkah utama yang harus dilakukan oleh Pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi adalah mememsan obat anti corona.
Hotman Paris minta agar pemerintah segera melakukan pemesanan obat tersebut.
• Sukses Diujicoba pada Monyet dan Disetujui BPOM Amerika Serikat, Remdesivir Dapat Obati Corona?
Tujuannya agar Indonesia yidak tertinggal banyak negara yang sudah melakukan pemesanan obat saat ini.
"adi satu-satunya (langkah penanganan virus corona) adalah cepat ke Amerika, cepat ke mereka," ungkap Hotman Paris.
"Biang keladinya adalah corona, matikan corona, beli obat yang terbaru remdesivir, beli obat yang terbaru remdesivir," tambahnya.
"Cepat sebelum seratusan negara akan berusaha mem-bookingnya, cepat pergi ke Amerika," ujar Hotman Paris di akhir tayangan.
Mengenal Remdesivir
Dikutip dari Kompas.com, infeksi kasus virus corona secara global masih terus terjadi.
Total sebanyak lebih dari 3,7 juta kasus di lebih 186 negara di dunia hingga Rabu (6/5/2020).
Perlombaan mencari obat dan vaksin untuk Covid-19 pun terus dilakukan oleh peneliti di seluruh dunia.
Melansir CNBC, Rabu (19/4/2020), penasehat kesehatan Gedung Putih Dr Anthony Fauci mengatakan uji coba obat remdesivir oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) menunjukkan “kabar baik”.
Uji coba itu melibatkan sekitar 800 pasien.
Dia juga mengatakan obat itu akan menjadi standar perawatan baru untuk pasien Covid-19 di AS.
• Bupati Boltim Vs Bupati Lumajang, Fadli Zon: Keren Nih Bupati Boltim, Berani Ambil Sikap Pro Rakyat

• Denny Siregar Anggap Enteng Somasi Partai Demokrat soal Almira
Dikembangkan oleh China
Pada Februari 2020, China disebut tengah mengembangkan berbagai obat untuk mengobati virus corona, salah satunya remdesivir.
Saat itu, China juga telah mengajukan permohonan untuk mematenkan obat tersebut.
Dilansir dari Kompas.com, (6/2/2020), Remdesivir awalnya dikembangkan oleh Gilead, perusahaan farmasi besar di AS, untuk mengobati pasien Ebola.
Kemudian, obat tersebut diujicoba untuk mengobati pasien Covid-19 dan hasilnya pasien tersebut membaik setelah diobati dengan Remdesivir.
Gilead Sciences pun setuju dan mendukung Kementerian Kesehatan China untuk melakukan uji klinis terhadap obat ini.
• Disarankan Ikuti Jejak Said Didu Mangkir Panggilan Polisi, Denny Siregar: Keren Itu Kabur ke Saudi
Diuji coba terhadap tikus dan kelelawar
Sementara itu, melansir dari New York Times (6/2/2020), remdesivir diketahui sempat diujikan terhadap tikus dan kelelawar yang terinfeksi virus corona, termasuk MERS dan SARS.
Hasilnya, obat tersebut dikombinasikan dengan senyawa NHC yang dapat melawan virus corona.
Dari percobaan ini, pihak Direktur Penyakit Menular dan Profesor pediatri di Vanderbilt University School of Medicine menyampaikan, remdesivir dan NHC tampaknya mampu menghalangi replikasi virus dengan mengganggu kemampuan mereka dalam melakukan mutasi genetik.
Di sisi lain, obat tersebut dianggap akan efektif apabila diterapkan pada pasien virus corona. Tindakan ini dinilai sebagai terapi ganda untuk mencegah dan mengobati penyakit.
• Viral Soal Ad-Dukhan serta Asteroid 2009XO pada Kamis (7/5/2020), Begini Penjelasan Lengkap Lapan

Percobaan di Kongo
Menurut artikel berjudul "A Randomized, Controlled Trial of Ebola Virus Disease Therapiutitcs" yang terbit dalam The New England Journal of Medicine pada 12 Desember 2019, uji coba dilakukan terhadap 681 pasien di Kongo.
Ratusan pasien tersebut memiliki kategori penyakit yang berbeda dari 20 November 2018 hingga 9 Agustus 2019.
Uji coba dilakukan dengan empat obat yakni antibodi monoklonal tiga ZMapp, antivirus remdesivir, antibodi MAB114, dan antibodi tiga REGN-EB3.
Titik akhir primer riset ini adalah kematian pada 28 hari.
Hasil uji coba menunjukkan, kelompok pasien yang diberikan obat MAB114 dan REGN-EB3 memiliki presentasi kematian yang lebih rendah dibandingkan ZMapp dan remdesivir.
• Kasus Almira, Denny Siregar Sebut Partai Demokrat Seringkali Jumpa Pers, Mirip Anies Baswedan
Sukses uji coba pada monyet
Seiring berjalannya waktu, para peniliti bereksperimen menguji coba obat remdesivir kepada dua kelompok dari enam kera khusus yang sengaja diinfeksi dengan SARS-CoV-2.
Satu kelompok menerima remdesivir, sementara yang lain tidak.
Kelompok yang menerima obat mendapat dosis intravena pertama mereka dalam 12 jam setelah infeksi, kemudian terus berlanjut setiap hari selama 6 hari.
Salah satu dari enam hewan yang dirawat menunjukkan kesulitan bernapas ringan, sedangkan semua enam monyet yang tidak diobati mengalami sesak napas.
Jumlah virus yang ditemukan di paru-paru secara dignifikan lebih rendah pada kelompok yang diobati, dibandingkan dengan kelompok yang tidak diobati.
• Berseteru Denny Siregar, Annisa Pohan Setuju dengan Rachland Nashidik Soal Mendidik Orang Bodoh
Disetujui BPOM AS
Remdesivir pada awalnya dikembangkan oleh Gilead Sciences yang berbasis di AS untuk mengobati Ebola.
Lalu diujikan kembali untuk mengobati pasien virus corona baru. Pasien coronavirus pertama di AS diketahui membaik setelah diobati dengan Remdesivir.
Pemberitaan Kompas.com, Sabtu (2/5/2020), menyebut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah mengizinkan penggunaan obat ebola, remdesivir untuk pengobatan darurat virus corona.
Melansir BBC, Sabtu (2/5/2020), obat tersebut dapat digunakan pada orang yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 yang parah.
Baru-baru ini, sebuah uji klinis menunjukkan obat tersebut membantu mempersingkat waktu pemulihan pasien yang berada dalam kondisi sakit parah.
• Wabah Virus Corona, Pemerintah Tetapkan Sejumlah PNS Tidak Dapat THR pada Lebaran Tahun ini
Namun otorisasi FDA tidak sama dengan persetujuan formal, yang membutuhkan tingkat tinjauan lebih tinggi.
Para ahli juga memperingatkan bahwa obat tersebut yang pada awalnya dikembangkan untuk mengobati penyakit ebola dan diproduksi oleh perusahaan farmasi Gilead, tidak boleh dilihat sebagai satu-satunya alternatif untuk obat virus corona.